Raihan dan Naura tiba di rumah kontrakan gadis tersebut. Dengan segera Naura memanaskan semua makanan yang Bu Ratna berikan tadi pagi. Sebab memang sangat banyak dan tidak mungkin sanggup untuk menghabiskannya seorang diri.
"Nah, ayo , makan dulu, Mas!" ajak Naura yang sedang menata makanan di meja.
Raihan yang sedang mengamati halaman belakang rumah kontrakan Naura, segera masuk ke dalam. Menghampiri Naura yang tengah menuangkan air putih di gelas.
"Setelah makan siang, Mas pulang, yah? Mau kembali ke kantor dan kamu juga harus istirahat, bukan?" celetuk Raihan sembari menyantap makanannya.
"Iya, Mas. Semangat kerjanya!" seru Naura memberi semangat kepada Raihan.
Raihan terkekeh, "Kamu juga, semangat kerjanya. Tapi apa kamu nggak ingin kuliah?" tanya Raihan yang penasaran akan keinginan Naura.
Gadis tersebut tertawa kecil, "Keinginan tentu saja ada, Mas. Ini aku juga sambil ngumpulin uang untuk bisa kuliah. Mungkin UT, supaya aku bisa tetap bekerja," jelas Naura sembari tersenyum.
Kemarin, sepupunya yang memberitahunya agar ia bisa terus bekerja dan bisa kuliah juga. Salah satunya UT. Segera Naura menceritakan hal tersebut kepada Sang Ayah. Orang tuanya mendukungnya dan akan membantu biayanya nanti.
Namun Naura dengan segera menolaknya, ia mengatakan akan mencari biayanya sendiri. Tidak ingin menyusahkan Sang Ayah lebih banyak lagi.
"Ya, bagus itu. Bagaimana pun, pendidikan itu penting. Semoga nantinya kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dari dengan pendidikan itu. Juga bisa membantu orang tua. Katakan saja, jika kamu membutuhkan bantuanku," ujar Raihan tulus.
"Terima kasih, Mas. Bantu doa saja sudah cukup kok," sahut Naura sambil tersenyum tipis.
"Oke. Ya, sudah Mas pulang dulu. Nanti malam pulang jam sembilan kan? Kita makan bakso gimana? Kamu suka bakso nggak?" tanya Raihan.
Naura mengangguk pelan, "Aku sih, makan apa aja kok. Asalkan nggak beracun aja, hehehe," jawabnya sembari terkekeh.
"Ya, baguslah. Sampai ketemu nanti malam, yah? Selamat istirahat," pamit Raihan yang keluar dari rumah kontrakan Naura.
Sedangkan gadis tersebut mengantarkan tamunya sampai ke depan pintu. "Hati-hati di jalan Mas," ucap Naura seraya tersenyum tipis.
Raihan hanya mengangguk pelan sambil tersenyum samar. Lalu pergi dari hadapan Naura. Meninggalkan gadis tersebut yang masih tetap menatap kepergian pria tersebut.
"Pria yang baik, tapi seperti ada kesepian di matanya," gumam Naura lantas masuk ke dalam rumahnya.
###
Naura sedang menyusun baju-baju di rak agar tersusun rapi. Sebentar lagi adalah jam pulang kerja. Maka dari itu banyak dari para karyawan bersiap-siap di konter masing-masing.
Arga yang bertugas untuk berkeliling, mengecek keadaan. Mendekati Naura yang masih sibuk menata baju-baju.
"Nau, nanti pulang bareng, yah?" ajak Arga sembari tersenyum menunggu jawaban dari Naura.
Laki-laki tersebut berdiri di sebelah Naura dan menatap apa yang di kerjakan oleh gadis tersebut.
Naura menjawabnya tanpa menoleh, "Nggak, makasih, Ga. Aku di jemput sama Mas Raihan," tolak Naura halus.
Arga mengerutkan keningnya, mendengar jawaban Naura. "Siapa Raihan? Aku belum pernah mendengarnya," tanyanya sambil memandangi wajah ayu Naura.
Naura menghentikan gerakan tangannya, lantas menoleh. "Apa aku belum cerita yah?" tanya Naura sembari mengingatnya.
Melihat Arga yang menggelengkan kepalanya, Naura terkekeh, "Dia itu anak dari ibu-ibu yang aku tolong tempo hari. Dia juga yang bantuin aku pas jatuh dan terkilir," jelas gadis tersebut pada sahabatnya.
Arga seolah tengah berpikir, "Terus apa hubungan kalian? Bukannya dia hanya orang asing aja, kan?" cecar Arga dengan nada tidak suka.
Naura hanya bisa menghembuskan napasnya panjang. "Memangnya aku nggak boleh temenan sama dia?" balas Naura sebal.
Arga buru-buru menggelengkan kepalanya. "Bukan itu maksud aku, Na. Tapi..."
