Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Your Ayes Tell

🇮🇩Audrey_16
312
Completed
--
NOT RATINGS
59.4k
Views
Synopsis
Apa yang terjadi jika seseorang yang sangat membenci penghianatan di dalam satu hubungan, namun berakhir di khianati oleh kekasihnya sendiri, kekasih yang akan ia nikahi. Aiden Elves Estley, pria berusia 27 tahun, berkepribadian sedikit tertutup. Seorang pemilik Perusahaan yang berkembang di bidang industri, mencampakkan kekasih yang berkhianat tepat malam di mana ia akan melamarnya. Hannah Eldora, gadis berusia 22 tahun, berkepribadian ceria, namun sedikit ceroboh. Seorang yang di penuhi kesederhanaan dalam hal apapun meski memiliki segalanya. Mahasiswa tingkat dua jurusan Akuntansi. Dan satu ikatan pun terjadi, setelah keduanya bertemu dalam satu insiden yang tidak di sengaja, berawal dari keduanya yang berada di dalam satu mobil yang sama. Di mana kondisi Aiden Elves dalam keadaan mabuk, hingga keduanya berakhir di sebuah Hotel.
VIEW MORE

Chapter 1 - KEBERUNTUNGAN ATAU KESIALAN.

Dengan langkah yang sedikit di percepat, Hannah Eldora melangkahkan kakinya mengintari pelataran kampus yang sudah mulai nampak terlihat sepi. Menyelesaikan tugas di perpustakaan yang menumpuk cukup menyita waktunya, dan hal tersebut mengharuskannya untuk pulang cukup larut malam ini.

"Good job Anna, kau bisa ketinggalan Bis lagi malam ini, dan seharusnya kau berlari sekarang, bukannya bersantai... Oh Tuhan, ini melelahkan... " Ucap Hannah Eldora yang semakin mempercepat langkah kakinya, bahkan kali ini ia terlihat sedikit berlari dengan harapan bisa sampai ke halte Bis dengan tepat waktu. Meski sepertinya kali ini gadis berkuncir itu kurang beruntung, sebab Bis terakhir baru saja berlalu bahkan sebelum ia sampai ke Halte tersebut.

"Heeiii... Kau tidak bisa melakukan ini padaku, BERHENTIIIIII.... AKU BILANG BERHEEENTIII...." Teriak Hannah Eldora yang masih terus berlari mengejar Bis yang bahkan semakin melaju dan perlahan hilang dari pandangannya yang mulai terasa kabur, bersamaan dengan langkahnya yang juga ikut berhenti dan memilih untuk menyerah,

"Ah sial!! Aku mual..." Umpat Hannah sambil membungkuk, memegangi perutnya yang bergejolak dengan nafas yang tersengal, mengusap dahinya yang sudah di penuhi oleh keringat.

Dengan wajah yang terlihat lelah, Hannah Eldora berdiri tepat di pinggiran trotoar, bahkan ia tidak mempunyai pilihan lain, selain berdiri di tepi jalan menunggu sebuah taksi, sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar di lengannya. Sungguh hal yang paling Hannah Eldora benci saat ini. Bahkan jam sudah menujukkan pukul 22:00 malam, dan ini sudah cukup larut jika menghubungi seseorang untuk menjemputnya.

"Dan akhirnya aku kembali berdiri di sini. Ahh... aku sungguh lelah... " Gumam Hannah Eldora dengan wajah datar, yang langsung menutupi kepala menggunakan tudung hoodie yang di kenakannya, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku, saat udara dingin mulai menyerang hingga membuatnya kedinginan, sesekali mendendang batang pohon flamboyan dengan ujung kakinya yang terbungkus sneakers, seolah kesialan yang menimpanya malam ini adalah mutlak kesalahan dari pohon tersebut. Dan beruntung, malam ini Tuhan masih mengasihaninya, sebab tanpa menunggu lama dan harus terus menyiksa pohon tersebut, sebuah taksi tiba-tiba terlihat dari arah persimpangan jalan, melaju menuju kearahnya, dan berhenti tepat di hadapannya.

Tanpa mengulur waktu, Hannah Eldora langsung membuka pintu dan masuk kedalam taksi, menyenderkan tubuh lelahnya pada sandaran kursi penumpang, bahkan sesekali terlihat memijat tengkuk lehernya untuk menghilangkan rasa ngantuk yang menyerangnya secara beruntun.

"Jalan pak." Perintah Hannah Eldora kepada pria paru bayah sang pemilik taksi. Namun seketika mata yang nyaris tertutup itu tiba-tiba melebar dengan sempurna saat suara ketukan dari luar kaca mobil terdengar sangat keras bahkan sampai mengejutkannya.

