"Tawaran Ibu masih berlaku?" tanya Hamid, memancing.
"Tawaran yang mana?"
"Menikah lagi."
Wajah Haniyah tampak jelas berseri-seri. "Tentu. Kamu juga harus menceraikan Hawa dahulu. Lalu, kita lamar Aisyah Fitria untuk menjadi pendampingmu."
"Baiklah," ujar Hamid kemudian.
Satu kata ambigu tersebut membuat Haniyah merasa di awang-awang, sekaligus memancing rasa penasaran Haniyah. "Baiklah, apa?"
"Sepertinya Ibu memang lebih cocok tinggal di rumah joglo kita. Kasihan paman ditinggal sendiri." Hamid menjawab santai.
"Kurang ajar kamu. Kok ya ngomong begitu?" pekik Haniyah.
"Ibu terus-terusan menghasutku. Menuduh Hawa dan setelah kupikir, bukankah lebih baik pulang saja?"
"Kamu mengusir ibu?" Haniyah menatap nyalang putranya.
"Na'udzubillah." Hamid balas menatap wanita yang mempertaruhkan nyawa ketika menghadirkannya ke dunia. "Aku hanya ingin Ibu merenungi baik-baik bahwa sesuatu yang dipaksakan, akan berujung kehancuran."