Di akhir pekan, Nara tengah melakukan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Menyapu, mengepel, serta mengelap semua barang yang terkena debu. Dia telah bangun sejak setengah enam pagi tadi, dimana Rayhan masih belum terbangun. Bahkan, telapak kakinya ini belum menyentuh lantai dapur sama sekali. Padahal, sejak tadi dia terus melewatinya. Pekerjaan pagi ini sedikit lebih banyak dari biasanya. Entahlah, Nara sendiri juga tidak tahu kenapa pekerjaannya terasa lebih banyak.
Hingga waktu berakhir dipukul tujuh kurang lima belas menit. Pekerjaannya hampir tuntas. Namun, karena waktu semakin siang, Nara meninggalkan sisa pekerjaannya, menyentuh lantai dapur guna membuatkan sarapan untuk suaminya jika bangun nanti. Melihat bahan yang ada, Nara juga akan memasak makanan yang tidak terlalu rumit. Toh, suaminya juga tidak pernah berkomentar dengan apa yang dia masak. Selalu habis dan bersih. Rasanya senang, seperti melihat seorang anak yang ia besarkan.
