Seketika angin berhembus kencang di sekitar mereka berdua. Cenora yang menutup mata karena ketakutan kini membuka matanya dan melihat Stu terperangah ke arah lain. Dan saat Cenora mengikuti arah pandangan Stu, Cenora langsung terkesiap melihat siapa yang ada di sana. Tepatnya di dahan pohon besar yang menaungi mereka.
"Ichigo…" sebut Cenora lirih.
"Ternyata kau sudah ingat denganku, ya? Aku bahkan sempat cemas menunggumu sadar dan ingat kembali padaku!" gerutu Ichigo, "Bukankah aku sudah mengatakan padamu, suatu hari nanti aku akan kembali. Dasar payah!" sambungnya menggerutu.
"Hei, siluman rendah! Lepaskan dia sekarang atau kau akan menyesal!" ujar Ichigo yang kini menoleh pada Stu.
"Menyebutku dengan siluman rendahan, memangnya siapa kau?! Kau juga siluman rendahan!" balas Stu marah dan semakin mengeratkan cengkeraman tangannya di leher Cenora.
Sraaatt!
Satu kibasan tangan Ichigo yang mendekat dengan kuku tajam yang panjang, yang bahkan belum terlihat sebelumnya itu seketika menghantam tubuh Stu dan membuat Stu terhempas menjauh dari Cenora.
Ichigo menghampiri Cenora dan membelai pipi Cenora yang berdarah.
Sorot mata yang lembut bersamaan dengan senyum simpul yang menawan membuat Cenora memejamkan mata dan terharu.
"Jangan menangis seperti ini. Mereka akan menertawakanmu dan terus mengganggumu karena kau tampak lemah di hadapan mereka!" gumam Ichigo sembari menyusap darah yang terlihat mengalir hingga ke bibir Cenora. Nampak oleh Cenora kuku panjang di jari Ichigo berangsur memendek dengan ajaib.
Ichigo melepaskan tangkupan tangannya di wajah Cenora dan mengepalkan tangannya yang bernoda darah Cenora dengan geram.
'Cenora, apa kau baik-baik saja? Jangan menangis seperti itu karena mereka sangat menikmati tangisanmu! Mereka sangat suka jika kau sedih,'
Ucapan sahabat kecilnya dulu kembali terngiang di benak Cenora saat ini dengan kalimat yang nyaris sama.
'Benarkah kau teman kecilku dulu, Ichigo? Kau kah itu?' batin Cenora bertanya-tanya.
Ichigo berbalik badan menghadap Stu yang berusaha bangkit. Satu tangannya yang bebas terlihat memanjangkan kuku tangannya lagi.
"Berani-beraninya kau menyakiti dan berusaha merebut calon istriku, huh? Dasar siluman rubah rendahan tak tahu diri!" rutuk Ichigo geram.
"Kau terus menyebut diriku siluman rendahan tapi kau sendiri juga siluman rendahan! Cih! Kau sungguh memuakkan!" Stu memaki Ichigo sambil meludahkan darah hijau yang keluar dari hidung Stu hingga mengalir ke bibirnya, "Dan apa yang kau katakan? Calon istri? Omong kosong! Semua bangsa siluman tahu yang berhak memiliki calon istri itu hanya para pemimpin klan masing-masing siluman! Siluman harimau rendahan sepertimu terlalu sombong dan tidak tahu diri!" sambung Stu mencemooh Ichigo seenaknya.
"Cenora memang calon istriku. Sebentar lagi dia akan menjadi pengantinku! Tapi sudahlah… untuk apa aku menjelaskan pada siluman rendahan sepertimu!" ucap Ichigo sambil berseringai.
''Cenora, suatu hari nanti aku akan kembali padamu. Karena kau adalah…pengantinku!'
Kalimat yang selama ini terhenti dan tidak dapat diingat Cenora apa sambungannya itu, kini tersambung sempurna.
"Aku adalah pengantinnya? Pengantin apa?" gumam Cenora bingung.
"Bagaimana kau akan mengerti dengan apa yang kukatakan padamu? Kita berbeda kasta. Kau di tempat terendah di klan-mu, sementara aku di tempat tertinggi di klan-ku. Yang kau lihat hanyalah cakar harimau milikku karena kau memang hanya pantas melihat wujudku yang seperti ini! Tapi…"
Ichigo menghentikan kalimatnya sesaat dan merentangkan tangannya di hadapan Stu.
Cenora yang ada di belakangan Ichigo dapat melihat dengan jelas dua titik cahaya hitam terdapat di punggung Ichigo dan perlahan mengeluarkan bulu-bulu burung berwarna hitam yang membentuk sayap besar, bahkan hampir sebesar rimbunnya pohon di atas mereka.
