Chereads / Dimension Knight / Chapter 34 - BAB 34 [ Rim Arialic ]

Chapter 34 - BAB 34 [ Rim Arialic ]

Tak jauh dari tebing Elve, sosok misterius dengan rambut putih dan pakaian mirip kimono tengah berjalan santai di antara pepohonan yang rindang.

Mata bermanik putihnya menyapu ke sekitar, seakan mencari sesuatu. Benar saja, setelah beberapa saat kemudian, langkahnya terhenti. Kaki pucatnya yang tak mengenakan apapun terlihat sangat kontras dengan warna tanah. Tetap bersih walau dia sudah berjalan menyusuri Hutan Nuv begitu lama.

Tiba-tiba kabut samar muncul di hadapannya, semakin lama semakin tebal hingga akhirnya memunculkan sosok musang berekor sembilan. Roh agung Zhuang itu tampak sangat marah, dia memperlihatkan deretan gigi tajamnya. Ekor yang berjumlah sembilan itu merekah bergerak-gerak begitu indah. Lalu muncul lagi satu sosok wanita berpakaian sangat minim, berjalan keluar dari kabut tebal begitu tenang.

Di tangan kanan wanita itu tergenggam sebuah tongkat kayu dengan lonceng kecil di ujung atasnya. Aroma khas yang begitu harum dan menenangkan telah menguasai udara di sekitar mereka. Seperti biasa, aura Freya memang sangat hebat, tapi sayangnya makhluk di hadapannya itu sama sekali tak terpikat dengan pesonanya.

"Tuan Zhuang, jangan terlalu kasar pada tamu kita," ucap Freya dengan suara lembut.

Mendengar itu, sang musang hanya melirik sinis pada wanita di sampingnya. Sudah 18 tahun berlalu dan kini salah satu makhluk asing yang dulu menimbulkan perang dahsyat tiba-tiba saja menunjukkan dirinya. Zhuang tak akan lagi menahan diri, apapun akan dia lakukan demi membunuh makhluk itu. Dendam di hatinya sudah teramat besar. Kehilangan rekan dan melihat dunia ini sempat kacau membuat Zhuang sangat muak.

"Maaf, Freya. Kali ini aku tak akan menahan diri, jadi kalau jangan ikut campur."

"Ya ampun, Tuan Zhuang. Aku mohon tenangkan dirimu dulu, kita ini sedang berada di dalam Hutan Nuv. Banyak penghuni lain di sekitar sini, aku khawatir mereka akan terkena imbasnya."

Tiba-tiba tubuh Zhuang sang musang berekor sembilan mulai diselimuti aura kuning tua transparan. Ukuran tubuhnya juga mulai membesar dan memunculkan hawa panas yang sangat dahsyat, membuat udara di sekitar mereka dipenuhi uap panas.

Tapi makhluk asing yang mirip manusia itu terlihat masih tenang, seakan yang ada di hadapannya bukanlah apa-apa.

"Selamat pagi, wahai roh agung yang terhormat. Maaf atas kejadian waktu itu, kami begitu lancang menyerang dunia kalian tanpa memperkenalkan diri dulu. Jadi sekarang perkenalkan, aku adalah Rim Arialic, salah satu pimpinan dari bangsa Vaulic."

Tiba-tiba Zhuang menggertakan gigi-gigi tajamnya, uap panas keluar dari sela-sala deretan gigi itu. Lalu serangan yang sangat cepat dia lontarkan, namun gerakan mencakar sang musang itu bisa dihalau oleh Rim.

Sikap tenangnya memang bukan tanpa alasan, bahkan dia bisa begitu mudah menghindari serangan Zhuang. Hal ini membuktikan seberapa besar kekuatan yang dia miliki, jika saja mau pasti Rim akan dengan mudah melancarkan serangan balasan.

Dalam diamnya, Freya mengamati perbandingan kekuatan yang dimiliki Rim dan Zhuang. Jika dilihat baik-baik, kekuatan Zhuang sudah sangat tinggi walau belum dalam mode maksimalnya. Tapi yang mengejutkan Freya adalah sosok Rim. Makhluk asing itu tak memancarkan sedikitpun aura pembakaran mana atau jangan-jangan dia masih belum menggunakannya. Jika benar seperti itu, Freya yakin bahwa perbandingan kekuatan mereka sangat jauh.

"Tuan Zhuang …."

Freya mencoba mengingatkan musang itu dengan wajah gelisah dan gelengan kepala pelan. Namun Zhuang yang keras kepala masih tetap ingin meluapkan emosinya pada Rim.

Sebenarnya Zhuang paham dengan isyarat dari Freya, tapi dia tak bisa lagi menahan amarah yang sudah lama terpendam dalam hatinya. Memang tak seperti Freya yang murni sebagai perwujudan roh agung.

Sosok Zhuang sang musang berekor sembilan dulunya hanya sebuah roh biasa yang menjadi pengikut salah satu pertapa. Dalam hidupnya yang panjang, dia selalu berkelana mengunjungi penjuru dunia ini demi melindungi sang pertapa dalam mengajarkan ilmu kehidupan.

