Beberapa hari telah berlalu. Walau Park Sun-Hyung sudah pulih total, tapi Reigan masih belum memperbolehkannya untuk keluar dari rumah. Sejauh ini memang sudah tak ada lagi kejadian yang menimpa Park Sun-Hyung, tapi para tetua masih khawatir, terutama Reigan.
Sepanjang hari Park Sun-Hyung hanya berdiam diri dalam kebosanannya. Terkadang dia juga bercerita dengan Nara. Para prajurit seperti Gael dan Nevar juga terkadang berkunjung sekedar untuk memastikan keadaan Park Sun-Hyung. Dari semua orang, yang paling antusias adalah Victor. Dia selalu membawakan kue kesukaan Park Sun-Hyung. Mereka juga semakin dekat. Banyak obrolan ringan yang telah mereka lakukan. Sikap konyol Victor sampai secara tak langsung mampu menghibur Park Sun-Hyung.
Setiap hari Park Sun-Hyung mendapatkan Quest Harian dari sistem. Dia melakukan aktivitas fisik selama dua jam setiap hari, hal itu untuk menghindari hukuman seperti yang telah dia alami. Sejauh ini sudah sepuluh hari dari kejadian itu, semakin lama tubuh Park Sun-Hyung semakin atletis. Dia merasakan banyak perubahan dalam dirinya. Ini sungguh hal yang menyenangkan.
Sekarang dia baru saja selesai melakukan kegiatan fisiknya untuk menyelesaikan Quest Hariannya dengan push up, pull up dan sit up. Keringat masih membasahi sekujur tubuh Park Sun-Hyung yang tak mengenakan baju. Terlihat jelas jika tubuhnya mengalami perubahan yang sangat banyak. Ototnya tubuh dan lebih terlihat, bahkan tinggi badannya pun meningkat. Sungguh ini sulit dipercaya.
"Profile." Dengan posisi duduk di tepi ranjang, Park Sun-Hyung ingin memeriksa statusnya saat ini.
[ Nickname : Park Sun-Hyung ]
[ Level : 6 ]
[ Exp : 700/1100 ]
[ Specialist : ? ]
[ Skill : ? ]
[ Kekuatan : 38 ] +
[ Daya Hidup : 7 ] +
[ Pertahanan : 14 ] +
[ Kecerdasan : 14 ] +
[ Sisa poin yang bisa ditambahkan : 0 ]
[ Tekan tombol (+) jika Player ingin menambahkan poin ke ability yang dipilih ]
[ Catatan : Player harus mencapai Level 10 untuk membuka fitur Specialists dan Skill ]
Setiap kali Park Sun-Hyung menyelesaikan Quest Harian, dia akan mendapat bonus exp sejumlah 200. Selama 10 hari ini dia telah naik 2 Level hanya dengan menyelesaikan Quest Harian. Ini sungguh masih jauh dari yang dia harapkan, tapi tampaknya dia sudah cukup senang. Rasanya dia semakin tak sabar untuk naik Level 12 agar bisa menggunakan katana yang dia dapat. Bukan itu saja, pada Level 10 dia juga akan membuka fitur skill dan fitur specialist. Dia sangat penasaran akan dua hal tersebut. Fitur skill memang tampak sudah tak asing baginya, pasti itu akan memberikannya sebuah kemampuan. Hal yang lebih menarik minatnya adalah fitur specialists.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
"Close." Suara Park Sun-Hyung terdengar pelan. Dia bergegas membuka pintu dengan masih dada terbuka.
Nara yang ada di balik pintu terkejut ketika melihat Park Sun-Hyung. Matanya terus mengamati orang yang selama ini selalu dia layani. Dari ujung kaki sampai rambut, sosok Park Sun-Hyung benar-benar sudah berubah. Nara yang malu mulai tak bisa mengendalikan dirinya, dia membungkam bibir mungilnya. Dia sadar akan sesuatu di antara mereka yang semakin jauh. Nara tertunduk, menahan segala perasaan kacau di hatinya.
"Ah, maaf, Nara. Aku pakai baju dulu."
"Em." Nara mengangguk pelan. Park Sun-Hyung tak masih belum menyadari hal yang dirasakan oleh Nara.
