"Durhaka, gimana pa?"
Biar aja pengadilan yang memutuskan. Siapa yang bersalah, pantas mempertanggung jawabkan kesalahannya.
Oma tidak bersalah, papa bagas sangat yakin tidak mungkin ia meracuni menantunya. Lagian buat apa ia meracuni dan apa untungnya?
"Benar, pa!"
"Nanti kita liat aja, pa!" suara daniz melemah.
"Daniz ... Daniz, tolong papa, nak?"
Bagas sedemikian rupa merayu rayu keluarga itu dengan lantangnya. Namun, daniz tidak akan membiarkan orang yang telah menghancurkan keluarganya akan berbaik baik pula.
"Cabut aja perkara itu, karena yang sudah meninggal pun tak akan balik lagi!"
Ayolah, nak! Demi keluarga kita juga, nak!
Oma itu orangnya baik dan selalu membantu saat kamu kecil dulu. Tolong pertimbangkan lagi, daniz? Supaya tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
"Kasian juga, oma udah tua!" imbuhnya lirih.
Ya sudah, nak!
Papa bagas sudahi aja obrolannya, semoga daniz berubah pikiran ya nak?
"Ingat ya nak!"
"Jangan jadi anak durhaka pada orang tua!"