"Astaga.. Apalagi sekarang?" Gumam Hannah Eldora yang sudah merasa jengah, di tambah lagi saat matanya menangkap kedua sosok pria berseragam sama terlihat tengah memapah seorang pria yang sepertinya sedang tidak sadarkan diri. Dan yang lebih mengejutkan lagi saat salah satu dari kedua pria tersebut langsung membuka pintu taksi dan memasukkan pria yang sedang tidak sadarkan diri itu tepat di sampingnya. Hal yang cukup membuat Hannah Eldora terkejut hingga lupa untuk mengeluarkan satu pertanyaan pun.

"Maaf.. Saya tidak bisa membantu anda untuk mengantarkan pria ini, bukankah anda sudah melihatnya sendiri, jika saat ini saya sudah mempunyai seorang penumpang yang harus saya antar." Ucap supir taksi tersebut pada salah satu pria berseragam sama yang masih berdiri dengan sedikit membungkuk.

"Saya tahu Tuan, tapi tidak bisakah anda membantu kami kali ini saja? kami tidak punya banyak waktu, kami harus kembali untuk bekerja, anda tinggal mengambil beberapa uang dari dompetnya sebagai ongkos taksi anda, lagi pula, sepertinya nona ini juga tidak keberatan." Ucap salah satu pria tersebut seraya menatap Hannah Eldora yang hanya melongo tak berucap apapun.

Apa??? Tidak keberatan? Heeiii kalian yang langsung memasukkan pria asing ini tampa minta izin padaku.

Batin Hannah Eldora yang sepertinya terlalu lelah untuk berdebat saat ini.

"Tapi Tuan... Saya yakin, Nona itu akan merasa tidak nyaman dengan ini." Balas supir taksi itu terlihat khawatir sambil membalikkan tubuhnya untuk melihat keadaan Hannah Eldora yang masih menatap ketiga pria itu secara bergantian.

Sungguh satu perdebatan yang cukup membuatnya kesal. Sambil menarik nafas dalam, Hannah Eldora kembali melirik jam tangannya. Pukul 22:30 malam. Cukup larut untuk seorang gadis yang masih berada di luar rumah, apalagi di jalan seperti ini.

"Sudahlah paman, kita bawah saja pria ini ke hotel." Ucap Hannah Eldora untuk menghentikan perdebatan tersebut.

"Nona tidak bercanda kan?" Tanya supir taxi tak percaya.

"Aku tidak punya cukup tenaga untuk bercanda saat ini paman." Jawab Hannah Eldora yang masih memasang wajah datar, melirik pria di sampingnya sebelum kembali mengalihkan pandangan ke arah dua pria di sana.

"Lekaslah,"

"Ah iya Nona, tapi apa Nona benar-benar tidak keberatan?" Tanya supir taksi itu sekali lagi.

"Atau haruskah kita meninggalkannya di pikir jalan saja paman?" Jawab Hanna Eldora dengan satu pertanyaan.

"T-api Nona.. Kasian.... "

"Kalau begitu kita kita berangkat sekarang?" Potong Hannah Eldora.

"B-aik Nona, tapi.. Apa Nona tidak apa apa?"

Berhenti bertanya dan jalan saja Tuan, astaga. Jawab Hannah Eldora membatin, dengan perasaan ingin mengobrak abrik seluruh isi bumi dan meluluhlantakkan semuanya, ia sungguh lelah, lapar, dan mengantuk, ditambah lagi beberapa orang asing yang datang seenaknya meletakkan seseorang di sampingnya tanpa permisi, sungguh satu tindakan yang benar benar menguji kesabarannya.

"Hmm.. Lagi pula aku juga tidak punya banyak waktu untuk mendengar kalian berdebat. Terutama anda, yang sejak tadi terus menanyakan hal sama, ayolah Paman, aku sangat lelah, bisakah Paman berhenti bertanya dan kita pergi saja? Aku sungguh baik-baik saja." Balas Hannah Eldora yang langsung membuat perdebatan di antara supir taksi dan kedua pria itu berhenti.

Dengan sedikit membungkuk sebagai ucapan rasa terimakasih karena sudah bersedia membantu, kedua pria tersebut pun langsung melangkah pergi meninggalkan Hannah Eldora dalam kebingungan. Hingga taksi itu mulai melaju meninggalkan tempat itu.

Untuk sesaat Hannah Eldora terdiam, menarik nafas dalam sambil memejam, seolah mencoba untuk memahami situasi yang sedang di hadapinya saat ini. Entah kesalahan apa yang sudah ia lakukan hari ini, hingga kesialan selalu saja datang menghampirinya secara beruntun.

"Apa Nona tidak apa apa? Atau bagaimana jika saya mencarikan taksi yang baru untuk Nona." Tanya supir taksi tersebut yang terlihat benar-benar merasa khawatir dengan Hannah Eldora.

"Sungguh, aku tidak apa apa paman, percepat saja laju mobil ini, kerana aku sudah sangat terlambat pulang ke rumah. Kita bawah saja pria ini okey." Jawab Hannah Eldora tegas namun terdengar sedikit lemas, dan meskipun ia memang sangat ingin melakukannya, namun saat ini ia memang cukup lelah untuk menunggu lagi.

* * * * *

Bersambung...