"Zhuang, jika nanti aku telah tidur dalam keabadian. Kau harus menjaga tanah ini dari semua jiwa yang kotor." Ucapan sang pertapa kala itu juga masih sangat Zhuang ingat.

Tapi saat ini dia dihadapkan dengan makhluk asing yang sangat kuat. Mungkinkah Zhuang harus mempertaruhkan segalanya demi mengalahkan demi menjalankan tugasnya. Sungguh delima yang sangat dalam. Zhuang merasakan perbandingan kekuatan dengan Rim. Disisi lain dia juga memikirkan jumlah para roh agung yang masih tersisa.

"Sebenarnya apa tujuanmu datang ke dunia kami?" Suara berat milik Zhuang menggema, seperti seorang kakek-kakek yang sudah kelelahan.

"Kami para bangsa Vualic hidup dengan mengambil kehidupan lain. Duniamu ini penuh dengan energi kehidupan yang luar biasa, jadi kami tertarik untuk memakannya."

"Kau ….!"

Zhuang yang tersulut emosi langsung memberikan serangan beruntun. Melesat menerjang Rim dengan gerakan menerkam dan mencakar yang sangat cepat. Pepohonan di sekitar mereka mulai tumbang setelah menjadi tempat pijakan untuk Zhuang melesat.

Tetap saja sia-sia. Secepat apapun Zhuang menyerang, Rim selalu bisa menghindar dengan tenang. Seakan semua ini hanya lelucon konyol yang tak perlu dianggap serius.

"Kau tidak bisa membunuhku dengan kekuatan seperti itu, tapi aku sedikit kagum dengan energi kehidupan dalam dirimu yang begitu besar."

"Jadi sebagai rasa hormatku, akan kuperlihatkan kekuatan para pemimpin bangsa Vualic pada kalian."

Tiba-tiba saja Rim melesat begitu cepat bagai cahaya putih menerjang punggung Zhuang. Seketika itu seluruh tanah di sekitar mereka bergetar, aura kekuatan yang begitu dahsyat membuat gelombang udara menyebar. Tanah tempat Zhuang berpijak hancur berhamburan dengan area yang cukup luas, lalu angin yang sangat kencang menyebar begitu kuat ke seluruh penjuru.

Freya masih diam memperhatikan, tempatnya berpijak sama sekali tak terpengaruh dengan kekuatan Rim, seakan dia memiliki area pelindung tersendiri di sekitarnya.

Melihat Rim yang begitu kuat, sebenarnya Freya khawatir, tapi dia juga percaya bahwa Zhuang tak akan mudah dikalahkan. Bisa saja dia membantu Zhuang, tapi dia enggan. Freya memilih untuk tetap diam dan memperlihatkan, jika dia bertindak sekarang, itu hanya akan menjadi bocoran informasi untuk musuh.

Jika nanti sampai terjadi perang lagi, maka hal itu akan berpengaruh. Sebuah informasi tentang kekuatan lawan adalah kunci kemenangan.

"Tuan Zhuang?"

Suara lembut Freya menyadarkan Zhuang yang terkulai lemah di tengah-tengah ceruk hasil serangan Rim. Kini tubuh musang itu kembali mengecil seukuran serigala dan di hadapannya ada Rim yang tengah berdiri dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa perang yang telah kami lakukan dulu membuat kalian melemah?"

"Dasar, kau …."

Tiba-tiba mereka bertiga menyadari sesuatu. Sebuah aura kehidupan yang terasa hangat melesat cepat ke arah mereka.

Mata Freya bergerak cepat, Zhuang berdecak kesal dan melesat mundur. Begitu pula dengan Rim. Lalu satu detik kemudian muncul sosok manusia melesat di udara. Gerakannya melambat, seperti sedang mengamati keadaan di bawah.

Sosok yang baru muncul itu melesat ke bawah dengan sangat cepat dan ledakan dahsyat pun terjadi. Entah itu memang disengaja atau tidak, tapi manusia dengan aura keemasan itu terlihat jelas memukul tanah bekas serangan Rim.

Lalu dua sosok dengan aura menakutkan muncul. Mereka menghela nafas ketika melihat apa yang telah diperbuat oleh Park Sun-Hyung.

Ya benar. Mereka berdua adalah Reigan dan Victor. Seperti mengabaikan kehadiran Rim, Freya dan Zhuang, karena lebih tertarik untuk mengomel tentang perilaku Park Sun-Hyung yang mulai barbar.

"Ah, Paman Vampir dan Reigan lambat, tapi asyik juga sih, hahaha …."

Tiba-tiba Victor yang tertegun juga ikut terkekeh. Reigan yang ada di sampingnya hanya bisa memijat keningnya.

Freya tersenyum, berbanding terbalik dengan Zhuang yang semakin kesal. Lalu Rim sendiri hanya tertegun, dia tak paham dengan tiga sosok yang baru saja datang.

***