"Ya, terus apa alasannya kamu nanya kayak gitu? Aku hanya ingin berteman dengan siapa pun," jelas gadis tersebut yang tidak menyadari rasa cemburu yang Arga tunjukkan.
Membuat temannya yang sejak tadi berada di situ hanya bisa menghembuskan napasnya memandang wajah Arga. Gemas akan tingkat kepekaan Naura sejak dulu.
Arga mengangguk, "Iya, kamu berhak berteman dengan siapa pun kok. Aku bukannya nggak ingin kamu berteman dengan siapa pun. Aku hanya takut kamu kenapa-kenapa, itu saja," jelas Arga yang langsung melangkah pergi setelah berkata seperti itu.
Naura terdiam dan menghembuskan napasnya panjang. Bingung akan sikap Arga yang menurutnya aneh.
Lantas menoleh ke arah temannya yang sejak tadi diam, mendengarkan pembicaraan mereka. "Dia kenapa, sih? Aneh," tanya Naura dengan tatapan bingungnya.
Teman Nuara yang bernama Sarah, hanya menggelengkan kepalanya. Dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Begitu juga dengan Naura yang juga kembali menata baju-bajunya.
'Mau sampai kapan Arga bertahan dengan sifat Naura?' benak Sarah yang kasihan kepada Arga.
####
Sesuai dengan janjinya, Raihan telah menunggu Naura di seberang jalan. Mengenakan pakaian kasual, Raihan terlihat lebih muda dari usia aslinya.
Banyak teman-temannya yang menggoda Naura. Sebab baru kali ini ada laki-laki yang menjemputnya sepulang bekerja. Karena semua tahu, jika hanya Arga yang dekat dengan gadis manis pemilik lesung pipit di kedua pipinya tersebut.
"Hai!" sapa Raihan ramah.
Naura tersenyum dan membalas, "Malam juga, Mas. Harusnya nggak usah repot-repot jemput aku," balas gadis tersebut tak enak.
"Sudahlah. Ayo, masuk! Aku sudah lapar sekali," ajak Raihan yang membukakan pintu untuk gadis manis tersebut.
Naura pun mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Setelahnya Raihan juga masuk dan mengemudikan mobilnya pergi dari Mall tempat Naura bekerja.
Meninggalkan seorang laki-laki yang sejak tadi rupanya menyaksikan sikap manis Raihan pada Naura. Arga masih berdiri di sebelah motornya, saat mobil Raihan melaju pergi.
Sarah menepuk pundaknya pelan, "Sudahlah. Kalau memang suka, cepat katakan saja. Sebelum terlambat. Kamu juga tahu kan, Naura kayak gimana. Jangan sampai menyesal, Ga," saran teman Naura yang tahu seperti apa perasaan Arga kepada Naura.
"Tapi aku nggak mau dia jauhin aku, setelah tahu perasaanku kepadanya. Aku nggak akan sanggup," keluh Arga dengan tatapan sendunya ke arah dimana mobil Raihan baru saja pergi.
Sarah menghela napasnya pelan, "Tapi dia juga nggak akan pernah tahu. Kalau kamu hanya diam saja. Aku yakin, Naura nggak akan jauhin kamu. Dia kan selalu mencarimu kalau ada apa-apa," terang Sarah yakin.
Arga mengangguk pelan. "Terima kasih. Aku akan menyatakannya besok. Doakan aku berhasil," pinta laki-laki tersebut.
Sarah mengangguk dan tersenyum, "Ya, semoga kamu berhasil. Aku pulang dulu, pacarku sudah datang," balas Sarah yang langsung pergi setelah kekasihnya datang menjemputnya.
Sementara Naura dan Raihan tengah asyik menikmati semangkuk bakso dengan segelas es teh di warung bakso langganan Raihan dan keluarganya.
"Bagaimana? Enak nggak?' tanya Raihan yang menunggu komentar gadis di depannya ini.
Naura mengacungkan kedua jempolnya sebagai jawaban. "Enak banget, Mas. Recomended pokoknya!" serunya dengan mata berbinar.
Raihan hanya terkekeh, dan kembali menikmati baksonya. Sepertinya menolak makan malam bersama orang tuanya tadi. Tidak buruk juga. Jika balasannya, ia bisa menikmati semangkuk bakso bersama gadis manis yang beberapa akhir ini mengganggu pikirannya.
"Kalau selain bakso, kamu suka makanan apa lagi?" tanya Raihan di sela-sela makannya.
Naura meminum es tehnya lebih dulu sebelum menjawabnya. "Aku sih, suka apa saja, Mas. Cuman lebih suka sama Mie, apa pun itu yang berbahan mie, aku suka. Tapi nggak suka pasta atau spagheti, maklum lidah orang desa," sahutnya sambil terkekeh.
Raihan tertawa kecil, "Oke catet," jawabnya dengan bercanda.
"Mas, apa sih, nggak lucu," balas Naura yang ikut tertawa kecil.