"Silakan diminum sama dimakan, ya! Gak usah malu-malu. Orang yang malu-malu mah gak bakal kenyang," ujar Bi Juli sambil menyimpan nampannya di meja yang ada di kamar Setya.
"Iya makasih, Bi," sahut Naja.
"Eh, katanya Naja mau kenalan sama Bibi," ucap Setya.
Bi Juli pun mendekati Naja. "Kenapa gak langsung bilang aja sama Bibi? Bibi mah seneng kalau ada yang ngajak kenalan." Dia pun mengulurkan tangannya di depan Naja. "Nama bibiĀ Bulan. Neng Naja bebas mau panggil bibi apa aja. Kalau Den Setya, sih, sering panggil bibi, Bi Januari, Bi Februari, Bi Mei, pokoknya nama-nama bulan aja."
Naja tertawa aneh mendengarnya. Lalu, dia menjabat tangan Bi Juli atau Bi Bulan ini. "Saya Naja, Bi." Tidak lama kemudian, mereka saling melepasnya.
"Temen-temen Aden mah pada cantik semua, ya." Bibi mencolek dagu Naja membuat gadis itu tersenyum malu.
"Termasuk Destan gitu?" canda Setya hingga tawa mereka pun sama-sama menggema.