"Dimana bayiku?" tanyanya pada semua orang di sana dengan berteriak.
"Dimana?" teriaknya histeris.
Terdengar beberapa suster yang mengatakan. "Sabar buk ya, sabar."
Tapi bukannya berhenti, teriakan dan berontak Alexa pun menjadi, hingga akhirnya dokter memutuskan untuk menyuntikan padanya obat penenang, yang mampu membuat wanita itu tidur dalam beberapa jam.
Vivian yang melihat kejadian itu hanya menangis, Arthur tampak memeluknya, mereka terlihat benar-bena tidak tega dengan apa yang saat ini wanita itu alami.
Beberapa waktu berlalu, Alexa tampak masih tertidur. Arthur duduk di dekatnya, menatap dalam pada wanita itu, tangannya terus menggenggam telapak tangannya.
"Maafkan aku, aku merasa paing bersalah untuk itu," ucapnya lirih, hingga akhirnya tanpa dia sadari Alexa terjaga.
Wanita itu menilik ke sekitarnya, menyadari apa yang tadi dia alami bukanlah mimpi, apa lagi melihat keadaan rumah sakit, dan suasana kamar rawat itu.