Joan merebahkan tubuhnya disebuah kasur besar yang berada di griya tawang miliknya , perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam dari letak mansion kedua orang tuanya membuat ia merasa kelelahan.
Joan mulai menatap langit - langit kamarnya , saat ini pikirannya hanya dipenuhi dengan keputusan - keputusan yang harus ia ambil dipertemuan dua keluarga Rivenno dan Hope yang akan dilaksanakan besok malam .
Jujur saja dirinya sudah merasa mencintai wanita itu sejak pertama kali bertemu , namun disisi lain Joan harus menepati janjinya pada Liza yang menolak perjodohan sebagai kompensasi yang harus ia berikan atas perbuatan yang telah ia lakukan.
" Arghhh , sialan mengapa gue harus ngelakuin perbuatan yang tak manusiawi itu " Teriak Joan seraya mengacak rambutnya Frustasi .
" Ada apa bos ?" Tanya seorang pria berjas yang baru saja memasuki kamar bosnya itu, napas pria itu terlihat tersenggal- senggal dikarenakan lari maraton memasuki kamar Joan saat mendengar teriakan bosnya .
Joan menatap sekretarisnya itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan .Joan kemudian berusaha untuk terlihat tenang didepan sekretarisnya yang bernama Dafa itu .
" Gak ada apa - apa kok Daf " Jawab Joan dengan santai .
Dafa menatap bos sekaligus teman SMA-nya itu dengan tatapan memprihatinkan .Melihat penampilan Joan yang kacau balau membuat ia berasumsi bahwa pria yang ada dihadapannya itu sedang menghadapi suatu masalah .
" Joan kali ini gue nanya serius sama Lo sebagai teman bukan sebagai sekretaris , jadi tolong jelasin sama gue ada apa sampai jambul khatulistiwa Lo itu sampai Lo acakkin kek gitu ? " Tanya Dafa yang langsung membuat Joan mau tak mau harus menjelaskan kebenarannya .
Joan akhirnya mulai bangkit dari tempat tidurnya dan beralih kesebuah sofa melingkar yang berada diruang tamu diikuti dengan Dafa.
Keduanya mulai duduk bersebrangan , Dafa mulai menuangkan segelas air minum dan memberikannya kepada Joan agar pria itu merasa sedikit tenang .
Joan dengan cepat meneguk air itu sampai habis dan kembali meletakkan gelas kosong itu dimeja yang berada didepannya .Ia terlihat menghela nafas panjang sebelum menceritakan segalanya pada Dafa .
" Daf Lo tau kan gue bakal dijodohin ?" Tanya Joan yang dibalas anggukan oleh Dafa .
" Terus apa masalahnya , apa ceweknya kurang cantik atau kurang seksi di mata Lo ? " Tanya Dafa dengan polosnya yang membuat ia dapat satu tabokan dari Joan .
"Daf bisa gak Lo kurang - kurangin ke mesuman Lo itu jijik gue dengernya " Ucap Joan dengan ekspresi kesalnya .
Dafa hanya tersenyum tanpa rasa bersalah
" Apa cewek itu cantik bos ? " Tanya Dafa dibalas anggukan oleh Joan .
" Cewek itu Liza Nathalia Hope " Ucap Joan to the point .
Mendengar perkataan Joan , Dafa langsung membulatkan mata tak percaya dengan perkataan pria yang ada dihadapannya ini .
Dafa mengeleng - gelengkan kepalanya tak percaya " Lo kagak lagi ngehalu kan Bos, bagaimana bisa seorang Liza yang cantik nan seksi itu dijodohin sama Lo ? "
Joan menganggukkan kepalanya menyakinkan. Dafa hanya bisa memijat pelipisnya yang terasa pening .
" Gue gak pernah kepikiran kalo nama belakang Liza itu sama dengan nama keluarga Hope , gue gak nyangka kalo Liza adalah putri dari keluarga itu " Jelas Dafa yang bisa dimengerti oleh Joan Karena identitas Liza sebagai putri dari keluarga konglomerat Hope memang dirahasiakan dari publik .
" Terus lo bakal nerima perjodohan ini bos ? Tanya Dafa dengan memasang ekspresi cemburunya .
Joan terdiam sesaat , ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu dikepalanya .
" Bos " Panggil Dafa membuyarkan lamunan Joan .
" Gue juga belum tahu keputusan apa yang harus gue ambil Daf , perasaan gue mengatakan kalo gue mencintai wanita itu namun disisi lain gue harus nepatin janji gue "
Dafa mengernyitkan dahinya " Janji ? "
" Gue berjanji sama Liza untuk menolak perjodohan ini " Jawab Joan tanpa basa - basi.
" Joan , Lo itu bodoh atau gimana sih .Apa Liza gak sesuai dengan kriteria wanita impian Lo atau Lo butuh wanita yang kekayaannya melebihi kekayaan keluarga kalian gitu ? " Kesabaran Dafa mulai habis , jujur saja saat ini ia benar - benar ingin memukul wajah tampan yang ada dihadapannya itu .
" Daf jujur aja gue udah suka sama Liza sejak pertama kali ketemu dan saat itu juga gue sadar kalo perasaan itu gak pernah muncul terhadap wanita manapun " Jawab Joan tanpa menyembunyikan fakta .
Dafa membuang napasnya kasar " Lah terus sekarang apa permasalahannya Joan Arkan Rivenno , Lo juga udah suka kan sama tuh cewe , jadi lebih baik Lo langsung halalin aja Liza secepetnya keburu Lo ngelakuin sesuatu yang kagak sesuai norma dan hukum sebelum kalian nikah ,kan kalo gitu bakal ribet urusannya "
Mendengar perkataan sekretarisnya itu , ketakutan Joan kembali menghantui pikirannya .Andai saja dia tidak melakukannya pada malam itu , keputusannya tentang menerima perjodohannya dengan Liza akan ia ungkapkan kepada semua orang .Namun keadaan sekarang justru terbalik ia tidak bisa menerima maupun menolak perjodohan itu .