"Lo mikir gak sih, disana ada banyak guru sama panitia. Ngapain lo mukulin Agam, dia punya salah apa sama lo?" parau Senja.
Fajar mengeratkan gigi gerahamnya kuat. "Jadi lo belain dia, gue udah pernah bilang. Sekali milik gue, akan tetap milik gue. Paham lo?"
Senja diam di tempat. Menatap mata Fajar dengan lekat, membuat dirinya merasa takut. Tak menunggu waktu lama, Fajar pergi dari hadapan Senja sambil menyeka keringatnya.
"Gam, lo gapa-pa?" tanya Senja. Melihat sudut bibir Agam yang berdarah membuatnya terenyuh.
"Gapa-pa. Santai aja, mungkin Fajar ke bawa emosi tadi," ucap Agam.
"Maafin Fajar ya, gue jadi ngerasa bersalah banget deh," keluhnya.
Agam hanya tersenyum tipis dan berusaha meyakinkan Senja bahwa dia tidak bersalah. Berbeda dengan Fajar, duduk di antara teman - temannya dengan kaki yang di tekuk depan dada. Pikirannya kacau, merasa dirinya lepas kendali akibat kejadian tadi. Bahkan, dirinya sendiri pun tak sadar jika emosinya meluap tadi.
"Kenapa lo?" tanya Angga.