Chereads / MY PLUMP LADY, TANZANIA / Chapter 2 - AWAL JUMPA

Chapter 2 - AWAL JUMPA

"Aku mau mandi dan jangan harap bisa ngintip!!" Zania langsung melangkah menuju kamar mandi yang ada di sebelah kanan tempat tidur yang dibatasi dinding berwarna krem.

Lawan bicaranya hanya berdehem mendengar peringatan dari gadis tersebut.Dalam hatinya sedang menyiapkan jurus ampuh untuk menarik perhatian Zania.

Saat itulah dia kembali teringat akan pertemuan pertama mereka.Oh salah, lebih tepatnya adalah penemuan oleh Algeria.

"PARIS - TIGA TAHUN SEBELUMNYA*

Suasana bandara Soekarno-Hatta saat itu tidaklah begitu ramai.Algeria tengah menunggu pesawat yang akan membawanya menuju kota kelahiran sang Ibunda, Laura.

Kota yang terkenal dengan ikon menara tingginya yang biasa di pakai dua sejoli sebagai latar belakang foto yang sangat romantis.Paris, malam ini dia akan berangkat ke Paris.

Laura,sosok wanita yang sangat dia cintai, yang telah melahirkan dan merawatnya telah lama meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya.

Namun Laura sudah punya persiapan matang sebelum meninggalkan anak semata wayangnya.Dia telah memiliki rumah pribadi yang sangat megah di Paris dan diwariskan kepada anaknya.

Namun Algeria sendiri belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke kota kelahiran ibunya.Sejak kepergian Ibunya, dia sangat sibuk dan sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaan sampai tidak ada waktu untuk mengunjungi keluarga besar di Paris.

Ayah dan Ibunya telah lama bercerai. Jauh sebelum Laura meninggal.

David, sang Ayah telah mengkhianati kesetiaan Laura setelah sepuluh tahun usia pernikahan mereka.

Algeria yang sering melihat ayahnya datang ke rumah bersama wanita lain merasa geram.Bagaimana mungkin ibunya mendapat perlakuan sebegitu buruk setelah usia pernikahan yang tidak sebentar.Sebelumnya Al sangat menghormati David.

Sampai akhirnya Algeria mengetahui dengan mata kepalanya sendiri, David membawa wanita itu ke rumah, wanita sialan simpanan David yang berpenampilan tidak lebih seperti seorang jalang yang hanya mengincar harta dan kepuasan sex semata.

Ayahnya memang bermuka tebal,bukannya malu dengan kelakuannya, dia malah terang-terangan dengan lebih sering membawa pulang wanita simpanannya.

David mulai berlaku kasar kepada Laura ketika perselingkuhannya terungkap.

Saat itu Al berpikir, "Inikah Ayahku yang sesungguhnya?".

Pada akhirnya Algeria tidak ingin percaya siapapun kecuali dirinya sendiri, dia tidak ingin memberikan kasih sayangnya pada wanita manapun kecuali Ibunya.Baginya wanita hanyalah pemuas nafsu lelaki yang bisa di buang kapanpun.Wanita adalah sesuatu yang sangat merepotkan dan bisa menghancurkan kedamaian.

Di usianya yang saat itu masih sembilan tahun, dia sudah mengerti banyak hal.Dia berusaha sangat keras untuk belajar dan akhirnya bekerja sampai pencapaiannya saat ini yang memiliki sebuah perusahaan ternama dengan jabatan presiden direktur.

Algeria tersentak dari lamunan akan kenangan Ibunya ketika mendengar sang pengisi suara mengumumkan pesawat keberangkatan telah siap.

Dia berjalan santai memasuki gerbang keberangkatan.Banyak pasang mata memperhatikannya.

Terutama kaum hawa.Lelaki ini memang sangat sempurna.

Dengan tinggi lebih dari seratus sembilan puluh centimeter menjulang tinggi hampir menembus atap bandara.

Mata birunya tersembunyi dibalik kacamata Eiger hitam.

Rambutnya yang gondrong dengan warna pirang dibiarkan terurai tanpa diikat.

Senyum tipis muncul dari sudut bibirnya, menebarkan pesona bagi para wanita yang tergila-gila akan ketampanan seorang lelaki.

"Huh huh huh....maaf ya permisi permisi permisi." Seorang gadis mendahului si tubuh tinggi di tangga pesawat dengan nafasnya yang terdengar jelas seperti sedang dikejar singa.

Wajahnya tak terlihat dari pandangan Algeria, hanya saja outfit yang dikenakan sangat simple.Badannya agak berisi namun lekuk tubuhnya sangat sempurna seperti body jam pasir.Sangat menggoda iman seorang Algeria.

----

Hampir dua puluh dua jam menempuh perjalanan udara yang didahului dengan transit di Amsterdam, kini Algeria telah sampai di Airport Charles De Gaulle.Jemputannya telah menunggu satu jam sebelum pesawat tiba.

"Kita langsung ke rumah atau mau mampir kemana dulu Pak?" Tanya bapak paruh baya pengemudi mobil sambil memasukkan barang bawaan majikannya.

"Pulang saja.Saya mau istirahat.Besok saya ada janji dengan klien." Jawab si lelaki tampan dengan nada sopan.

