Andai kalau aku juga bisa tau informasi-informasi atau ingatan orang lain, kan jadi lebih mudah untuk membantu klienku. Pikir alan
Setelah berpamitan dengan ibu. Alan pergi ke toko sebelah untuk membeli pakan ikan mas.
Toko ikan ini tidak hanya dipenuhi oleh ikan. Namun ada juga binatang lain yang amfibi seperti kura-kura, bintang laut, pokoknya yang berhubungan dengan hewan air.
Munculah mas-mas yang sepertinya pemilik toko
"Eh, neng Lia. Lama gak Dateng, mana si neng Ani?"
"Hah Ani?" Pikir alan, siapa itu.
"Oh iya, Ani lagi sibuk, jadi gak ikut"
"Ohh... Biasanya kan si neng Ani suka kesini"
Alan lalu mengambil pelet ikan mas, dan menyerahkan ke kasir.
Setelah membeli pelet tersebut, Alan berpamitan sebentar pada si pemilik toko dan segera menyusul ibu.
Sesampainya di toko. Ibu sudah berada di kasir untuk membayar belanjaannya.
Ayah baru kembali dari lantai atas membawa sekantong barang.
"Ayo, udah selesai belanjanya?"
"Iya, nih udah kok, tinggal bayar" kata ibu sambil menyerahkan kartu debet ke pelayan kasir.
"Lia beli apa kamu itu?" Tanya ayah
"Oh ini, tadi aku pergi beli pelet ikan mas. Udah habis soalnya peletnya"
"Ohh, perasaan kemaren-kemaren peletnya masih banyak"
Alan hanya ketawa menanggapi perkataan ayah
-time skip-
Setelah balik ke rumah. Ibu menyusun belanjaannya ke rak dapur, ayah ke lantai atas rumah.
Alan membantu ibu menyusun barang belanjaannya.
Ibu membuka topik percakapan
"Nak, kamu seharian sama kita terus. Kesambet apa kamu?"
"Biasanya kamu maunya di kamar terus Sama kayak ani. tapi gapapa mama sama papa seneng hari ini kamu mau menghabiskan waktu sama kita" tambah ibu sambil menaruh sayur di kulkas.
"Iya, aku pikir soalnya ini hari natal jadi setidaknya aku menghabiskan waktu dengan mama dan papa"
Ibu hanya tersenyum hangat menanggapi perkataan-ku
Ayah tiba-tiba memanggilku untuk keatas dengannya untuk membantu membereskan barang.
Saya segera keatas menyusul ayah.
Lantai kedua rumah terdapat 3 kamar.
alan melihat Ayah sedang membereskan kamar, Alan segera melihat-lihat apa yang ayah sedang bereskan.
Terlihat kardus-kardus dan box-box bekas.
"Lia, bantu papa beresin ini barang-barangnya Ani"
"Barang-barangnya Ani?". Memang Alan sepanjang hari selalu mendengar nama "Ani" namun Ani itu siapa?, Pikir Alan sambil menaruh buku tebal bertuliskan "diari" di box bekas
"Mama lagi dibawah, menyusun belanjaan yah?" Tanya ayah
"Iya"
"Sebenarnya saudaramu Ani itu sudah meninggal dari dulu" ayah memecah suasana
"Mamamu masih tidak bisa move on dari kepergiannya"
Tambah ayah
Alan terdiam tidak tau harus berkata apa.
"Rencananya sore ini papa mau membawa mama ke psikiater, karena mama sepertinya sering menghalusinasikan anaknya Ani. kamu gausah ikut gapapa, kamu istirahat saja dirumah"
"Tapi aku mau ikut ayah-
"Tidak, gausah ikut kamu dirumah aja"
Alan hanya mengangguk iya
Setelah barang-barang sudah dirapikan. Ayah berdiri dan membunyikan punggungnya.
"Papa tidak kasihtau ke mama kalau ayah akan membawanya ke psikiater. Kalau mama tau papa akan membawanya ke psikiater, dia pasti akan terkejut dan tidak jadi pergi" kata ayah
Ayah tiba-tiba memeluk Alan. Alan terkejut menanggapi hal yang tiba-tiba tersebut.
"Papa, sayang banget sama kamu Lia. Sayang Ani sudah tidak ada, kita tidak bisa merayakan natal lagi bersama-sama seperti dulu. Papa kangen sama dia..." Mata ayah berkaca-kaca
Alan memeluk balik ayahnya
"Iya, aku juga kangen sama Ani pah..."