"
Bermula dari penjelasan frans, ia tersadar batas kasih sayang yang berbeda di tiap anggota keluarga.
Kasih sayang di mulut tidak semanis di bibir.
Gabriel tidak punya waktu banyak untuk berdebat dengan ibu bagas karena berbekal tabungannya ia mesih mampu menyewa aprtemen atau bahkan pulang ke tempat frans.
Ini yang menjadi kendala, mas bagas tak mengizinkan kami jauh jauh dari anak anak, sementara anak anak pun tak boleh berjauhan darinya.
"Kebayang, gak?"
"Maksudnya gimana, sih?"
Pikiran gabriel berkecamuk hebat, atas pilihan buntu mas bagas. Kalau makan mati bapak gak makan mati emak, kok gitu sih mas bagas ini?
"Ouh, tidak! kalau gitu kami mau bertemu mas bagas dulu, seperti apa jalan keluar darinya," ajak gabriel suatu sore.
Mas ... Mas!
Kok gitu kali persyaratannya dan sampai kapan?
ibu pengen kami hengkang dari paviliun itu, sementara mas pengen kami terus selamanya. Yang benar yang mana nih?" tanya gabriel dengan hati gusar.
