Chereads / Aimer Un Avocat / Chapter 13 - Aimer| 13

Chapter 13 - Aimer| 13

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Lambat laun hubungan keduanya membaik, berkat Nelson yang dengan sabar tetap menahan amarah. Meskipun sering kali emosi sudah diubun – ubun tiap kali sikap Nicolette memancing amarah. Setelah kejadian itu Nelson tak lagi meminta Nicolette menerbitkan sebuah buku kecuali atas keinginannya sendiri.

Tanpa sengaja mengetahui latar belakang Nicolette yang dulu pernah menempuh pendidikan di fakultas hukum di Jerman, meskipun hanya sampai semester dua saja sudah cukup membuat Nelson merasa tertarik untuk menjadikannya asisten pribadi. Akan tetapi dengan terang – terangan menolak mengingat sikap Nelson yang penuh kepalsuan.

Menjadi penulis saja sudah ditipu sedemikian menyedihkan, apalagi kalau sampai menjadi asisten pribadi, entah tipuan apalagi yang akan dilayangkan padaku.

Bukan Nelson kalau tidak bisa mendapatkan apapun yang diinginkan, hingga seorang Nicolette dibuat tak berkutik. Tak ada pilihan lagi bagi Nicolette selain menyetujui keinginannya.

Tak tanggung – tanggung meskipun baru sehari menjabat sebagai asisten akan tetapi hal itu semakin mempertajam ilmunya tentang dunia hukum. Dan hari pertama Nicolette bergabung sudah disibukkan dengan berbagai jadwal meeting. Ternyata menjadi seorang pengacara itu cukup menyita perhatian sehingga memperhatikan diri sendiri pun lebih sering terabaikan.

"Ke ruangan saya Letta! Bawa jadwal meeting seminggu ke depan." Pinta Nelson melalui sambungan telepon. Beberapa menit kemudian, Nicolette sudah berdiri dihadapannya.

"Ini Tuan dokumen yang Anda minta."

Menghujani Nicolette dengan tatapan yang sulit diartikan. "Duduk!" Perintahnya kemudian segera fokus mempelajari jadwal meeting.

"Sore ini saya berangkat ke luar negeri. Selama satu minggu ke depan, gantikan meeting saya dengan Mr. Jose Martin, Bisa?"

"Saya Tuan." Sambil menunjuk dadanya sendiri.

"Sekalian kamu bisa belajar banyak dengan Mr. Jose."

Kebingungan segera menyelimuti wajah Nicolette. Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana caraku menolak tugas ini? Oh My God cobaan apalagi ini.

"Saya tahu kamu sangat berpotensi Letta. Saya yakin kamu bisa menggantikan saya."

"Tapi Tuan."

"Silahkan kembali ke ruang kerja kamu."

Dengan langkah gontai meninggalkan ruang kerja Nelson. Entah apa yang akan dilakukannya besok yang jelas tak ingin bertemu lagi dengan Jose. Lelaki asing yang sudah menghina dan juga merendahkan harga dirinya.

--

Dengan malas melirik ke arah jarum jam yang sudah mengarah pada pukul 10.00. Disaat berperang dengan pikiran sendiri, pintu ruangannya diketuk. Salah satu staff memberitahukan bahwa mobil sudah siap.

Akhirnya dengan langkah bimbang menuju lobby, mobil sport hitam sudah menungguinya disana. Tak ada waktu lagi untuk mengulur waktu akhirnya Nicolette memutuskan berangkat.

Hanya meeting Nicolette. Kau harus professional. Nicolette membatin sembari melangkahkan kaki menuju mobil yang sudah menunggunya.

Setelah satu jam lebih membelah pusat kota, akhirnya mobil yang membawanya pergi telah sampai di kantor Jose. Zoe yang melihat kedatangan Nicolette langsung menyambut hangat. "Silahkan masuk Nona, Mr. Jose sudah tak sabar bertemu dengan Anda." Celoteh Zoe yang langsung dihujani tatapan mematikan.

