Pagi ini, suhu badan Senja tinggi. Demamnya dari kemarin belum juga turun. Gadis itu masih bergulung selimut di atas ranjangnya. Matanya sudah terbuka dengan tatapan kosong menghadap jendela luar. Meski sakit begini, Senja masih memikirkan Fajar. Tidak ada alasan kuat untuk menolak Fajar dari hidupnya, karena sedari awal Senja terlalu jatuh dalam pesona Fajar.
Lima menit kemudian, pintu kamarnya terbuka. Terlihat sosok Panji yang memasuki kamar Senja sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. "Sayang, ayo ma--- loh, kamar kamu kenapa bisa berantakan gini? Apa yang terjadi?" Panji panik bukan main. Pasalnya kamar putrinya itu berantakan sekali.
Senja menoleh ke arah Panji dengan senyum getirnya, "Tidak ada apa-apa."