Sesampainya masuk ke kamar, dia membanting-banting perkakas dan perabot yang tersedia di dalam sana. Aisyah hampir gila dengan kelakuan Hamid Adam terhadapnya. Setelah puas dengan urusan mengamuk, dia terduduk di samping ranjang yang berantakan itu. Dulu, jika dia bersedih, maka akan ada yang menghiburnya. Dia tak hanya sekadar menghibur tetapi juga melindungi. Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang lalu, saat dia bersedih dan mengekspresikannya dengan menangis di sebuah lapangan tak terurus di belakang sekolahnya.
"Aisyah!" seru seseorang dari belakang, hingga perempuan itu menoleh, senyumnya mengembang seakan kesedihannya menguap begitu saja.
"Dodi!"
Laki-laki yang disapa Dodi itu menghampiri Aisyah dengan tergesa-gesa, membawanya ke dalam pelukan hangat.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dodi sembari menguraikan pelukannya. Ia juga menyeka bulir-bulir air mata yang menempel di pipi gadis itu menggunakan tangannya.
