"Pa, Ma. Apa bener kaki Shalma patah?" tanya Naufal, memastikan.
Anggukan kepala, hanya itu yang dapat Theresia berikan sebagai jawaban. Wanita setengah baya itu turut menangis, dan Romi hanya bisa menenangkannya. Tidak mungkin jika Romi turut menangis, sebagai kepala keluarga dia harus bisa kuat, walau kabar buruk menimpa keluarganya.
"Gak mungkin 'kan Ma, Pa? Bilang sama Abang, kalau ini semua cuma bercanda ..." lirih Naufal, seraya mendudukkan tubuhnya di sofa. Nuriyah turut mendudukkan pantatnya juga, gadis itu terus menenangkan Naufal.
"Bang, terima kenyataan ini. Mungkin kaki Shalma patah, karena ada rencana Tuhan yang lebih baik lagi," ucap Romi, terdengar lembut dipendengaran Naufal.
"T-tapi, gimana dengan karir Shalma, Ma, Pa, Bang?" tanya Shalma, lirih.