Sehabis makan mereka berdua pergi ke kamar arga. Davin sedang memantau arga sembari baringan di atas ranjang. Kedua tangannya memangku di tengkuk lehernya.
"Mas dapin ini semuanya di isi?" Tanya Arga, davin beralih melirik ke arah arga yang duduk di kursi meja belajar. davin menyahut seraya mengangguk.
"Banyak banget ih! Gak bisa singkat aja gitu, jawabnya?" Arga mengeluh setiap jawaban soalnya itu banyak. Padahal dia tinggal menyalin saja jawaban davin.
"Jangan di singkat" Davin berjengit.
"Is gue capek nulisnya"Arga melepas pulpen yang sempat di pegangnya. Arga menyendenkan tubuhnya di badan kursi.
"Aga selesaikan dulu, ini udah jam 22:00."
"Gak mau"Jawab Arga, Arga menggeleng serta memasang wajah memelas. Davin yang melihat eskpresi itu hanya menghela nafas. Kemudian bangkit dari ranjang dan mendekati arga yang duduk di meja belajar.
"Selesaikan"
"Mas dapin capek"
"Kan tinggal nyalin"
"Tetep capek" Kukuh arga. Arga beranjak pengen baringan di atas kasur tetapi segera di tahan lengannya oleh davin.
"Aga! Kerjain dulu" Ucap davin menarik pelan tangannya arga. Arga berbalik, dia merasa takut saat menatap mata davin yang menajam.
"I-iya" Jawab arga gemetar, setelahnya davin tersenyum.
"Kerjain dulu baru tidur ya" Kata davin, Arga berdeham sembari mengangguk pelan. Tetapi sedikit menghentakkan kakinya.
Davin geleng-geleng waktu melihat tingkah arga.
Davin membiarkan arga mengerjakan dulu tugasnya. Davin keluar dari kamar mandi selesai membuang hajat. Dia membuka pintu kamar dan mendapati arga yang sudah tertidur di atas meja dengan pulpen di atas kepala.
"Baru juga di bilangin tapi udah tidur aja" Batin davin.
Davin melangkahkan kakinya berjalan mendekati arga. Davin merapikan buku-buku pelajaran yang berserakan di atas meja. Kemudian tak lupa memasukan kembali buku pelajaran untuk esok hari. Setelah semuanya rapi davin beralih pada arga, dia membopongnya kemudian membaringkannya di atas kasur.
Davin menggendong ala Bridal style.
Saat davin membaringkan arga, wajahnya menjadi sangat dekat dengannya. Bahkan hembusan nafas kecil dari arga menjadi sangat terasa.
Arga menggeliat dan tangannya arga langsung mengalung di leher davin. Tubuh davin tertarik hingga membuatnya terhenti sejenak. Ada perasaan aneh saat dia memandang wajah arga dari jarak sedekat ini.
"Aga manis juga" Batin davin, bibirnya tertarik senyum.
Arga merasa ada sesuatu yang berat, perlahan menyipit dan mata mereka saling bertemu saat davin membuka matanya sempurna.
"M-mas dapin" Lirih arga pelan.
Davin langsung menyingkir dan menjauh dari arga. " M-maaf aga." Davin mengontrol deru nafasnya. Jantung seketika berdegup kencang. Entah, davin juga tidak tau.
Arga terbangun dan duduk, ia mengucek matanya menggunakan tangan kiri. " Mas dapin belum pulang?" Tanya arga.
"Belum. Tapi, ini mau pulang" Jawab davin tanpa menoleh ke arah arga. Dia mengambil ponselnya di atas nakas dan hendak keluar dari kamar.
"Buru-buru banget" Arga beranjak dan ingin menghentikan langkah davin.
"Semua bukunya udah aku siapin. K-kamu tidur aja" Arga mengerut keningnya, arga mengambil hoddie berwarna putih bertuliskan Davin My bestfriend.
"Tidur? Gue laper mas" Kata arga, davin memincingkan kepalanya," Laper?" Arga mengangguk.
"Bukannya tadi udah makan??"
"Laper lagi"Jawab arga, davin tertawa mesem, dia sudah tak heran lagi dengan sahabatnya itu. Memang bukan arga kalau nggak doyan makan.
"Pengen sate" Davin melongoh. Mau nolak tapi gimana ya... Masalahnya ini udah tengah malam.
"Besok aja gimana?" Saran davin.
Arga menggeleng," Gak mau. Maunya sekarang!"