"Di ruang tamu, Tuan Reigan dan yang lainnya sudah menunggumu, Tuan."
Park Sun-Hyung mengangguk mantap, melangkah keluar kamar melewati Nara begitu saja. Tapi tiga detik berikutnya dia berhenti untuk menatap wajah Nara. Entah ini kebetulan atau satu hal yang diinginkan oleh Park Sun-Hyung, tapi tatapan mereka bertemu cukup dalam.
Nara dengan wajah meronanya dan Park Sun-Hyung yang begitu percaya diri.
"Nara, ayo."
"Eh!"
"Temani aku bicara dengan Paman Reigan."
"Hah?!" Nara salah tingkah sendiri, dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Em ā¦ baik, Tuan."
Akhirnya Nara berjalan di belakang Park Sun-Hyung. Dia sangat malu, tapi mau bagaimana lagi. Sebuah janji telah terpahat di hatinya. Nara akan selalu ada untuk Park Sun-Hyung sampai akhir nafasnya.
Penampilan Park Sun-Hyung yang berbeda mengejutkan semua orang yang ada di ruang tamu. Mereka merasa melihat orang yang berbeda dari ini. Victor diam-diam menyeringai tipis, dia melihat cahaya keemasan di tubuh Park Sun-Hyung sedikit membesar.
"Kau si bocah rakus, kan?!" Gael masih tak percaya. Begitu pula dengan Nevar, tapi dia hanya diam, wajahnya sudah kembali tertutup kain hitam.
Reigan sendiri tak begitu heran. Beberapa hari setelah kejadian itu, dia telah melihat berbagai perubahan pada diri Park Sun-Hyung. Mungkin memang ini adalah saatnya. Salah satu tetua Alban itu yakin, bahwa Park Sun-Hyung yang selama ini dia tunggu. Demi janjinya pada para leluhur, dia akan melatih Park Sun-Hyung, menjadikan anak rakus itu seorang ksatria sejati.
ā
Ruangan itu tampak seperti tempat untuk mengadakan acara atau pengumuman secara tertutup. Cukup luas dan tampak bersih. Lantainya terbuat dari lembar-lembar kayu yang sangat kokoh. Banyak sekali lubang ventilasi berbentuk persegi panjang di seluruh sudut dindingnya. Terletak agak tinggi, membuat cahaya matahari masuk menerangi ruangan. Park Sun-Hyung hampir tak percaya ketika Reigan mengatakan tempat itu adalah ruang pelatihan khusus untuk para prajurit pemula.
Masih dengan kebingungan, Park Sun-Hyung menatap orang-orang di sekitarnya satu per satu. Reigan, Gael, Nevar, Victor, Nara dan dua anggota tim pengintai.
"Kenapa kalian membawaku kesini?" Wajah Park Sun-Hyung tampak konyol.
Gael langsung menyeringai. Nevar juga tampak serius dengan tatapan tajamnya. Mereka berdua seperti merencanakan sesuatu.
Sedangkan Reigan hanya tersenyum hangat seperti biasanya. Lain lagi dengan Victor, vampir barbar itu terlihat begitu bersemangat. Dia sudah tak sabar ingin melihat berkembangan Park Sun-Hyung.
Sedangkan Nara dan dua anggota tim pengintai hanya diam mengamati sekitar dengan pandangan tenang.
"Kita akan melatih kemampuanmu, Tuan Park," ucap Reigan santai.
"Hah?!" Park Sun-Hyung terbelalak. "Sebentar ā¦."
"Woi! Kalian berdua! Gael dan Tuan Nevar, kenapa kalian terlihat merencanakan sesuatu?"
Gael dan Nevar langsung berlagak biasa saja, tapi mereka juga sedikit menahan tawa. Seperti sebuah ejekan untuk Park Sun-Hyung.
"Kenapa tak memberitahuku dulu, Paman. Aku belum siap."
"Sudah tak ada waktu, Tuan Park. Kami tak bisa terus melindungimu. Selama ini dirimu telah mengalami kejadian-kejadian fatal. Haruskah aku menunggumu terluka parah lagi? Ini mungkin juga sebagian dari takdirmu, Tuan Park. Jadi siap atau tidak, kami akan tetap melatihmu."
Park Sun-Hyung cemberut. Dia sama sekali tak bersemangat karena ini begitu tiba-tiba.
