Chereads / The Chapter / Chapter 6 - Sunny ( part 6 )

Chapter 6 - Sunny ( part 6 )

"ting"

"ting"

"ting"

Mendengar suara handphone yang terus berbunyi memaksa ku untuk bangun. Padahal aku sudah berusaha untuk mengabaikan suara notifikasi pesan itu tapi entah mengapa suaranya tak kunjung berhenti.

Aku mencoba meraih handphone ku dengan kondisi masih setengah sadar.

"ahh sudah jam 8 malam rupanya" gumam ku di dalam hati.

Ternyata suara itu adalah notifikasi pesan grup kelas ku. Ketua kelas mengatakan bahwa besok kami harus mengikuti seminar untuk menggantikan mata kuliah manajemen perusahaan dan seminar ini bersifat wajib jadi mau tidak mau aku harus ikut.

Setelah membaca pesan itu sebenarnya aku ingin kembali melanjutkan tidur ku. Tapi aku ingat aku belum mandi dan juga perut ku sudah lapar lagi. Jadi aku memutuskan untuk segera mandi dan berencana untuk mencari makanan di luar setelahnya.

"ahh segarnya" ucap ku setelah keluar dari kamar mandi.

Tanpa berlama-lama aku langsung mengeringkan rambut ku dan bersiap untuk pergi.

Karena sudah malam aku memutuskan untuk makan nasi goreng yang letaknya tepat di bawah apartemen ku.

"pak nasi gorengnya satu plus telur dadarnya, minumnya es teh aja"

Setelah memesan aku langsung mengambil tempat duduk yang langsung berhadapan dengan jalan raya. Suasana jalan malam itu masih ramai lancar, sepertinya mereka juga sedang mencari makan malam seperti ku.

Asik memandangi lalu lalang mobil dan motor yang tak henti-hentinya melintas. Tiba-tiba muncul sosok pria dan seorang wanita yang mengikutinya dari belakang. Ternyata pria itu adalah pak Ryu dan aku tak tahu siapa wanita yang mengikutinya dari belakang. Tapi wanita itu kelihatan sangat cantik. Rambutnya tergerai lurus hingga ke bahu, kulitnya putih dan juga tinggi badanya hampir sama dengan pak Ryu. Wajah wanita itu terlihat indah bak bunga yang baru mekar dan tenang seperti air. Aku sampai tak bisa mengalihkan pandangan ku darinya. Namun sangat di sayangkan wanita secantik itu harus bersama dengan pria yang sangat menyebalkan. Begitulah kiranya apa yang ku pikirkan.

Mereka berdua duduk tepat di samping ku. Dan untuk kedua kalinya pak Ryu tak menghiraukan ku, bahkan seolah-olah aku tidak ada disitu. Tapi hal itu justru sangat baik bagi ku.

Tapi siapa wanita yang ikut bersamanya. Apakah itu pacarnya?. Tunangannya? Atau bahkan istrinya?. Ahh kenapa tiba-tiba aku begitu peduli tentang siapa wanita yang dibawa pak Ryu. Mau siapa pun dia sama sekali bukan urusan ku.

Aku langsung menyantap nasi goreng yang aku pesan tadi. Aku berusaha untuk mengabaikan mereka berdua tetapi tidak bisa, karena mereka duduk tepat di samping ku sehingga aku bisa sayup-sayup mendengar percakapan keduanya. Aku tak begitu jelas mendengar apa yang di katakan oleh pak Ryu tetapi setelah mendengar perkataan itu wanita itu tertawa. Saat tertawa pun wanita itu masih terlihat anggun. Mengesampingkan seberapa menyebalkannya pak Ryu. Mereka berdua terlihat sangat cocok bak seorang putri dan pangeran keduanya terlihat sangat serasi.

Ahh apa yang ada di otak ku. Kenapa tiba-tiba aku memikirkan hal seperti itu. Aku terus menyantap makanan ku tanpa henti, agar aku bisa segera pergi dari sini. Tapi entah kenapa mata ku dengan sendirinya menoleh ke arah mereka. Aku dengan jelas melihat pak Ryu menyeka sisa makanan yang ada di wajah wanita itu. Jari-jarinya dengan lembut mengusap wajah wanita itu dan wanita itu tertunduk malu dibuatnya. Saat itu untuk pertama kalinya aku melihat wajah pak Ryu yang terlihat begitu hangat dan penuh kasih sayang dan matanya yang sedari tadi tak henti-hentinya menatap wanita itu. Aku bisa merasakan bahwa pak Ryu sangat menyayangi wanita itu.