"Tapi, ini udah malam. Jam segini gak bakal ada penjual sate yang masih mangkal. Coba deh rekomendasiin penjual sate di jam 00.00 malam. dimana??"Ucap davin sembari mengelus dada.
"Mau sekarang!"
"Besok"
"Mas dapin"
"Apa?"
"Mau sekarang" Davin membuang nafas gusar.
"Besok aja ya"
"Gak mau. Ayo mas dapin kita beli makan" Arga menarik tangan davin. Arga sudah siap mengenakan hoddienya.
"Yaudah, ayo" Davin pasrah menuruti kemauan arga dari pada nanti semakin menjadi.
"Yeyyy" Arga melompat girang dan spontan memeluk davin. Davin terkejut, ia bergeming sejenak kemudian membalas pelukan arga.
"Makasih mas dapin" Davin semakin panas dingin kalau lagi di dekat arga.
"Iya sama-sama"
Arga masih memeluk tubuh davin, arga mendongak menatap davin yang ternyata lebih tinggi darinya.
"Ternyata mas dapin tinggi juga ya. Gue kira mas dapin pendek" Ejek arga.
"Bukannya dari dulu tinggian aku. Kok bikin geram sih" Batin Davin.
Arga mengamati wajah davin dari dekat. Bahkan tangannya tampak menyentuh pelan bibir davin yang tebal serta kumisnya yang tipis.
"Bibir mas dapin bagus ih!! Ada kumisnya lagi." Puji arga masih mengelus-ngelus kumis tipisnya.
Davin menegang saat arga menyentuh titik sensitifnya. Davin menelan salivanya dalam sembari memandang wajah arga. Tanganya semakin mengeratkan pelukanya.
"Aku pengen kecup bibirnya" Batin Davin semakin lekat menatapnya.
"Mh mas dapin" Lenguh Arga saat merasa sesak karena davin memelukny dengan sangat erat.
"Mas"
"Mas dap— Humphh" Davin mendekatkan wajahnya ke wajah arga. Kemudian bibirnya menyatu dengan bibir arga. Menabraknya dengan pelan tanpa lumatan. Arga tercengung saat davin tiba-tiba megecup bibirnya dengan lembut bahkan kumis tipisnya sangat terasa dan membuat arga menjadi terangsang bawaanya.
Davin menaruh tangan arga di lingkaran lehernya. Davin kembali mengeratkan pelukanya dan mendorongnya sedikit ke dinding.
Arga memekik sakit saat punggungnya terbentur keras di dinding. Davin langsung tersadar dan menyudahi aksinya.
"A-ga maaf. A-aga a-aku" Davin gagap saat berbicara dan ingin meminta maaf pada arga. Dia sudah habis akal karena telah melakukan hal itu. Dia mencium sahabatnya sendiri yang notebenya dia adalah cowo.
"Aga maaf aku gak sengaja. M-maaf" Ucap davin lagi.
"Hum, iya gak papa." Jawab arga, arga mengelus punggungnya yang sakit.
"Punggungnya sakit??" Tanya davin khawatir. Arga mengangguk pelan menahan air mata yang sudah berkaca.
"Aga maafin aku" Davin menyesal telah melakukan itu. Dan karena itu arga menjadi sakit karena dirinya.
"Iya mas dapin"
Davin mengelus punggung arga sembari memeluknya. Dan tidak memperdulikan bagaimana nanti tanggapannya.
"Masih sakit??"
"Mendingan" Jawab arga, davin bernafas lega. Tetapi, sesaat suasananya menjadi canggung. Terlebih arga yang sedari tadi hanya diam dan membuang wajahnya. Hatinya tak menentu saat ini. Apalagi dia membayangkan reka adegan saat davin mengecup bibirnya.
"J-jadi beli makan?" Arga cuma mengangguk.
"Yaudah, ayo" Davin menggandeng tangan arga. Tapi, dengan segera menepis tangan davin. Davin nanap saat arga menjauh darinya.
"Gue bisa sendiri" Arga lebih dulu keluar dari kamar. Davin masih memandang punggung kepergian arga.
"Apa aku udah keterlauan? Bodoh! Bodoh!! Aku mencium sahabat aku sendiri. Bagaimana kalau nanti aga menjauh. Aku gak mau sampai itu terjadi"
Bersambung...
Unicronlaut
Sengayam, 18 Desember 2021
Jam 11.29
.
.
.
.
~Haii
Update lagi nih hehe
Jangan lupa like sama komenya ya guys :*