David memalingkan wajah ke samping tapi agak menunduk, lalu perlahan-lahan, senyuman getir yang tampak begitu menyakitkan terukir dari bibirnya. "Tapi Alexa masih jadi orang yang paling saya cintai, Om, dan saya cuma pengin lihat dia bahagia di hari pernikahannya."
Steven terdiam, tapi tatapannya masih memancarkan kemarahan.
Kini, kedua tangannya mengepal kuat-kuat dan seluruh wajahnya tampak mengeras.
"Apa cintamu ke anak saya sedalam itu?" tanyanya.
David mengangguk dengan lemah, tak mampu menatap wajah Steven yang mungkin saja siap menyemburkan api ke arahnya.
"Kalau gitu," lanjut Steven, "gimana kalau kamu aja yang nikahin Alexa?"
David menganga.
"Jawab! Mau nggak?!" seru Steven, nadanya persis seperti saat sedang memberi komando pada juniornya di markas tentara.
David yang terkejut langsung menegakkan punggungnya dan menjawab, "Mau, Om!"