"Asistenmu?" tanya Yu An kembali memastikan jika ia tidak salah dengar apa yang dikatakan oleh manusia di depannya itu.
"Ya. Asisten... lebih rincinya tanyakan pada Huang" ucap Cheng Fen yang langsung pergi begitu saja membawa naskah yang telah diperbaiki karena ia harus Crew Call agar syuting berjalan dengan efektif dan memastikan para kru agar bersiap tepat waktu.
Huang mematung hingga ponselnya berbunyi tanda sebuah email masuk.
Pengirim : Info@CMEntertaimentStudio.com
Penerima : CFAsst@Huang.com
Subject : -
Huang membaca dengan teliti secara berulang kali pesan email yang masuk. pandangan matanya terlihat tidak percaya atas apa yang telah ia baca barusan, namun Huang juga sedikit menghela nafas lega.
"Asisten sutradara sementara..." guman Huang.
"Hah?"
Huang menghadap Yu An sambil menunjukan ponselnya yang berisi email dari Cheng Fen.
"Kau diminta jadi asisten sutrada sementara oleh Cheng Fen. Dia kebetulan sedang mencarinya karena asistennya yang satu sedang ada urusan untuk waktu yang cukup lama"
Yu An masih dengan bingung mendengarkan penjelasan Huang.
"Hanya tiga bulan, aku akan mengirimkan perjanjiannya untuk kau tanda tangani..."
"Tap-"
"Kau bisa dapat uang lebih banyak lho..." bisik Huang sebelum Yu An bisa menyelesaikan kata-katanya.
Yu An langsung menyerobot ponsel Huang dan mengirim email dari ponsel itu ke emailnya.
"Apa saja pekerjaan asisten sutradara?" tanya Yu An yang langsung menyetujuinya dan segera menandatangani email perjanjian yang sudah di kirim ulang olehnya.
"Kira-kira kau hanya membuat script breakdown, shooting schedule, call sheet, mengarahkan extras, dan membantu mengatur blocking pemain di lokasi syuting saat syuting berlangsung... kurang lebih seperti itu yang ku tau, tapi lebih rincinya nanti akan diberitau oleh Cheng Fen" jelas Huang.
Yu An mengangguk-anggukan kepalanya mencoba memahami, atau lebih tepatnya ia harus memahaminya karena ia seorang perfeksionis yang harus melakukan apapun dengan sempurna.
"Baiklah, aku harus pergi, kau bisa kirim email perjanjian itu pada email pribadi Cheng Fen. dia akan menjelaskan rincinya pasti nanti, dan selamat istirahat" ucap Huang lalu pergi untuk menemui Cheng Fen karena ia harus selalu menata rambut Cheng Fen agar rapih saat syuting.
"Ah, aku masih mengantuk... juga lapar" guman Yu An yang kembali lapar seketika setelah ia baru saja makan karena saat ia mulai memutar otaknya ia tak pernah lepas dari makanan.
"Ayo kita mencari makanan dulu" guman Yu An yang tak sadar masih memakai mantel milik Cheng Fen.
Sebelum Yu An keluar untuk mencari makan ia memilih membaca ulang pesan email yang baru saja dikirim oleh Huang yang sudah ia tanda tangan juga.
beberapa menit pun berlalu dan Yu An menerima email lagi bahwa besok ia sudah mulai bisa melakukan pekerjaannya dan untuk seminggu ia akan di training oleh Cheng Fen sendiri.
"Cepatnya!. manusia itu benar-benar maniak waktu kah?" guman Yu An karena respon Cheng Fen yang begitu cepat padahal sepertinya Cheng Fen tengah sibuk tadi.
Sambil berjalan ke arah pintu keluar, Yu An menaiki lift terlebih dahulu. Ia menyimpan ponselnya dan sedikit berfikir tentang produser Cheng yang bersedia menerima dirinya bekerja di CM.Entertaiment itu dimana Yu An sama sekali tidak mempunyai gelar sarjana pendidikan yang pantas untuk bekerja di industri perfilman itu dan ia hanya mengandalkan skill menulisnya yang selalu ia asah.
"Lagipula, siapa nama produser disini sebenarnya?" guman Yu An.
"Aku adalah produsernya. Apa kau keberatan?" jawab seseorang yang tadi ikut masuk kedalam lift bersama Yu An.
Yu An jelas terkejut karena tiba-tiba gumanan pertanyaannya dijawab dengan mudah oleh seseorang.
"K-kau!"
"Tunggu. Apa kau bilang tadi?" Yu An mencerna kembali kata-kata manusia es disampingnya dan mengingat bahwa pria tampan disampingnya memiliki marga Cheng yang sama.
"Ap!. Apa?!. Kau?. Tidak mungkin... kau memegang tiga peran sekaligus saat ini?. Sutradara, Aktor, Produser?. Kau gila ya?!" Yu An sangat terkejut dan tidak habis fikir dengan manusia dingin, tampan, dan rakus itu dimatanya.