"Jadi untuk permulaan, mari kita lihat seberapa jauh kemampuan fisikmu. Nevar sudah membawakan anggota tim pengintai yang terlemah dan terkuat. Untuk tahap pertama kau akan melakukan pertarungan bebas dengan yang terlemah."
"Hah?!" Mulut Park Sun-Hyung terbuka lebar. "Kalian ingin membunuhku atau apa ini?"
Reigan tersenyum dan melangkah, mendekatkan diri dengan Park Sun-Hyung. Mereka berdua saling menatap tajam, memberikan tekanan satu sama lain.
"Kau sudah siap, Nak." Mata Reigan tak sedetikpun beralih dari mata Park Sun-Hyung. "Jangan sampai menyesal kemudian hari karena kau terlalu lemah dan takut."
"Aku tak akan lari lagi. Aku memang masih lemah, tapi tak ada alasan untuk takut lagi. Aku sudah hampir mati berkali-kali dan mati satu kali. Jangan meremehkanku, Paman."
"Aku suka semangatmu. Kai mau!"
Tiba-tiba muncul seorang di samping Reigan. Dia adalah salah satu anggota tim pengintai.
"Peraturannya, sederhana. Gunakan kekuatan fisik kalian. Jika ada yang menggunakan sihir, aku sendiri yang akan menghukum kalian. Berhenti menyerang jika lawan sudah tak bisa melindungi dirinya."
"Siap, Tuan!" Kai tampak sangat bersemangat. Di belakang mereka, Nevar tampak tak sabar. Dia ingin segera melihat sejauh mana Park Sun-Hyung berkembang dan ini juga akan menjadi penilaian untuk Kai sebagai bawahannya.
Reigan beranjak menjauh, bergabung dengan yang lainnya. Mereka semua sudah tak sabar, tapi Nara terlihat sedikit cemas pada Park Sun-Hyung. Dia sebenarnya tak ingin lagi melihat orang yang dia sayangi terluka.
"Mulai!" teriak Reigan tegas.
Park Sun-Hyung dan Kai saling menatap tajam, mengamati satu sama lain.
"Berikan pukulan terkuat mu, Tuan Park," ucap Kai.
"Hah?!"
"Aku ingin tahu seberapa besar kekuatan fisikmu."
"Jangan menyesal ya." Park Sun-Hyung bersiap. Tangan kanannya mengepal erat. Rahangnya mengeras, otot-otot di sekitar lehernya mengencang.
Detik selanjutnya Park Sun-Hyung maju dengan dorongan kaki yang cukup kuat. Dia menerjang maju dengan tangan kanan siap memberikan pukulan terkuat.
Tapi Kai dengan tenang menerima pukulan itu. Dia mengenakan telapak tangan kirinya. Serangan yang diberikan oleh Park Sun-Hyung tak berarti apapun. Lawannya dengan mudah bisa menerima itu, bahkan Kai seperti tak menggunakan tenaga. Murid Nevar itu terlihat sangat tenang, tapi tatapannya tetap waspada.
Dengan posisi tangan kanan masih tergenggam oleh Kai, Park Sun-Hyung mencoba menggerakkan kaki kanannya untuk melakukan tendangan dari samping.
Sekali lagi Kai bisa menangkisnya dengan mudah. Dia menggunakan punggung tangan kanannya. Lalu tiba-tiba gerakan Kai terlihat begitu cepat, dia mundur beberapa langkah dan kembali maju dengan satu pukulan yang sangat cepat.
Tubuh Park Sun-Hyung melesat jauh ke belakang, seperti terhempas kekuatan yang sangat besar. Dia merasakan dadanya sesak, sangat sakit. Pukulan itu bagai meremukkan tulang-tulang di dadanya. Ini sangat buruk. Perbandingan kekuatan fisik mereka sangat jauh. Park Sun-Hyung tak mungkin menang. Walaupun Kai adalah anggota terlemah dari tim pengintai, tapi faktanya mereka berada di tingkatan yang berbeda.
Park Sun-Hyung tak berdaya. Dia merasa kesal dan kecewa pada dirinya sendiri. Sistem level yang dia miliki juga terasa tak berpengaruh. Dia masih sangat lemah.
***