Pemuda yang usianya seperempat abad memasuki kedai kopi. Setelah ia duduk, datanglah pramusaji pria mendatanginya. Menanyai tentang pesanan. Pemuda tadi pun memesan teh, tapi dengan gula terpisah.
Setelah pramusaji itu pergi, ia mengeluarkan sebuah foto hitam putih berisi lima orang berlatarkan rumah mewah. Ia usap, kemudian dimasukkannya kembali potret itu ke dalam saku, sambil menggumamkan sesuatu. Lalu ia teringat pada kenangan delapan tahun silam. Ketika terusir dari rumah Harun Bahtiyar, dituding hendak melakukan tindakan amoral kepada putri semata wayang keluarga tersebut. Saat itu juga ia yakin kalau ini adalah jebakan Suwandi yang memang hendak menyingkirkannya. Bukan hanya dari rumah keluarga Harun Bahtiyar, tetapi dari dua perempuan yang paling berharga bagi lelaki kaya dermawan itu.