Sudut mata Nicolette menelisik ke seluruh ruangan yang didesain dengan sangat maskulin. Perpaduan warna hitam didominasi putih memancarkan aura mencekam. Ketika sedang asyik meneliti setiap dekorasi, tiba - tiba dikejutkan dengan kehadiran seseorang.

"Maaf sudah membuat mu menunggu lama Ms. Nicolette Phoulensy Hamberson." Bisik Jose. Seketika bulu roma meremang merasakan sapuan nafas hangat menggelitik permukaan kulit tengkuk. Rasa tak nyaman menghinggapi dengan jarak yang begitu dekat.

Nicolette langsung beringsut memberi jarak namun tangan kekar segera melingkari perutnya dengan sangat posesif lalu dengan gerakan perlahan memutar tubuh Nicolette sehingga tatapan keduanya saling bertemu. Saling memancarkan rasa entah apa itu yang jelas debaran jantung keduanya makin tak karuan.

Dengan suara bergetar coba mengatasi kegugupannya. "Bisa kita mulai sekarang meetingnya Mr. Jose?"

Seringaian licik langsung terukir menghiasi bibir Jose. "Tentu saja Ms. Nicolette. Silahkan duduk!"

Jose tak habis pikir rencananya bisa semulus ini. Terbukti dengan kepergian Nelson ke luar Negeri pada saat hari - hari terakhir jadwal meeting adalah karena campur tangannya. Sehingga mau tidak mau Nelson harus mengirimkan asisten pribadi untuk mewakili meeting.

Dalam hati bersorak senang karena bisa berduaan saja dengan Nicolette. Berkali-kali mencuri pandang wajah cantik yang terlihat fokus. Tak dapat ditahan lagi senyum Jose pun seketika mengembang.

Meskipun ini adalah kali pertamanya menangani meeting penting akan tetapi dengan cepat memahami konsep yang Jose jelaskan. Jose pun dibuat takjub dengan kelihaian mendebat dan juga ide - ide briliant.

Tak ku sangka dia sangat menguasai permasalahan hukum meskipun baru dua semester saja dia belajar di Universitas tersebut. Puji Jose dalam hati. Dan Jose semakin dibuat terpesona dengan kepribadian dan juga kecerdasan Nicolette.

Tanpa sadar menatapnya lekat hingga yang ditatap merasa tak nyaman hingga memergokinya. Menyadari kebodohannya sendiri Jose pun mengumpat kesal membuat bibir Nicolette mengulas senyum geli melihat tingkah malu-malu yang tanpa sengaja Jose tunjukkan. Semakin ingin menutupi kesalahan justru sikap Jose semakin memperjelas perasaan sesungguhnya.

Disaat sedang berbincang tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata Nelson yang menghubungi menanyakan perihal meeting. Jose yang mengetahui Nicolette sedang berbincang melalui sambungan telepon menatapnya tak suka. Ada rasa cemburu yang langsung menyergapnya dengan sangat kuat.

"Bisakah kau sudahi urusan pribadimu dan kita lanjutkan meeting Ms. Nicolette?" Jose sengaja meninggikan suaranya supaya Nelson bisa mendengar.

"Jadi meeting belum selesai Letta?"

Mendapati Nicolette tak juga menjawab pertanyaannya memaksanya mengulang kembali pertanyaannya. Namun belum juga menjawab, terlebih dulu Jose merebut ponsel dari tangan Nicolette lalu mematikan sambungan teleponnya.

"Apa yang kau lakukan?" Bentak Nicolette.

"Seperti yang kau lihat. Mematikan ponselmu." Jawabnya acuh tanpa raut penyesalan.

"Dasar! Tidak so-"

"Saya sedang tidak ingin berdebat urusan yang tidak penting. Duduklah!"

Namun Nicolette tak mengindahkan perintahnya.

"Ms. Nicolette!" Nada suara Jose meninggi diiringi tatapan tajam.

