Hanan tak kuasa menahan tangisannya. Mendengar kabar adindanya tak lagi bernyawa membuatnya menangis meraung. Dia tidak sanggup ketika Dharma mengabarkan hal sedemikian rupa. Bahkan menurut Dharma, mayat sang adik tidak bisa dikenali lagi. Dia diketahui dibakar dan mayatnya ada di Semarang.
"Yaa, Allah! Hana-ku ... Adinda-ku." Hanan menampilkan kelemahannya. Dia bersama Hasna bertangis-tangisan.
Rina dan Yudhi yang mendapat kabar seperti itu, hanya menangis meratapi. Namun, kesedihan mereka tak sebanding dengan kesedihan yang Hanan rasakan.
Hanan memang mengucap istirja, tetapi dia masih tidak bisa menerima bahwa Hana telah meninggalkannya. Hasna ada di samping Hanan dan dia pun tak hent-hentinya menangisi sahabatnya itu.
"Aku akan ke Semarang. Memastikan sendiri. Katakan pada mereka aku akan datang sendiri menjemput adikku, Dharma."
Demikianlah perkataan Hanan kepada Dharma di pesawat telepon.