Tubuhnya meremang kala Fajar mengucapkan itu. Gadis itu berusaha mati-matian untuk tidak menjerit saat itu juga. Pasalnya, Fajar pandai menerbangkan hatinya. Setelah Fajar pergi, Senja menggigit ujung gulingnya sambil tersenyum kecil.
Ah, sudahlah. Sekuat apapun Senja membenci Fajar, ujungnya juga akan jatuh hati lagi padanya. Apa mungkin dirinya akan terus seperti ini? Mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain? Tidak. Senja harus menghentikan perasaan gila ini.
Senja tidak mau jatuh pada luka dan orang yang sama. Cukup sekali dan tidak akan lagi. Karena pada dasarnya, mencintai yang dimiliki orang lain itu sama saja dengan menggenggam kaktus. Semakin dalam, maka semakin sakit.
Menjelang sore, Rey masih duduk di sofa ruang tamu rumah Senja. Rey sebetulnya tahu bahwa Fajar sudah pergi beberapa jam yang lalu. Tapi entah kenapa, Rey tidak menemui Senja. Rupanya Rey memberikan Senja jeda untuk menetralkan emosinya pada Fajar.