"Tak biasanya kau duduk di situ?" Benarkan, tak hanya aku, Andrew juga bingung mengapa Marcus duduk di sampingku.
"Memangnya ada aturan aku harus selalu duduk di sana. Lagipula tak ada larangan untuk duduk di sini." Andrew hanya menggedikkan bahunya tak peduli. Kami melanjutkan makan.
Sebuah tangan menyentuh tangan kiriku. Aku terdiam dan melirik jemari Marcus yang menarik tanganku. Apa yang dilakukannya?
Lalu dia membuka jari jemariku dan mengisi setiap celah dengan jemarinya. Jemari kami saling bertautan. Marcus mengenggem tanganku di bawah meja. Aku menoleh ke arah Marcus tapi pria itu membuang jauh wajahnya dan tak sedikitpun melihat ke arahku.
Sudut bibirku berkedut. Betapa manisnya dia. Jadi, dia pindah duduk di sampingku karena hal ini. Dia ingin menggenggam tanganku selama makan malam berlangsung. Aku menunduk karena tak bisa lagi menahan senyuman.