"Jadi, sekarang kau bertingkah layaknya anak yang berbakti kepada orang tua." Marcus hanya diam tak menanggapi ucapanku.
"Kau tak perlu melakukan itu. Aku bisa pulang sendiri."
"Sudah kubilang aku tak ingin kau merusak nama baik ayahku."
"Kau tak perlu mengkhawatirkan itu. Karena aku sudah lama tak pergi ke club malam."
"Benarkah?" Alosnya naik sebelah dan menatapku tajam.
"Ya."
"Pantas saja." Dia mengatakan itu setelah menghembuskan napas lega.
"Apa maksudmu pantas saja?" Cecarku sewot.
"Aku tak menerima penolakan, jadi aku akan menjemputmu pulang nanti."
"Aku tak akan memberi tahu kapan aku akan pulang." Aku bersikeras tak mau pulang bersamanya nanti.
"Aku akan menunggumu di sini."
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Marcus?" Aku kesal dibuatnya.
"Berhentilah protes. Suara cemprengmu itu sangat menganggu telingaku. Bukankah kau sendiri yang menginginkan hubungan baik denganku. Jadi, jangan membuat aku marah dan bersikap ketus kepadamu."