Chereads / Fantasia Journey / Chapter 2 - Hutan Avador

Chapter 2 - Hutan Avador

Keringat membasahi punggung Cyler akibat banyaknya anak panah yang ditembakan kearahnya. Beruntung, stamina Cyler cukup kuat setelah bertahun tahun menjadi seorang Porter.

Kedua pelanggannya terus saja berlari menuju hutan seolah tak kenal lelah. Cyler yang sudah cukup terlatih pun mulai terengah engah mengikuti mereka.

"Hosh, hosh, hei! Katakan lah... Kalian berdua sebenarnya buronan bukan!?" Tanya Cyler sembari terengah engah berharap mendapat penjelasan. Ia mengira kedua pelanggannya itu hanya sekelempok orang yang ingin pergi dari kota, namun tak bisa karena adanya hukum tentang orang asing. Banyak orang kaya yang pergi dengan cara itu, diam diam menghilang dari kota.

Pertanyaan yang Cyler ajukan hanya mendapat keheningan dari mereka, Ia tidak pernah menyangka bahwa mereka akan dikejar oleh prajurit kota. Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah tebing curam didalam hutan.

Tebing itu memiliki air terjun yang indah, kedua pelanggan Cyler pergi dengan cepat menerobos air terjun itu. Dibalik air terjun itu terdapat sebuah gua, mereka bertiga akhirnya berhenti disana dan beristirahat.

Diluar, terdengar banyak teriakan yang nampak sedang mencari mereka. Cyler yang mendengar itu menghela nafas, semua prajurit kota yang ia kenal hampir semuanya mahir dalam berpedang dan kebanyakan dari mereka berbadan besar sehingga tidak ada yang berani mencoba bermasalah dengan mereka.

"Hei! Aku bertanya pada kalian sekali lagi, bisakah kalian setidaknya memberi penjelasan? Aku disini mungkin sudah menjadi orang yang di cari prajurit seperti kalian." Bisik Cyler kepada dua orang di hadapannya. Ia berbisik seolah takut terdengan oleh prajurit di luar.

Pertanyaan itu hanya mendapatkan keheningan seolah jatuh diatas telinga tuli. Namun, setelah beberapa menit keheningan, pria tua itu pun membuka mulutnya.

"Kami berasal dari utara, dari daerah yang kini dikuasai oleh para monster." Jawab pria tua itu dengan muram.

Cyler yang mendengar itu memikirkan tentang berita akhir akhir ini, sebagai orang yang kerjanya menerima apa saja tentu saja ia selalu memperhatikan berita terbaru. Nampaknya pasukan Duke of the winter mengalami kekalahan melawan gelombang monster yang menyerang.

Duke of the winter dikabarkan hampir gugur dalam pertempuran sehingga mereka mundur ke daerah yang lebih aman.

"Aku awalnya seorang pelayan di kediaman Duke, namun setelah gelombang monster yang gagal dibendung oleh para prajurit, aku dan anakku melarikan diri dari sana. Nampaknya para bangsawan lain salah mengartikan pelarianku sebagai tindakan pencurian barang berharga milik duke, Sehingga kami dikejar hingga saat ini." Lanjut pak tua dengan muram.

Cyler merasa keadaannya tidak sesederhana yang pak tua itu ceritakan. Tentu saja, ia tak berani menanyakan situasi mereka takut hal itu akan menyebabkan mereka memusuhi dirinya.

"Kau, ini bayaran dan kompensasi untukmu karena telah melibatkanmu. " Pak tua itu kemudian melemparkan 1 koin keemasan.

Koin emas!!

Mata Cyler menyala melihat koin itu, ia segera menangkapnya dan menyimpannya didalam saku bajunya. 1 koin emas itu setara dengan penghasilannya selama 2 bulan bekerja tanpa istirahat.

"Hei, pak tua. Tujuan kalian kemana saat ini? Mungkin saja aku dapat membantu kalian, lagipula aku sudah dicap sebagai bagian dari kalian bukan?" Ucap Cyler tersenyum sambil meninjau koin emas ditangannya.

"Tak perlu merepotkanmu, kami hanya ingin menuju ke hutan Avador di bagian timur kota ini." Ucap pak tua itu dengan dingin.

"Ha! Kebetulan sekali tujuanku sama dengan kalian. Mungkin saja ini takdir, hahaha. " Cyler tertawa. Kebetulan sekali mereka menuju arah yang sama, ia juga berniat menuju hutan Avador untuk bertemu dengan temannya yang tinggal didalam hutan itu.

