Naura menoleh dan tersenyum canggung. "Iya, mas, silahkan kalau mau mandi. Aku siapkan dulu camilan dan minumannya setelah selesai cuci piring," ujarnya lalu kembali mengahdap ke wastafel dengan kedua pipi yang memerah.
Entah mengapa saat ini, ia teringat malam yang panas dan mendebarkan bersama Rico saat itu. Memang secara fisik, Rico lebih unggul dari pada sang kakak.
Tapi tetap saja, ia seorang wanita yang pernah menghabiskan malam bersama dengan laki-laki yang ia cintai.
Meskipun ada sedikit rasa menyesal, namun ia yakin jika dirinya dan Rico akan menikah. Kedua keluarga juga telah memberi mereka lampu hijau untuk menjalin kasih. Tak ada lagi penghalang lagi bagi hubungan keduanya.
Raihan yang tahu jika Naura malu melihatnya, hanya bisa tersneyum tipis dan masuk ke kamar mandi yang memang terletak di sebelah dapur.
Mendengar bunyi pintu yang tertutup, Naura baru bisa bernapas lega. Ia tak tahu kenapa dengan dirinya yang tiba-tiba saja menjadi mesum seperti ini.