Sang pengemudi mengiyakan dan langsung tancap gas menuju rumah yang dimaksud.

-----

Hari ini Al akan meeting dengan klien baru yang merupakan orang blasteran Indo-Prancis, sama seperti dirinya.

Dia ingin mengembangkan perusahaan dan membuka cabang di kota kelahiran almarhum Ibunya

.

Disebuah cafe di seberang menara Eiffel, duduk seorang lelaki tampan dengan outfit yang sangat rapi.

Sedang menunggu lawan bisnis yang berjanji akan datang jam empat sore.Sambil mengoperasikan Dell XPS 13 7390, matanya menyapu pandangan sekitar.

Tanpa sengaja mata birunya menemukan sosok perempuan yang dia ingat adalah perempuan pelari saat di tangga pesawat.Outfit yang dipakai pun masih sama.Karena itu Al bisa dengan mudah mengenali meski baru melihat jelas wajahnya.

Ekspresi gadis itu sangat ceria.Tinggi badan diperkirakan seratus tujuh puluh centimeter.

Ukuran dada empat puluh D cup.

Bentuk pinggulnya sangat menggoda.

"Ahh shit!" Batin Algeria.

Imajinasi mesumnya mulai berdatangan.

Gadis itu sedang berfoto dengan gaya yang sangat standar,kedua kakinya terbuka dan tangan kanannya membentuk huruf V. Namun si tukang foto yang diperkirakan adalah pacarnya mengarahkan untuk bergaya lebih baik.

Si gadis pun berdiri sambil menyilangkan kakinya, dengan kedua tangan mengangkat sedikit dress yang dipakai bak seorang putri.Gaya selanjutnya dengan tubuh agak miring namun pandangan tetap fokus pada kamera, tangan kanan naik ke atas menyisir tipis rambut yang dibiarkan teruai panjang, lehernya mendongak ke atas, tak lupa untuk tersenyum.

Al memperhatikan detail gerak gerak gadis di ujung sana.Sangat menggoda.

"Maaf menunggu lama.Tadi ada sedikit masalah dengan mobil saya.Anda sudah pesan minum?" Seorang pria usia empat puluh tahunan datang lalu menepuk bahu Algeria.

Menghancurkan imajinasi tingkat tinggi yang sedang diciptakannya.

Pikirannya sudah melayang kesana kemarin hanya dengan melihat gadis itu berpose.

"Selamat pagi tuan Ricko.Saya baru datang lima menit yang lalu.Saya belum memesan apa-apa.Bagaimana mobil anda apakah sudah ditangani dengan baik?" Algeria berkata dengan nada sopan.

Padahal dia sudah satu jam menunggu.Tetapi karena tamu di depannya adalah seseorang yang penting dan bisa memberikan keuntungan besar di perusahaannya, Al harus bersikap lebih sabar.

Mereka pun memesan minuman dan makanan dari buku menu yang di berikan oleh waitres.

Negosiasi dimulai sambil menunggu pesanan datang.Sesekali Al melirik ke arah gadis yang semula berfoto.

Gadis itu menghilang.Pikirannya semakin kacau, konsentrasinya hampir saja buyar.

Bibirnya tersenyum manakala gadis tersebut justru tengah datang ke restaurant tempat Al meeting.

Bisa dilihat dengan jelas wajah gadis itu oleh Al.

Suaranya yang terdengar sangat merdu ketika melakukan pemesanan di meja kasir membuat hati Al merasakan seperti ada angin sepoi-sepoi masuk ke tubuhnya.

"Zania, kamu pesan lah terserahmu.Kakak yang bayar.Ini kan pertama kali kau datang ke Paris.Sudah sewajarnya dapat traktiran dari kakakmu yang ganteng ini." Lelaki yang menjadi tukang foto sekaligus pacar (menurut prakiraan Algeria) berkata dengan percaya diri pada gadis disampingnya.

"Hemm, baiklah.Aku akan memujimu sepanjang hari." Sahut si gadis yang hanya melirik lelaki yang ternyata kakaknya.

Algeria hanya bisa mendengar percakapan dua orang tersebut.Telinganya tak lepas dari suara merdu yang ia dengarkan.

Tapi matanya masih fokus menatap lawan bicara hingga saat bagian negosiasi yang sangat penting.Saking fokusnya dia dengan lawan bicara sampai tidak menyadari gadis yang semula masih ada di depan meja kasir telah menghilang.Begitu juga dengan lelaki yang bersamanya.

"Deal." Ricko menjabat tangan Algeria dengan mantap.Kerjasama mereka telah disetujui.

Setelah menghabiskan makanan dan minuman yang sudah tersedia sedari tadi, mereka pun berpisah di pintu depan restaurant.

Algeria melihat sekeliling, gadis itu sudah tidak ada disana.Dia kembali ke rumah dengan uring-uringan.

Hingga hari terakhir dirinya berada di Paris, tidak pernah sekalipun dia berjumpa lagi dengan gadis itu.

Tidak bahkan saat dia tiba ke Indonesia.

Dia berjanji akan menghalalkan segala cara untuk menemukan gadis itu lagi.