Hamid pergi menyusul ketika memastikan istri tercintanya telah aman dan nyama. Rumah ia kunci, demikian gerbang yang terbuat dari besi. Dia juga menitipkan keamanan Hawa pada satpam kompleks. Selama ini, Hamid tidak pernah pergi tanpa Hawa kecuali kerja. Hawa juga tidak pernah ditinggal oleh Hamid Adam di malam hari atau sampai menginap. Maka, wajar jika dia sedikit berlebihan memproteksi sang istri.
Hampir tengah malam barulah ia sampai ke rumah duka. Di sana sudah ramai orang melayat, meskipun waktu telah menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh lima menit. Aisyah adalah orang yang paling terlihat sedih. Sekarang, ayahnya telah menyusul sang ibu ke alam lain. Hamid Adam memarkirkan mobil di pekarangan rumah, dan menemui ibunya yang ada di samping Aisyah, menguatkan dan memberi dukungan semangat pada sang menantu.
"Hamid!" Dwi Haniyah tampak senang dan antusias dengan kehadiran putranya. "Kamu datang sendiri?"
