'Ini adalah misi untukku seorang diri.'
Pemuda bersurai pirang itu berjalan di atas rerumputan, 'Tanpa harus melibatkan mereka berdua.' Tangan kekarnya memegang pedang Assassin, tatapannya tetap pada sebuah gerbang misterius yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. 'Demi kebaikan Lyve dan Flava, aku akan berusaha sebaik mungkin.' Ia melemparkan jubah hitamnya sehingga dengan begitu ia akan lebih mudah bertarung.
Mengapa hal seperti ini terjadi?
Mengapa pemuda itu tidak membawa rekannya dalam misi kali ini? Ia terlihat serius untuk mengerjakannya seorang diri, meskipun didepannya adalah Dungeon misterius yang bisa saja monster berbahaya didalamnya bersemayam. Namun Pemuda itu sama sekali tak merasa takut, ia berjalan dengan kedua pedangnya sudah siap untuk menebas lawan.
'Lyvemon jauh lebih kuat daripada diriku, begitupula dengan Flava, aku harus menjadi lebih kuat, demi mengalahkan Raja Iblis.'
***
Kita putar waktunya, beberapa jam sebelum kemunculan Dungeon misterius tadi.
Saat ini, Aileen berada di gedung serikat, memenuhi panggilan dari Guild Master tanpa membawa Lyve dan Flava. "Dungeon Misterius?" Aileen tak terlihat terkejut, "Benar, dan bodohnya, banyak petualang baik pemula atau Veteran asal masuk kedalam sana." Litus menghentikan bicaranya dengan tatapan kesal, "Biar kutebak, mereka tak kembali, bukan?"
"Tepat."
"Lalu, mengapa kamu memintaku datang? Kamu tau sendiri bukan, aku hanyalah petualang Rank-D." Aileen berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, "Rank D hanyalah huruf, kamu tak perlu merasa kalau dirimu lemah, Aileen, potensimu sangat tinggi, aku memintamu untuk menyelidiki tempat itu." Litus tak banyak berbasa - basi, ia langsung meminta Aileen untuk menyelidiki Dungeon Misterius itu, "Biarkan aku bertanya sekali lagi, mengapa harus sendirian?"
"Lyve dan Flava bukanlah tandingan tempat itu, sihir milik Lyvemon akan tersegel didalam Dungeon, ada kemungkinan kalau mereka malah akan terbunuh."
"Lalu, bagaimana dengan Flava?"
"Anak itu masih dalam tahap pemulihan karena kehilangan banyak darah bukan? Jangan memaksakan kehendak pada putrimu sendiri."
Aileen kehabisan kata-kata, memang benar, Flava dan Lyve hanya akan membebaninya, sejenak ia terdiam untuk mengambil udara, "Baiklah, aku terima, namun, jika Lyvemon atau Flava mencoba menyusulku, hentikan mereka berdua." Aileen keluar dari ruangan itu, "Semoga dewa memberkatimu, Aileen Ilustitae."
Aileen berjalan menuruni tangga, dalam diam ia berkata dalam hati bahwa ia membenarkan perkataan Litus, jika ia memaksa membawa mereka berdua, yang ada mereka akan dalam bahaya. Jadi lebih baik ia menantang tempat itu sendirian dan mencari keberadaan para petualang yang menghilang. "Ada kemungkinan kalau mereka sudah mati dimakan monster atau menjadi Undead, namun apa salahnya mencoba." Ujarnya, ia melangkahkan kakinya menuju Selatan.
Dari jauh ia bisa melihat dungeon misterius itu.
(Kembali ke masa sekarang)
'Ini adalah misi untukku seorang diri.'
Pemuda bersurai pirang itu berjalan di atas rerumputan, 'Tanpa harus melibatkan mereka berdua.' Tangan kekarnya memegang pedang Assassin, tatapannya tetap pada sebuah gerbang misterius yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. 'Demi kebaikan Lyve dan Flava, aku akan berusaha sebaik mungkin.' Ia melemparkan jubah hitamnya sehingga dengan begitu ia akan lebih mudah bertarung.
Ia berjalan masuk kedalam dungeon itu dengan tatapan kesal. 'Bau busuk ini, dari mayat.' batinnya. Dan benar saja, baru saja ia berjalan memasuki Dungeon itu, mayat petualang sudah ia temukan satu. Namun ketika ia ingin melakukan Cek pada mayat itu, tiba-tiba mayat itu bergerak, 'Sudah menjadi Undead ya, sayang sekali.'
