"Siapa juga yang nge-gombal? Gue jujur kali ngomongnya." Bantah cowok itu. "Eh lo denger ya, meskipun gue dapet cap biang rusuh, biang onar sama biang-biang yang lain, tapi gue gak ada tuh nyakitin hati perempuan. Apalagi sampe bikin mereka nangis." Ucap Rio panjang lebar.
"Karena gue ngerti, perasaan perempuan itu lembut, selembut kapas. Harusnya dijaga, dibahagian. Bukan malah dibikin sakit. Apalagi sampe ngeluarin paksa air matanya."
"Kalo semua cowok ngerti itu, gue jamin gak bakal ada istilah kratak. Dan mata cewek gak bakalan jadi sumber air terproduktif di dunia."
"Lo kesambet ya?" Dara menempelkan punggung tangannya pada kening Rio. "Tapi lo gak panas."
"Kalo ngecek sehat gak sehat itu bukan disana." Cowok itu meraih tangan Dara, lalu menempelkannya pada dada sebelah kirinya. "Tapi disini."
"Rio, gue serius."
"Gue juga serius, Dar. Kalo gak percaya, rasain aja sendiri." Rio masih menahan tangan cewek itu di posisi sebelumnya.