Aku terlalu asik menatap pasangan serasi itu sampai aku tak sadar bahwa pak Ryu sudah menoleh kearah ku. Mata kami sempat bertemu beberapa detik dan aku pun langsung mengalihkan pandangan ku ke jalan raya. Aku menjadi salah tingkah setelahnya dan kesialan pun akhirnya menimpa ku. Aku tak sengaja menyenggol gelas minuman ku dan gelas itu tumpah membasahi baju ku. Reflek aku langsung berdiri dan kini semua mata tertuju pada ku.

Aku berusaha untuk mengelap baju ku yang basah dengan tisu tapi rasanya sebanyak apa pun aku mengelapnya baju ini akan tetap basah. Seketika aku menjadi panik. Banyak sekali rasanya suara yang masuk kedalam telinga ku.

"ahh aku tak suka ini" gumam ku dalam hati.

Tangan ku bergerak tidak karuan. Napas ku seketika menjadi tidak teratur. Aku ingin pergi dari sini tapi kaki ku tak mau di gerakan rasanya seperti tertancap di dalam tanah. Di tengah-tengah kepanikan ku tiba-tiba ada tangan yang mengulurkan saput tangan. Itu tangan wanita yang di bawa pak Ryu. Aku tak mengambil saput tangan itu. Lalu sayup-sayup aku mendengar wanita itu berkata "kamu baik-baik saja?" dia terus mengulang perkataan itu. Telinga ku rasanya ingin pecah. Aku sudah tidak tahan. Lalu tanpa sadar aku menepis tangan wanita itu. Sampai saput tangannya terjatuh kebawah.

"apa yang telah ku lakukan?" gumam ku dalam hati.

Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dengan nada suara yang sangat marah. Aku mengenal suara itu suara pak Ryu sedang marah kepada ku.

"hey! Apa yang kamu lakukan?" suaranya terdengar begitu menakutkan.

"dia hanya ingin menolong, tapi kamu dengan keangkuhan mu malah menepis tangannya"

"kamu memang tidak punya hati Sunny!"

Mendengar ucapan itu aku langsung mengangkat kepala ku yang sedari tadi terus menunduk.

Ku tatap lekat-lekat wajah pak Ryu. Lalu tanpa ku sadari air mata ku mengalir begitu saja. Bahkan setelah melihat air mata ku jatuh dia sama sekali tidak peduli. Perhatiannya hanya fokus kepada wanita itu.

Tanpa pikir panjang aku langsung pergi dari tempat itu. Aku tak ingin lebih lama lagi mempermalukan diri ku di tempat itu.

"sungguh memalukan kenapa aku harus menangis didepan dosen menyebalkan itu"

"aku sama sekali tidak salah. Wanita itu yang salah dia terus-terusan berbicara kepada ku"

"tapi kenapa dia harus sekasar itu kepada ku. Dia bahkan mengabaikan ku"

Tangis ku semakin menjadi-jadi. Aku merasa diri ku yang berhadapan dengan pak Ryu tadi sangat menyebalkan.

"Seharusnya aku tidak menangis seharusnya aku juga marah kepadanya seharusnya…seharusnya…"

Aku tak sanggup lagi meneruskan perkataan ku. Aku berusaha untuk berhenti menangis tetapi entah mengapa air mata ku terus mengalir deras. Di tambah otak ku tak henti-hentinya mengulang kejadian tadi hingga rasanya begitu menyesakkan.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku menangis. Bahkan baju ku yang terkena tumpahan tadi belum sempat ku ganti. Rasanya begitu melelahkan. Dan aku barus sadar ternyata menangis membutuhkan banyak energi.

Aku perlahan menjatuhkan tubuh ku di atas sofa. Mata ku terasa begitu berat. Ku pejamkan mata ku berharap lelah ini segera hilang karena aku masih harus mengganti baju ku. Tapi jangankan untuk mengganti baju, bangun saja rasanya aku tidak mampu dan entah sejak kapan aku sudah tertidur pulas diatas sofa.