Pak tua itu melirik orang berjubah dan hanya diam, mereka kemudian tertidur sementara pak tua itu masih bangun seolah berjaga jaga. Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju hutan Avador, di sepanjang perjalanan Cyler terus saja berbicara dengan mereka walaupun tak dijawab.

Cyler hanya mendapatkan nama mereka, pak tua itu Viram dan anaknya bernama Gladwin. Mereka entah mengapa tidak memiliki marga, yang sangat aneh di kerajaan Eregot. Seluruh penduduk Eregot memiliki marga tak terkecuali rakyat miskin sehingga biasanya orang yang tidak memiliki marga identik dengan orang yang sedang menyamar, tentu saja tidak dapat dipungkiri bahwa adanya kemungkinan mereka memang tidak memiliki marga.

Pak tua Viram nampak seperti veteran militer yang telah pensiun, itulah yang Cyler simpulkan dari hasil pengamatannya dan penyelidikan nya. Sedangkan untuk anaknya sendiri, Cyler tidak dapat menjelaskan dengan jelas. Gladwin merupakan orang yang pemalu, jarang berbicara ataupun bergerak secara berlebihan.

Sebagian besar waktunya hanya dihabiskan mendengar kan Cyler berbicara. Mereka berdua entah mengapa tidak nampak seperti orang tua dan anak. Cyler sedikit meragukan hubungan mereka akibat hal itu.

"Hei, tak bisakah kalian mengobrol sedikit dengan ku?" Tanya Cyler untuk kesekian kalinya, ia sangat bosan dalam perjalanan.

Tak ada balasan dari mereka berdua sehingga Cyler hanya bisa terdiam. Beberapa saat kemudian, terdengar derap kaki kuda dari belakang mereka. Tangan pak tua Viram kemudian segera berkontraksi namun ditahan oleh Gladwin.

"Hei kalian! Perlihatkan identitas kalian!" Teriakan itu berasal dari prajurit diatas kuda yang sedang menuju kearah mereka.

"Biar aku saja yang urus." Ucap Cyler menatap prajurit yang datang. Pak tua Viram dan Gladwin pun mengangguk dan perlahan mundur. Cyler menunggu prajurit itu tiba di hadapannya lalu kemudian berbicara.

"Halo, tuan. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya Cyler dengan sopan sembari menurunkan penutup kepalanya.

"Tolong jelaskan identitas kalian, kami kehilangan jejak dari buronan sehingga kami harus mengidentifikasi semua orang di area ini, mohon kerja samanya." Ucap prajurit itu menatap wajah Cyler seolah sedang mengidentifikasi pelaku.

"Ah.. Begitu, kami hanya ingin menuju desa Lois di dekat sini. Jika anda perlu, ini kartu Identitas kami." Kata Cyler sembari memberikan 3 kartu kayu kecil kepada prajurit itu. Desa Lois berada di dekat hutan Avador sehingga mereka tidak akan dicurigai.

Prajurit itu kemudian melihat kartu itu dan berbicara dengan Cyler tentang hal hal yang terkait dengan buronan. Cyler menjawab dengan lihai seolah sudah terbiasa. Sebagai orang miskin yang bekerja di bidang jasa, Cyler tentu saja sangat terbiasa berurusan dengan para prajurit. Bahkan untuk menghindari dikenali ketika melakukan hal yang illegal, Cyler selalu membawa sekitar 10 kartu identitas.

Beberapa saat kemudian, prajurit itu mengembalikan kartu Identitas kepada Cyler dan pergi ke kejauhan. Cyler tersenyum melambaikan tangannya pada prajurit itu.

"Boleh juga kau anak muda." Ucap Pak tua Viram memuji kelihaian Cyler dalam berbicara.

Cyler tersenyum bangga, dan kembali mulai bercerita tentang keahliannya. Pak tua Viram kemudian kembali diam mendengarkan Cyler bercerita.

Mereka berjalan melewati sungai dan bukit selama seharian hingga ketika matahari mulai tenggelam, Hutan Avador pun terlihat oleh mereka.

Di aliri sungai yang besar dengan pohon pohon besar menjulang tinggi, dengan kanopi yang menutupi langit langit. Daun daun di antara pepohonan itu berwarna merah terang dan memiliki buah buah merah di tangkai pohonnya, Tempat dimana banyak spesies monster dan hewan serta tumbuhan berbahaya berasal.