Raka memicingkan matanya saat melihat seseorang yang sepertinya sangat familiar di halte bus. Sedang di tarik-tarik oleh seorang laki-laki, dan dua orang laki-laki lainnya hanya bisa tertawa menyaksikannya.
Raka segera menepikan mobilnya dan turun dari mobil. Begitu melihat siapa perempuan yang sedang di paksa oleh mereka. Darahnya tiba-tiba saja mendidih. Ia marah, ah, tidak. Bahkan sangat marah dan penuh emosi.
Perempuan itu adalah istrinya. Meski mereka menikah atas dasar rasa kemanusiaan, Raka tidak seburuk itu untuk diam saja melihatnya.
"Woi! Lepaskan dia!" teriaknya yang langsung menghampiri Kirana.
Perempuan tersebut sangat terkejut melihat kedatangan suaminya. "Raka?" gumamnya tak percaya melihat laki-laki itu di sini sekarang.
Meski tak ingin berharap banyak, ia harap kakak sepupunya tidak melukai Raka.
Mendengar Kirana menyebut nama seorang laki-laki, Panji mengamati sosok laki-laki tampan yang ia yakini orang kaya, jika di lihat dari pakaian dan mobilnya.