"Maaf Mr. Jose saya sudah tidak ada kepentingan disini. Meeting selesai. Permisi." Belum sempat membuka handle pintu, tubuh Jose sudah berdiri dihadapannya, menatapnya lekat lalu menggenggam pergelangan tangan Nicolette menyeretnya menuju lift.

"Apa yang kau lakukan? Lepas!"

Menghujani Nicolette dengan tatapan tajam. "Ikut saja!"

"Tidak mau. Lepas!"

"Dengar Ms. Nicolette tidak bisakah kau ini menurut saja! Aku juga tak ada niatan jahat!"

Tak ayal hal tersebut tak lepas dari pengamatan sang sekretaris yang menatap keduanya dengan tatapan bingung. Karena rasa ingin tahu yang melambung tinggi membuat sang sekretaris bergegas mendekati lift. Sepasang matanya terus mengamati angka lift yang terus bergerak naik dan berhenti di lantai paling atas. Ia pun langsung membekap mulutnya dengan kedua tangan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Zoe bertanya sembari menelisik wajah sekretaris yang terlihat gugup.

"Apa pekerjaan mu sudah selesai?"

Karena terus dihardik pertanyaan dan juga dilempari tatapan mematikan membuat sekertaris gelagapan, sehingga tak tahu harus menjawab apa dan bersikap bagaimana. Zoe berbeda dengan Jose yang berperangai lembut, wajah Zoe tak kalah tampan hanya saja terlihat garang dan menakutkan.

"Mr. Jose membayarmu mahal untuk bekerja bukannya bersantai, Nona. Sekarang kembalilah bekerja atau aku akan meminta Jose untuk memecatmu sekarang juga, hah?" Bentak Zoe.

"Jangan Sir. Tolong maafkan atas kelalaian saya. Saya akan kembali bekerja, permisi."

Sementara didalam kamar pribadi Jose, dua insan sedang terlibat perdebatan sengit. Masih saja saling bersilat lidah, tak ada yang mau mengalah hingga ancaman Jose membuat Nicolette terdiam.

"Kalau kamu tetap saja berisik. Maka aku akan menciummu, mau?"

"Jangan macam – macam, Sir! Dan untuk apa Anda membawa saya ke ruangan ini! Buang-buang waktu saja! Saya harus kembali ke kantor, permisi!"

"Tetap ditempatmu sekarang Ms. Nicolette!" Jose berjalan mendekat, memutar tubuh Nicolette sehingga keduanya saling berhadapan. Lalu menyerahkan tumpukan buku dengan tema hukum ke dalam tangannya. Nicolette yang kurus kering pun terlihat keberatan dengan beban buku - buku tersebut.

"Dasar merepotkan!" Gerutu Jose yang masih didengar olehnya. Belum sempat mendebat Jose sudah lebih dulu melemparkan tatapan mematikan.

"Mana, sini." Kemudian menata buku-buku tersebut ke dalam kardus dengan sesekali sudut matanya melirik ke arah Nicolette, lalu bibirnya menyungging senyum yang hanya dia sendiri yang tahu apa arti dari senyuman itu.

"Ayo!" Ekor matanya melirik ke nakas dan memerintah Nicolette untuk membawakan kunci mobil, sementara dia sendiri terlihat kesulitan membawa kardus yang berisikan buku – buku bertemakan hukum.

Apa susahnya mengucap minta tolong. Dasar bisu! Gerutu Nicolette sambil berjalan mengekori.

"Jangan terus mengumpat. Cepat masuk dan tekan tombol 01. Apa kau tidak tahu tanganku ini sudah pegal membawakan buku-bukumu ini, hah!"

Ish, enak saja dia bicara. Buku-ku dia bilang. Itu kan buku-bukunya dia sendiri. Dasar pengacara aneh. Lagipula masih banyak pengacara hebat diluar sana untuk apa Nelson kerjasama dengan lelaki ini. Dasar sama-sama aneh.