"Sebenarnya kau tidak pantas melihat level kekuatanku yang sebenarnya. Tapi sekarang kurasa ini perlu sebagai peringatan untukmu dan setan-setan kecil di sini agar tidak terus mengganggu pengantinku lagi!"
Wushhh!
Dalam satu kali kibasan, sayap besar berbulu hitam itu membuat angin berhembus kencang seketika. Tak hanya Cenora yang gelagapan diterpa angin tapi juga Stu yang kembali tersungkur ke tanah.
"K-kau adalah Hybrid!" ucap Stu dengan wajah mencengangkan memandang sayap hitam besar milik Ichigo.
"Apa sudah kau lihat bagaimana siluman sepertimu kuanggap rendah dengan sekali lihat? Bagaimana kau bisa mengolokku saat dirimu saja tidak memiliki tubuhmu sendiri untuk bertahan hidup? Dasar sampah!" Ichigo berucap dengan nada tenang tapi Stu dapat melihat sorot mata keemasan khas siluman harimau yang siap menerkamnya hidup-hidup.
"Jangan, Tuan! Kumohon jangan musnahkan aku! Jangan lakukan itu, Tuan!" pinta Stu dengan susah payah merayap mundur untuk menjauhi Ichigo yang berjalan mendekatinya, "Nona, tolong maafkan aku! Tolong katakan pada Tuan Hybrid jangan membunuhku, Nona! Kumohon padamu!" sambung Stu memohon dengan teriakan ketakutannya pada Cenora yang ada di belakang sayap hitam Ichigo.
Cenora tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Yang ia rasakan kini hanyalah ketakutan melihat sosok Ichigo berubah menakutkan.
"Bukankah kau menatangku tadi? Bukankah kau sudah mengolokku tadi? Lalu sekarang kau meminta maaf dengan merengek pada pengantinku? Hahaha… Sampah tetaplah sampah!" Ichigo berucap geram.
Tangannya ia ulurkan ke depan Stu. Seketika tubuh Stu terangkat dan melayang mendekati Ichigo dan…Tap! Leher Stu sudah ada di cengkeraman tangan Ichigo seketika.
Cenora terkesiap bahkan memekik ketakutan, tapi senyum Ichigo malah tersungging mengejek Stu yang bergelinjang kesakitan memohon ampun.
"Ampun, Tuan! Aku minta maaf. Jangan bunuh aku, Tuan!" ucap Stu yang kekusahan memohon ampun.
"Apa kau kira dengan memohon maaf seperti ini kau akan kulepaskan? Tentu tidak!" jawab Ichigo bernada geram dan semakin mencengkeram erat leher Stu dan mengangkat tubuh itu tinggi.
Bersamaan dengan pekikan kesakitan dari Stu, kumpulan asap hitam tebal keluar dari lubang mata, telinga, hidung, dan mulut Stu. Dan saat asap hitam itu tidak terlihat keluar lagi dari tiap lubang di kepala Stu, tubuh yang awalnya meregang kini lemas tak berdaya dengan mulut menganga.
Tubuh Stu tergeletak di tanah dengan wajah pucat setelah Ichigo melepaskan cengkeraman tangannya. Kemudian Ichigo berbalik menghadap Cenora bersamaan dengan mengecilnya sayap hitam besar itu di punggungnya.
"Jangan khawatiran pria itu. Nanti dia juga akan sadar. Aku sudah mengeluarkan siluman yang memakai raganya untuk mendekatimu, dan saat siluman itu sudah keluar dari raganya, maka sukmanya sendiri akan kembali menempati raga itu dan dia bisa kembali sadar!" Ichigo menjelaskan pada Cenora yang terlihat mengkhawatirkan keadaan Stu.
"Daripada itu, lebih baik kau mengkhawatirkan luka sayat di wajahmu itu! Kau terlihat kacau dan akan bermasalah jika orang lain melihat wajahmu yang berdarah seperti ini!" Ichigo kemudian menyentuh wajah Cenora dan memperhatikan luka di pipi Cenora itu.
"Biarkan saja, aku akan mengobatinya di klinik nanti!" tolak Cenora yang canggung diperlakukan se-intens itu oleh Ichigo.
"Jika ada lidahku sebagai obatnya, kenapa kau harus pergi ke klinik, huh?" ucap Ichigo dengan seringai menggoda.
"Apa?! Kau gila!" Cenora seketika membentak Ichigo dengan suaranya yang terdengar nyaring.
"Haish… kecilkan suaramu atau semua orang akan ke sini dan melihatmu melakukan sesuatu pada pria itu!" Ichigo berucap santai sembari menarik daun telinganya yang sempat berdengung karena suara Cenora yang nyaring.