Ibu, Nai harus kemana lagi? Nai lelah Bu, kenapa ibu tidak pernah hadir di hidup Nai? Ibu meninggalkan Nai sendirian di dunia yang kejam ini Bu!
Ayah, pria itu bahkan tidak peduli Nai hidup atau mati. Yang dia pikirkan hanyalah kekuasaan dan uang. Sekarang, apa yang harus Nai lakukan? Tidak ada yang menyayangi Nai!
Naina Murphy, wanita berkulit sawo matang dengan kacamata yang bertengger di hidung mancung nya terduduk di tepi trotoar jalan yang di genangi air hujan. Benda cair tak berwarna itu sukses menambah kehancuran hari ditambah kilatan cahaya bersuara keras.
Sekeras jeritan nya pada malam itu. Malam yang benar-benar sial! Membuat seorang Naina terjerumus pekat nya hubungan terlarang.
Pinggiran kota Dublin, Irlandia tepatnya di pemukiman kumuh menambah kegetiran hati.
Dimanakah tempat nya bernaung setelah ini?
"Permisi" bibir itu bergetar hebat saat seorang wanita tua keluar dari rumah kecil nya. Memandang sinis Naina yang ada didepan nya.
"Ya, Siapa?"
"Saya Naina, Ehm-- Sorry Nyonya. Bolehkah saya menumpang di teras rumah anda? Saya kedinginan di bawah hujan" pinta Naina gugup. Dia mundur beberapa langkah karena takutnya.
Wanita itu hanya diam. Terus memperhatikan kondisi Naina yang mengenaskan, sebelum dia menganggukkan kepalanya dan pergi masuk ke dalam rumah dengan pintu yang di banting.
Naina mengucap syukur, dia duduk di teras rumah itu agar tidak kejatuhan hujan. Pikiran nya kosong, tatapannya seolah-olah tak bernyawa membuat siapa saja prihatin. Tangan nya mengelus berulangkali perut datar itu. Sambil mengingat masa beberapa jam yang lalu.
FLASHBACK ON
"A--yah?" Tanya Naina memekik kesakitan saat pria beruban itu menyeretnya ke lantai bawah. Di sana sudah ada dua perempuan dan satu laki-laki yang menunggu nya. "Sakit ayah, Sakit..."
"Itu bahkan tidak sebanding dengan wajah ku yang kau permalukan di depan umum, Anak tak berguna!" Bentak sang ayahanda, Nord Murphy mencekik leher putri keduanya geram. "Kau seharusnya berhati-hati jika ingin memulai hubungan! Kau mempermalukan ku di depan rekan-rekan kerja ku! Dasar anak sialan!"
Naina menangis memegangi lehernya yang memerah, dia terbatuk-batuk menatap nanar sang ayah yang masih di lingkupi amarah. "Apa maksud ayah? Kenapa ayah bicara begitu pada Nai? Apa salah Nai?"
"Apa salah mu?!" Wanita paruh baya berbibir merah merekah mencabik, tatapan nya penuh hina pada anak tirinya. Anak suami dengan selingkuhannya. "Kau mempermalukan keluarga besar Murphy dengan hamil di luar nikah! Kau pikir kami tidak tahu! Kau datang tangah malam dua Minggu lalu dengan menangis! Kau pikir kami semua bodoh!" Bentak Nyonya Murphy, Angelina Moore.
"Ibu! Sudah!" Seru seorang pria berperawakan tinggi berjongkok dan membantu Naina berdiri. "Seharusnya ayah tidak perlu membentak kakak, kalian tahu kan hubungan seperti ini sudah cukup umum di Dublin. Jadi jangan keterlaluan"
"Diam, kau Aaron! Biarkan dia pergi! Jangan menghalangi nya, sok sekali" Bentak perempuan muda menarik tangan adik lelakinya dari Naina. "Dasar perempuan murahan"
"Tutup mulut mu itu, Rosa! Kau itu yang tertua. Sebaiknya, kau yang pergi!"
"Menjauh dari nya, Aaron!" Perintah sang ayah membuat anak ketiga dari tiga saudara itu ketakutan.
"Ayah.... Kak Nai sedang mengandung cucu mu!"
"Akan ku anggap dia jika ibunya menikah dengan orang kaya yang dapat menguntungkan, bukan memberikan beban!" Balas sang ayah membuat Naina murka.
Perempuan hamil itu berdiri sambil memegang tas koper. Tatapannya begitu kecewa, marah dan sedih. Dia mencoba tersenyum pada adik beda ibu yang selalu melindungi nya. "No problem, Aaron. Lanjutkan hidup mu"
"Kak..." Mata pria itu berkaca-kaca, dia menggelengkan kepalanya. "Jangan pergi, ayah hanya emosi sesaat"
"No, aku harus"
"Ya! Pergilah! Hahaha" Rosa tertawa membahana. Dia beranjak pergi dari sana sambil bersiul. Namun... "URUS ANAK HARAM MU! JANGAN MEMBUAT KELUARGA INI SUSAH. KALAU PERLU GUGURKAN SAJA!"
"Anak itu!" Decak sang ibu menggelengkan kepalanya. "Tunggu apa lagi? Ayo pergi Naina tersayang"
Naina menghampiri sang ayahanda. Dia berlutut dan mengusap sepatu ayah nya dengan perasaan terluka. "Jika nanti aku pergi, jangan lupa minum obat dan jagalah pola makan ayah. Aku menyayangimu" Bisik Naina. Dia berbalik dan pergi dari sana tanpa mendengar sahutan dari Nord yang frustasi dan kecewa.
FLASHBACK END.
CLICK.
"Minumlah"
"Eh?" Naina tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum hangat pada wanita yang memberikan nya segelas teh panas dengan lima keping kue jahe. "Terimakasih banyak nyonya" ucapnya tulus.
Wanita itu hanya diam. Dia duduk di depan Naina dengan wajah angkuh nya. "Kau dari mana?"
"Saya dari kota Dublin" jawab nya pelan.
"Kenapa kehujanan?"
Naina diam, tak tahu harus menjawab apa. Seakan tahu, wanita itu mengibaskan tangannya ke udara. "Tak usah di jawab, habiskan semua dan pergilah dari sini. Kau mengerti?" Tanya nya sinis.
Naina tersenyum tulus, dia menganggukkan kepalanya. "Terimakasih Nyonya"