"Ya mungkin saja. Aku tidak tahu," kata Bea menaikkan kedua bahunya.
Aku terdiam sesaat. Seketika terbayang bagaimana Justin saat hari hari sebelumnya terlihat aneh. Dari mulai sifat Justin yang cemburuan,posesif sekali, marah marah tidak jelas dan memakai syal di lehernya. Lalu juga tiba tiba menjadi romantis dengan makan di kantin sepiring berdua. Pergi ke tempat bermain anak. Bermain ayunan ,prosotan minta di rekam juga. Sebenarnya aku curiga ketika melakukan hal hal yang menurutku aneh itu dan tidak biasa untuk Justin lakukan.
Justin juga berhenti bermain basket. Itu benar benar aneh. Padahal basket adalah bakatnya. Perlombaan sering di mainkan Justin.
"Kamu nggak ke rumah Justin"? Tanya bea membuatku tersadar.
"Eh, oh oke mungkin nanti pulang sekolah aku akan ke rumah Justin. Terimakasih banyak ya bea kau sudah mengabarkan kabar ini," kataku melihat bea.
"Tapi, apa perlu aku antar untuk ke rumah Justin?" tanya bea memegang pundakku.