Setelah kelas keempat, aku menolak ajakan Ishida untuk makan ramen dan langsung naik kereta sendirian.
Aku menuju tempat karaoke di Funabashi, tempat yang sudah ditentukan oleh Honoka sebelumnya.
Saat jam makan siang, setelah berpisah dengan Touko-senpai, aku tidak punya pilihan lain selain membalas email Honoka dengan, "Aku mengerti, aku akan ke sana secepat mungkin."
Aku turun di Stasiun Funabashi dan masuk ke tempat karaoke yang telah ditentukan.
Saat aku sampai di meja resepsionis, Honoka ada di sana.
"Oh~, akhirnya kau datang juga. Astaga, membuat cewek SMA menunggu, kau sungguh gak gentleman!"
"Aku datang tepat setelah kuliah, tau. Sejak awal, tidak ada yang namanya terlambat ketika kau menghubungi tanpa memikirkan situasiku."
Saat aku mengatakan itu dengan ekspresi kesal, Honoka menusuk dadaku dengan jari telunjuknya, tampak terhibur.
"Perkataan seperti itulah yang membuat pacarmu selingkuh, lho. Itulah yang membuatmu tidak populer lho, Isshiki-san!"
"…Kau ini."
Astaga, apa-apaan cewek ini.
Memang benar kalau tinggi dan struktur wajahnya mirip dengan Touko-senpai, tapi kepribadian dan atmosfir mereka benar-benar berbeda.
Mereka tidak seperti kakak adik sama sekali.
"Sini, sini."
Honoka menarik tanganku dan menuju ke ruangan yang tampaknya sudah dia pesan.
Seperti itulah, dia membuka pintunya dengan penuh semangat.
"Inilah dia! Pemeran utama kita hari ini!"
Orang yang dia sebutkan adalah…
Adik Ishida, Meika-chan.
"Meika-chan?"
Aku tercengang.
"Halo, Yuu-san."
Meika-chan menjawab ragu-ragu, tapi dia tampaknya sudah tahu kalau aku akan datang.
"Ayo, duduk, duduk."
Kali ini, Honoka mendorong punggungku dan membuatku duduk di sebelah Meika-chan.
Honoka sendiri duduk di sisi lain.
Aku merasa seperti terjepit di antara Meika-chan dan Honoka.
"Kenapa Meika-chan juga di sini?"
Honoka menjawabnya duluan.
"Aku sudah bilang padamu tempo hari, kan. Meika adalah sahabatku dan kami sudah berteman sejak SMP."
Meika-chan mengangguk.
"Jadi hari ini, En-chan bilang kalau dia akan mengajak Yuu-san kemari."
"En-chan?"
"Ah, maksudku Honoka. Aku memanggilnya 'En-chan'."
Kemudian Honoka menyela.
"Benar, benar, agar Meika dan Isshiki-san bisa lebih saling mengenal, kupikir kita harus memperdalam persahabatan kita bertiga terlebih dahulu."
Aku memelototi Honoka.
"Bukankah caramu itu sedikit memaksa untuk disebut sebagai memperdalam persahabatan?"
Namun, Honoka menjawab tanpa ragu.
"Memangnya aku memaksamu? Aku kan cuma mengirim email ke Isshiki-san. Itu terserah kau mau datang atau tidak, lho."
Berani-beraninya cewek ini?
"Jangan mempermasalahkan hal sepele kayak gitulah. Ayo kita bersenang-senang dulu. Kau mau nyanyi apa, Isshiki-san?"
Honoka kemudian menyerahkan remote padaku.
Untuk saat ini, aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti Honoka.
Aku mengetik sembarang lagu yang sedang populer.
Kemudian Honoka mengubah urutan lagu yang aku masukkan ke urutan teratas.
"Nih, nyanyilah!" katanya sambil memberiku mikrofon.
Mau tidak mau, aku menurutinya dan bernyanyi.
Karena tampaknya fungsi penilaian dinyalakan, skor di layar menampilkan angka 88.
"Wow, kau cukup bagus. Suaramu seperti anak remaja."
Setelah Honoka mengatakan itu, Meika-chan menanggapinya.
"Yuu-san pandai menyanyi, lho. Terakhir kali kami pergi ke karaoke bersama, Yuu-san mendapat skor sekitar 90-an."
"Eee~. Meika pernah kencan karaoke dengan Isshiki-san, ya?"
"Bukan begitu. Kami pergi bertiga. Aku, Ishida, dan Meika-chan, saat Meika-chan masih SMP."
Ketika aku menjelaskan begitu, Meika-chan mengiyakan dengan sedikit sedih.
"Begitukah? Ngomong-ngomong, Isshiki-san, apakah kau pernah karaokean dengan kakakku?"
Ukh, aku tersendat sejenak sebelum menjawab.
"Belum. Kami belum lama pacaran, dan dia pergi ke Hawaii bersama keluarganya saat liburan musim dingin. Kami belum sempat untuk melakukan itu."
"Hmm, begitu, ya?"
Tatapan Honoka tampak seperti kucing yang sedang mengincar mangsanya.
"Jangankan ciuman, kalian bahkan belum pernah kencan di tempat karaoke. Apakah itu bisa disebut pacaran?"
Setelah mengatakan itu, dia mengambil gelas dan berdiri.
"Meika, kau tidak perlu menahan diri sama sekali! Hubungan Isshiki-san dan kakakku masih sebatas itu. Tidak masalah kalau kau mau gila-gilaan!"
"En-chan, aku tidak bermaksud begitu!"
Namun, Honoka meninggalkan ruangan tanpa mendengarkan perkataan Meika-chan.
