Zira menenangkan dirinya dengan beristighfar beberapa kali, meski rasa gondok itu tak sepenuhnya hilang, tapi setidaknya, ia tak terbakar emosi dengan membalas pria bermulut pedas itu dengan sebuah makian.
"Apa sih salah aku? Mereka gangguin aku terus." Batin Zira
Di depan pintu perpustakaan, Zira berpapasan dengan Zikri, pria yang menaruh hati padanya begitu pun dengan Zira sendiri. Dosen yang ramah juga sopan, banyak yang mengagumi Zikri, tapi hati pria itu sudah terpaut pada Zira Ayda Hadara sejak Satu tahun yang lalu.
"Assalamualaikum Zi.."
"Waalaikumsalam mas Zi."
Zi adalah nama panggilan kesayangan untuk masing-masing.
"Kamu mau ke perpus? Gak ada jam kuliah?"
"Iya mas Zi, aku mau ke perpus. Aku telat datang, jadi aku gak di bolehin masuk sama pak Bro."
Zikri tersenyum lembut, menatap mata teduh Zira dengan lekat. "Pasti karena tugas Negara lagi ya Zi?"
Zira terkekeh, Zikri memang mengetahui kondisi keluarga Zira. Karena tak jarang juga Zira berkeluh kesah pada pria itu. "Iya mas, biasa lah. Memang sudah biasa juga."
"Sabar ya Zi, doain mas, supaya uang mas cepat terkumpul untuk melamar kamu."
Zira tersipu malu, senyum tipis terukir di bibir ranumnya. Ia pun mengangguk, "iya mas, aku selalu doakan."
"Maaf ya Zi, mas gak bisa nemenin kamu, mas ada kelas."
"Gak apa mas, terima kasih sebelumnya."
Setelah saling melempar senyum, keduanya berpisah dengan tujuan masing-masing.
***
"Dave, kenapa sih Lo kaya benci banget sama Zira?" Tanya Ringgo setelah beberapa saat Zira pergi dari hadapan mereka.
"Gue gak suka sama cewe munafik, kaya dia itu, baju longgar, jilbab gede, tapi murahan."
"Murahan??" Tanya Ringgo lagi, sementara dua temannya yang lain hanya menyimak. Mereka juga penasaran, alasan apa yang membuat Dave sebegitu bencinya pada Zira, padahal setahu mereka, Dave dan Zira tak saling mengenal dekat.
"Lo gak akan ngerti." Jawab Dave
"Apa ini ada hubungannya sama Putri?"
Dave diam saja, yang artinya ia membenarkan pertanyaan dari sahabatnya itu.
"Dave, gak semua ukhti-ukhti kaya mantan Lo itu, Lo gak bisa samain mereka dan menyimpan mereka di jajaran yang sama. Mereka jelas berbeda." Jelas Ringgo
"Beda apanya? Buat gue sama aja, mereka munafik. Bersembunyi di balik penampilan tertutup mereka, padahal mereka menyembunyikan kebobrokan layaknya wanita murahan."
"Dave, Lo belum move on dari Putri?"
"Apaan sih Lo?! Udah ah, jangan bahas Putri lagi, muak gue."
"Tapi Dave.."
"Hei!!!! Gue bilang cukup ya cukup. Ngerti bahasa gue kan Lo??" Sentak Dave
Ringgo terdiam, jika sudah begini, tak ada lagi yang bisa melawan Dave. Pria itu akan berubah seperti monster saat ia tengah marah. Dan siapa pun tak mau mengambil resiko atas kemarahan pria itu.
ASSALAMUALAIKUM GUYS, BOLEH KASIH ULASAN SAMA BINTANGNYA DONG, DAN TERIMA KASIH SUDAH MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA ZIRA DAN DAVE.