Tanpa sadar bibirnya mengerucut dan hal tersebut tak lepas dari pengamatan Jose. Lantas ia pun langsung meletakkan kardus ke lantai lalu tangannya terulur meraih punggung ramping menekankan ke belakang sehingga menempel tepat pada dada bidang.

Sedetik kemudian ketegangan terjadi, bukan diakibatkan pelukan namun lift yang tiba-tiba terhenti. Nicolette yang pobia pada kegelapan langsung menjerit histeris. Sontak saja langsung memutar tubuh, memeluk erat Jose. Yang dipeluk pun bersorak gembira, lalu kedua tangannya terulur melingkari sepanjang punggung dan semakin mengeratkan pelukan.

Cukup lama dibiarkannya dalam posisi seperti itu hingga Jose berinisiatif mengurai pelukan dengan kedua tangan terpatri pada pundak Nicolette, sementara Nicolette sendiri masih terlihat ketakutan dengan mata memejam erat. Tanpa dapat ditahan lagi, senyum mengembang menghiasi bibir kokoh sembari menatap lekat wajah cantik yang terlihat makin memesona meskipun dalam kegelapan.

"Please jangan jauh-jauh Mr. Jose! Aku takut."

"Tenanglah Nicolette, aku disini. Aku tidak akan melepaskanmu." Dan setelah ini aku tak akan lagi membiarkanmu menjauh dariku Nicolette walau hanya sejengkal.

Lift yang bergoyang membuat Nicolette semakin menjerit histeris diiringi isak tangis. Ia tak mau mati konyol, ia masih ingin bertemu Cerelhia dan juga bibi Jane. Hatinya terus mengucap doa memohon perlindungan dari Tuhan.

"Tenanglah Nicolette, tidak akan terjadi hal buruk." Ucap Jose lembut. Namun Nicolette masih saja menangis. Disaat Jose ingin mengurai pelukan justru yang dirasa pelukan pada tubuhnya terasa makin erat.

"Berhentilah menangis Nicolette." Kemudian menekan tubuh Nicolette hingga menempel pada dinding lalu secara perlahan mengurai pelukan. Menatap lekat wajah cantik yang juga balik menatapnya. Jarak wajah yang sangat dekat mengirimkan rasa hangat menjalari permukaan kulit.

Perlahan - lahan mulai memiringkan wajahnya lalu menyapu lembut sepanjang bibir ranum Nicolette. Meskipun pikiran menolak akan tetapi respon tubuhnya pun sebaliknya karena Nicolette juga menyukai rasa bibir ini. Diakuinya bibir kokoh Jose terasa memabukkan hingga memporak - porandakan akal sehat.

Tanpa mereka sadari pintu lift sudah terbuka menampilkan dua teknisi dan juga beberapa karyawan bergerombol didepan lift yang sangat dikejutkan dengan adegan didalam lift tersebut. Beruntung posisi Jose memunggungi sehingga tidak ada yang bisa melihat wajah Nicolette dengan jelas.

Silau sinar memaksanya membuka mata dan alangkah terkejutnya mendapati pintu lift yang sudah terbuka. Ia pun segera melepaskan bibirnya.

"Kenapa?" Protes Jose lembut. Ia tak rela ciumannya terlepas begitu saja.

"Pintunya sudah terbuka dan banyak sekali karyawan mu disana sedang melihat ke arah kita." Bisik Nicolette.

Jose pun langsung menyembunyikan wajah Nicolette ke dalam dada bidang. Sementara ia menoleh sedikit, melemparkan tatapan tajam pada karyawan yang berjubel di depan lift. Setelah itu memberi perintah pada seluruh karyawannya untuk berbalik. Sementara ia sendiri melepas jas kebesarannya yang digunakan untuk menutupi wajah Nicolette. Lalu membimbingnya menuju mobil yang sudah menunggunya didepan lobby.

Semua karyawan tampak saling berbisik tapi sayang sekali mereka tak dapat melihat siapa gadis itu.

--

Thanks

Yezta Aurora