Daniz menatap nabilah dengan mata elangnya hingga seluruh tubuhnya bereaksi bahagia. ia gadis yang mampu membuatnya bertahan untuk memperjuangkan hari hari yang terkadang amat menyakitkan hati.
Seorang daniz tidak boleh berputus asa, aku harus menjadi kebanggaan papaku di surga nantinya. Meskipun papa bagas sebagai penghalang cita cita yang akan di raihnya kelak. Papa bagas tak pernah meliriknya sedikit pun bahkan tak pernah di anggap ada.
Bagas tidak mendengarkan, hanya menatapnya dengan tajam, seolah sedang menonton sandiwara yang terus bergerak.
"Kamu mau minta apa daniz? Izin kuliah?" tanya papa bagas padanya di suatu hari.
"Boro boro kuliah, uang untuk makan aja masih minta papa bagas, konon mau bayar uang kuliah pakek apa?"
"Kamu tidak boleh kuliah, titik!"
"Papa gak cukup uang menyekolahkanmu, sadarilah itu!"
"Papa, sebelumnya maafkan daniz, ya?"