"Hm. Aku gila demi diriku sendiri, jadi tidak masalah" jawab Cheng Fen dengan santai.
"Itu masalah untukku!. Aku asistenmu mulai besok!. jika peranmu sebanyak itu..." Yu An mulai berfikir kembali tentang banyaknya pekerjaan yang pasti akan mengejarnya ditambah ia juga baru sadar jika pria disampingnya itu benar-benar gila dengan waktu.
"Apa?. kau mau mengeluh jika kuberikan pekerjaan tambahan?"
"Aku tidak masalah dengan pekerjaan tambahannya dan uang tambahan yang mengikutinya tapi... kau sama sekali tidak bisa toleran dengan waktu dasar maniak jam!. kau kira aku robot bisa melakukan segala hal dengan tepat waktu tanpa ada hambatan sedikitpun?"
"Pekerjaan bertambah uang bertambah jadi waktu harus bertambah cepat juga. itu hal wajar, dan tugasmu... kurasa aku tidak perlu memberitahukannya. kau sudah paham kan?. Oh, tentang pekerjaannya aku akan mengirim detailnya sekitar..." Cheng Fen melihat jam tangan mewah berwarna hitam di tangannya.
"Sekitar jam tujuh malam akan aku kirim detailnya" Jelas Cheng Fen.
"Grrr... Bodohnya!" batin Yu An yang entah kepada siapa ia mengatai bodoh.
Cheng Fen dan Yu An keluar lift dan pintu keluar secara bersamaan dimana Yu An dapat melihat cara pria itu berjalan yang sangat dipenuhi ambisi menemui seorang wanita yang tidak ia kenal namun ia mera sapernah melihatnya.
"Artis?. Pemeran figuran mungkin" guman Yu An yang tak peduli karena tokoh utama dalam hidupnya adalah dirinya sendiri dan ia harus segera pergi ke supermarket untuk membeli makanan instan untuk ia makan sekarang dan untuk stok di kulkasnya yang harus penuh.
Cling!.
Yu An merogoh saku celananya dan melihat pesan Wechat dari adiknya yang meminta Yu An untuk segera mengirim uang untuk biaya semester berikutnya.
"Baiklah stok mie instan dan satu pak kopi instan cukup untuk sebulan" guman Yu An dan ia pun segera pergi ke supermarket sambil mengirim biaya kuliah adiknya yang saat ini berkuliah di Jepang karena mendapatkan beasiswa sebesar lima puluh persen dan sisanya adalah menjadi tanggung jawab Yu An dimana ia melarang adiknya bekerja paruh waktu. Yu An meminta mereka untuk fokus pada pelajaran karena ia ingin adik-adiknya bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi dan meraih mimpi mereka.
Setelah selesai mengambil dua puluh bungkus mie instan dengan berbagai rasa dan juga satu pak kopi, Yu An juga mengambil dua kotak susu putih dan beberapa snack juga sayuran beku untuk ia tambahkan kedalam mienya dan tidak lupa telur setengah matangnya.
"Dimana telurnya?, habis?" guman Yu An karena ia tidak dapat melihat sebutir telur pun di rak tempat telur.
"Ah itu dia, masih ada satu!. Lucky!" guman Yu An dengan senang dan dengan waktu semenit ia menjadi muram karena tangannya yang menyentuh kotak telur terakhir juga dibarengi oleh tangan orang lain yang mengincar telur diskon disana itu.
"Hei ini punyaku!" protes Yu An sambil melihat siapa orang yang juga menginginkan telur itu.
"Kekasih idamanku... akhirnya datang juga" batin Yu An setelah melihat siapa orang yang menginginkan telur itu yang ternyata seorang pria tampan yang sangat murah senyum.
"Maaf. Silahkah ambil saja, aku akan membeli telur instan saja" ucap Yu An dengan asal.
"Telur instan?" pria itu berguman bingung dan saat ia melihat isi keranjang belanjaan Yu An ia pun paham.
"Ini untukmu saja nona, aku bisa mencari yang lain. Tidak baik jika semuanya instan" ucap pria itu sambil menunjukan senyumannya yang membuat Yu An merasakan sebuah debaran di hatinya.
"100%!" bagai baterai yang telah terisi penuh, Yu An dibuat kagum oleh senyuman itu. Senyuman yang selalu ia ingin lihat dari seorang pria. Sebuah senyuman tipis namun terlihat hangat dan ramah seperti sebuah bintang kecil di langit malam yang tidak terlalu terang namun indah dipandang.
"Xiao Yu An bodoh!. Kenapa kau tidak tanyakan namanya!" teriak Yu An setelah ia kehilangan jejak pria tampan yang hangat itu dengan ciri-ciri yang masuk dalam list seorang pria kekasih idaman Xiao Yu An.
"Tapi. Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya... apa dia aktor?" guman Yu An mengingat-ingat karena bukan hanya wajahnya tapi suaranya yang ia fikir juga sangat khas di telinga Yu An.
***