Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bestie, Lover, Soulmate

🇮🇩Kagura_Chan12
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.3k
Views
Synopsis
Lisha, ia adalah saksi bisu dari kisah cinta Dean dan Rion. Semua orang tahu, bahwa Dean dan Rion adalah, “sahabat baik,” akan tetapi, mereka lebih dari itu.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Chapter 1 : Tentang Lisha

Namanya Louisha Adelheid, akrab disapa Lisha. Ia adalah seorang Fujoshi, yang selalu menutupi jati dirinya. Ia takut jika ada orang lain yang mengetahui dirinya yang sebenarnya.

Saat ini, Lisha berada di bangku kelas satu SMA. Lisha memang bukan murid yang pintar, tapi bukan berarti ia tidak memiliki kelebihan. Kelebihan Lisha adalah, dalam bidang menggambar, menulis cerita, dan berhitung.

Terkadang, Lisha juga pergi ke suatu tempat untuk mencari inspirasi gambar dan novel yang akan ia buat. Teman Lisha cukup banyak, tetapi sedikit yang tulus. Lisha adalah orang yang terbilang terlalu baik, ia ingin berteman dengan siapa saja.

Tapi, sifat terlalu baik Lisha itulah yang membuatnya semakin lemah. Lisha sangat mudah ditipu. Tapi anehnya, dia tidak marah karena hal itu. Entahlah, mungkin itu adalah kelebihan sekaligus kekurangan yang ia miliki.

Semasa SMP, Lisha memiliki satu sahabat yang menurutnya selalu ada dalam suka dan duka. Tapi dia telah pergi. Pergi untuk selamanya. Sayang sekali.

Apakah Lisha sedih? Tentu dia merasa sedih. Sangat amat sedih. Tapi ia tak boleh terpuruk hanya karena hal itu, kan? Ia harus bangkit, dan bertahan hidup.

"Hidup ini memang kejam, tidak adil. Tapi, itu bukan alasan kita untuk mati kan?" Itu adalah motto hidupnya.

Orangtua Lisha bercerai semenjak ia masih berusia satu tahun. Saat itu, ia dititipkan oleh ibunya, ke rumah neneknya. Tapi, ia justru tinggal dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya.

Bagaimana dengan orangtua Lisha? Ayah Lisha memutuskan untuk menikah lagi dengan orang lain. Dan Ibu Lisha, ia pergi bekerja ke luar negeri.

Sejak kecil, Lisha memang tak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Tetapi, kasih sayang itu ia dapatkan dari kakek dan neneknya.

Lisha sudah memiliki bakat menggambar dan menulis cerita sejak masih kecil. Dan bakat itu menjadi hobi yang ia lakukan setiap hari.

Jika Lisha sedang stres, kesal ataupun sedang sedih, ia pasti akan melampiaskan perasaan itu pada coretan yang ia buat. Coretan demi coretan yang ia buat menggunakan perasaan.

Lebih baik membuang-buang kertas dan tinta, daripada membesut-besut tanganmu, kan?

***

Hari ini, adalah hari Kamis. Kamis adalah hari favorit Lisha. Mengapa? Itu karena mata pelajarannya sedikit. Dan guru pengajarnya pun jarang masuk. Itu artinya, kelas Lisha mendapatkan jam kosong.

"Membosankan." Ujar Bella, teman sebangku Lisha.

"Hm." Lisha hanya mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada Dean dan Rion yang sedang bersenda gurau.

"Apa yang kau lihat?" Bella menggoyangkan tubuh Lisha.

"Aku melihat mereka." Jawab Lisha, dia menunjuk ke arah Dean dan Rion.

"Hah? Siapa? Dean dan Rion?" Bella bertanya.

Lisha menganggukan kepalanya pelan.

"Wah, mereka sepertinya teman baik, ya?" Ujar Bella sembari tertawa kecil.

"Teman baik. Lagi-lagi itu yang mereka ucapkan. Teman baik. Teman baik. Bukan! Mereka bukan teman baik." Batin Lisha tertekan.

"Bella, aku mau pergi ke kantin. Mau ikut?" Tanya Lisha.

"Eh, memangnya boleh ya?" Bella bertanya balik.

"Entahlah." Lisha berdiri dari tempat duduknya, kemudian berjalan keluar kelas.

"Ehh... Lisha, tunggu!"

***

"Kau yakin?" Tanya Bella.

"Yakin. Sudahlah, aku sudah biasa ke kantin saat jamkos seperti ini."

"Yaa aku tahu. Tapi, apa kau tak pernah ketahuan oleh guru yang lain? Bagaimana jika ada guru yang le—"

"Berisik Bella, tolong jangan bawel." Lisha tersenyum lebar ke arah Bella.

"Ah... Ahahaha... maaf..."

Sesampainya di kantin, Lisha hanya membeli es teh manis kemudian duduk dan membaca novel. Sedangkan Bella, ia hanya diam seperti patung—tidak tahu topik apa yang harus dibahas.

"Bella..." Lisha memanggil Bella, lembut.

"Hmm?"

"Apa kau orang yang dapat ku percaya?" Pertanyaan Lisha membuat Bella terkejut.

"Tentu! Aku bisa kau percaya!" Bella menjawab dengan mantap.

Jujur, Bella memang orang yang dapat dipercayai. Seberapa banyak rahasia yang kau ceritakan padanya, ia tak akan membongkarnya pada siapapun. Bella akan menyimpan rahasia itu, sampai ia mati.

"Haahhh... mungkin kau orang kedua yang mengetahui hal ini. Tapi, berjanjilah, kau tidak akan kaget, kau tidak akan menjauhiku, dan kau tidak akan memberitahukan ini kepada siapapun. Aku sudah mempercayaimu."

"Eh...? Memangnya orang pertama itu siapa?" Bella bertanya, memang agak out of topic, tapi Bella penasaran.

"Dia... teman baikku..." wajah Lisha yang awalnya cerah, menjadi suram.

"Ehm... Lisha...?" Bella memegang tangan Lisha, lembut.

"Ah bukan apa-apa! Ngomong-ngomong..."

Sunyi untuk sesaat.

"Uhh... lanjutkan..." ucap Bella.

"Lanjutkan apa?"

"Rahasiamu itu..."

"Ah iya... Sebenarnya, aku itu..." Lisha merasa ragu.

"Kau itu apa? Pahlawan super?" Tanya Bella.

"Ah... Bukan apa-apa."

"Eh? Tidak jadi? Yah... tidak apa-apa sih." Bella tersenyum manis.

"Maaf, aku belum siap."

"Tidak perlu meminta maaf, itu hakmu."

"Terimakasih." Lisha tersenyum lembut kemudian kembali membaca novelnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Lisha bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikulernya. Ekskul basket adalah ekskul yang ia ikuti.

Lisha sengaja mengikuti kegiatan itu, agar ia dapat melihat Dean dan Rion. Ini memang bisa dianggap berlebihan, tapi Lisha penasaran. Ia selalu saja ingin melihat Dean dan Rion bersama.

Gelagat Dean dan Rion memang agak aneh. Tapi itu normal dilakukan oleh sepasang sahabat. Tapi, hari ini. Lisha melihat sesuatu yang membuatnya bertambah yakin dengan status mereka.