Hamid Adam telah sampai di rumahnya, jarak tempat itu dengan rumah yang telah menjadi milik Hawa tidak begitu jauh. Hamid Adam langsung masuk ke dalam kamar tidurnya. Membuka laci meja di samping ranjangnya dan mengeluarkan sisa undangan miliknya dahulu. Benda itu kini tergeletak manis di meja dengan kayu solid jenis mahoni sebuah kamar yang cukup luas. Kamar dengan nuansa warna abu-abu terang dan putih.
Hamid Adam tengah duduk di ranjang dengan pandangan kosong menatap lemari pakaian yang berjajar di depannya.
"Telah lebih dari tiga tahun kita menikah, mengapa kamu menyerah, Hawa? Aku …." Lelaki itu menghela napas berat.
"Aku bisa mengerti kegundahan dan keputusasaan dirimu. Tetapi …." Duplikat Ahmad Ali itu tidak melanjutkan kalimatnya.
Pria itu beranjak dari ranjangnya. Diperhatikannya lamat-lamat tempat tidur yang dibelinya empat tahun lalu, dua hari sebelum pernikahannya digelar.