Kurasa dia pergi untuk mengambil minum.
Saat kami di sini berduaan, Meika-chan berkata sambil menghela nafas.
"Aku minta maaf. Sepertinya aku telah membuat masalah untuk Yuu-san…"
"Tidak, ini bukan salah Meika-chan."
Ini karena akunya saja yang bodoh.
"Hari ini, En-chan bilang kalau aku harus mengobrol dengan Yuu-san dulu."
Lalu, Meika-chan menatapku dengan penasaran.
"Ngomong-ngomong, Yuu-san, kenapa kau bisa kenal dengan En-chan? Apakah itu karena hubunganmu dengan Touko-senpai?"
Aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Aku tidak bisa bilang kalau itu karena aku terkena 'jebakan pelecehan seksual'-nya.
"Hmm, yah, kurang lebih begitu, kayaknya? Ngomong-ngomong, aku tidak tahu kalau Meika-chan berteman dengan adik Touko-senpai. Kalau begitu, akan lebih baik kalau Ishida memberitahuku soal hal itu sebelumnya."
Aku mengatakan sesuatu yang sudah menjadi pertanyaanku.
Karena, aku belum pernah mendengar soal ini dari Ishida sebelumnya.
"Aku tidak memberi tahu kakakku soal teman-temanku. Meskipun dia pernah dengar soal En-chan, dia tidak repot-repot menanyakan soal nama keluarganya. Selain itu, aku sendiri baru tahu kalau En-chan adalah adik Touko-senpai belum lama ini."
Kemudian Honoka kembali dengan membawa minuman.
"Oh, kalian mengobrol dengan baik. Bagus, bagus, bagus."
Dia mengatakan itu seolah-olah meledek.
"G-Gak juga, kami hanya ngobrol biasa!"
Sementara Meika memerah dan membantah…
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Ayo kita buat lebih seru lagi dengan bertiga!"
Honoka mengatakan itu, mengambil remote dan memasukkan lagu berikutnya yang akan dia nyanyikan.
Kami sudah berada di tempat karaoke selama sekitar dua jam.
"Ayo kita pergi dari sini saat jam delapan," usulku lebih awal.
Kupikir Honoka akan membantah, tapi dia, secara mengejutkannya, menyetujui hal itu dengan mudah.
Sejak awal, kami semua masih di bawah umur, jadi kami tidak boleh tetap di sini kemalaman.
Ketika kami sedang menunggu kereta di stasiun Funabashi, Honoka berkata seolah-olah dia mendapat ide.
"Meika dan Isshiki-san, ayo kalian ketemuanlah berdua besok!"
""Eh?""
Baik aku dan Meika-chan berteriak hampir bersamaan.
"Jika mengucapkan perpisahan sekarang, bukankah itu terasa seperti kalian berdua tidak akan bertemu lagi dalam waktu yang lama? Itu malah akan sama seperti sebelumnya. Karena kalian sudah lebih saling mengenal hari ini, kalian harus lebih aktif lagi!"
…Dia ini sama sekali tidak memikirkan situasi orang lain…
Tapi, bukankah aku malah akan menyakiti Meika-chan jika aku menolaknya dengan langsung?
Saat aku mengalihkan pandanganku ke Meika-chan, dia juga menatapku seolah menunggu jawabanku.
…Aku tidak dapat menolak ini dengan langsung…
Aku menghela napas.
"Sekarang sudah hampir waktunya untuk ujian semester kedua. Jadi, aku tidak punya waktu untuk itu karena aku harus belajar untuk ujian."
"Benar juga, ya…" kata Meika-chan dengan sedih.
Kemudian Honoka mengarahkan nada marahnya padaku.
"Kau tidak mungkin menghabiskan seluruh waktumu untuk belajar, kan? Kau juga pasti punya waktu istirahat. Apakah kau mau bilang kalau kau tidak bisa meluangkan waktu istirahatmu itu?"
Meika-chan menatap Honoka dengan terkejut.
"Ini bahkan belum hari Rabu. Kau masih punya waktu untuk belajar di hari Sabtu dan Minggu, kan? Bohong namanya kalau alasanmu tidak bisa adalah karena kau mau belajar untuk ujian!"
"Hei, En-chan!"
Meika-chan buru-buru mencoba menghentikannya, tapi dia tidak mendengarkan.
"Aku tidak memintamu untuk meluangkan waktu berjam-jam. Hanya satu jam sepulang kampus sudah cukup. Apakah kau mau bilang kalau kau tidak punya waktu untuk itu? Itulah sebabnya cewekmu selingkuh!"
"En-chan, hentikan!"
Untuk sesaat, suasana canggung mengalir di antara mereka.
Aku merasa tidak nyaman dengan suasana ini.
"Baiklah. Jika kau mau, mari kita minum teh selama sekitar satu jam setelah aku pulang dari kampus. Apakah di Funabashi tak masalah? Aku tidak tahu jam berapa kuliahku selesai, jadi aku akan menghubungimu lagi besok, oke?"
Meika-chan tampak terkejut sesaat, tapi kemudian berkata, "Y-Ya. Maaf, terima kasih," dengan suara kecil.
Seperti yang diharapkan, eskpresi Honoka juga tampak sedikit canggung.
Akhirnya, kerata Jalur Sobu tiba.
Kami bertiga naik kereta dalam diam.
Setelah melewati dua stasiun, aku turun di Stasiun Makuhari.
"Makasih," kata Honoka.
"Maaf," kata Meika-chan.
Mereka berdua mengucapkan itu secara bersamaan.