Dia pasti mengalami pegal-pegal karena aku tertidur di pundaknya. Lampu juga sudah menyala. Dengan tangan kiriku yang bebas aku menguncang tubuh Marcus. Ini sudah jam setengah tujuh. Aku harus membangunkannya agar dia tak terlambat pergi bekerja. Aku masih mengamati wajah Marcus.
"Marcus, bangun sudah pagi," ucapku masih terus mengguncang tubuhnya. Perlahan matanya mengerjap, lalu dia mengusap kedua matanya. Persis seperti anak kecil yang baru bangun tidur. Terlihat sangat imut. Tanganku sangat gatal ingin menarik kedua pipinya.
Mata Marcus kini terbuka sepenuhnya dan menatapku. Dia tersenyum begitu lebar dan menyilaukan mataku. Senyumnya bisa menyaingi sinar matahari, terdengar berlebihan tapi itu yang aku rasakan.
"Pagi Shelina," suara serak khas bangun tidur Marcus terdengar sexy.
"Pagi," balasku singkat dan membalas senyuman cerahnya. Lalu Marcus melakukan perenggangan otot tangannya.