Ia langsung menebas petualang yang sudah menjadi Undead tadi. Jiwa dari petualang itu sudah tenang. Ia kembali melanjutkan penyelidikannya. Pada dinding tempat ini banyak sekali lukisan-lukisan aneh yang tak bisa dijelaskan. Salah satunya terdapat lukisan seorang Pria yang mencekik pria lainnya di atas sebuah menara, disaksikan oleh manusia lainnya. 'Apakah itu semacam ritual?' batinnya. Ia tak mempedulikan itu, ia hanya berjalan. Menatap ke belakang, dan benar saja, sepertinya ia sudah diawasi sejak dari tadi. 'Skill : hiding existence.'
Ketika ia menggunakan skill menyembunyikan keberadaannya, para Hobgoblin itu keluar mencari keberadaan Aileen (Goblin yang sudah bermutasi disebut Hobgoblin, ukurannya lebih besar, namun jauh lebih lemah dari Lord Goblin), 'Dasar makhluk rendahan.' Batin Aileen, ia menarik kedua pedangnya dan segera menebas mereka dengan cepat. 'Cukup keras juga, ukuran mereka lebih besar, jika dalam game, nama mereka adalah Hobgoblin.' Aileen menatap para Hobgoblin yang sekarat itu, 'Jika ada Hobgoblin, kemungkinan disini ada Lord Goblin atau mungkin ada Ogre, ini berbahaya.'
Sepertinya Aileen sudah cukup puas melihat para hobgoblin itu menderita, ia langsung membunuh mereka tanpa ampun dan kembali berjalan. Sepertinya dungeon ini cukup panjang, bisa dilihat dari gelapnya tempat ini. Cahaya sudah tak bisa masuk kedalam Dungeon saking jauhnya. Karena itulah, ia menyalakan Api di bilah pedangnya sebagai penerangan. "Ap-?!" betapa terkejutnya Aileen, ia melihat banyak sekali tubuh manusia yang sudah dikuliti terpajang di dinding Dungeon, "Kejam sekali.."
"T-tolo..ng..h" Rintih seorang petualang wanita yang sudah sekarat itu, "bagaimana ini.." Siapa pun akan bingung jika melihat pemandangan mengerikan seperti ini, "B-bunuh.. A-Aku.."
'Wanita ini sudah tak ada harapan, jika dibiarkan, ia hanya akan mati menderita dan berubah menjadi Undead, ada baiknya jika aku menghilangkan penderitaannya.' Aileen mengambil 1 dari 2 pedangnya, ia mengarahkan pedangnya pada jantung wanita itu, "Semoga dewa menerimamu, petualang."
Wanita itu hanya tersenyum dalam deritanya.
CRASH..
Aileen menutup matanya, ini adalah kali pertamanya ia membunuh manusia. 'Menyakitkan sekali, namun, ini demi petualang itu, jika aku tak melakukan ini, dia akan terus menderita, mati menjadi Undead.' Para petualang yang lainnya sudah mati duluan, sebentar lagi mereka akan menjadi Undead, karena itulah, Aileen segera menusuk otak dari mayat para petualang itu, karna jika otaknya terluka, maka jiwa yang tersiksa itu takkan berubah menjadi monster sehingga mereka takkan menjadi Undead. "Sepertinya aku harus maju lebih dalam."
~Buku Harian Aileen~
Betapa mengerikannya pemandangan ini. Jika ini adalah diriku yang dulu, mungkin aku sudah muntah darah karena merasa mual. Bau darah, bau busuk, kedua bau itu bercampur. Ternyata benar, ada baiknya aku tidak membawa mereka berdua, jika saja mereka ikut, mereka pasti takkan tega melihat pemandangan menyedihkan sekaligus mengerikan ini. Selain itu, ditempat ini ada Hobgoblin, jumlah mereka tak sedikit. Ada kemungkinan kalau disini adalah sarang mereka, jika memang begitu, pasti di sini akan ada Ogre atau ada Lord goblin. Masing-masing mereka memiliki tingkat bahaya yang berbeda. Ogre biasanya ditakhlukan oleh petualang Rank-B atau lebih dan Lord Goblin ditakhlukan oleh petualang Rank-C atau lebih. Namun seperti kata Litus, Rank hanyalah Huruf, kekuatan tak ditentukan oleh Rank.
Bersambung
Selanjutnya : Terbentuknya Dungeon Baru, Bagian 2: Makhluk Bertaring