Mendadak suasana hening, setelah ucapan Reval yang datang ke kelas adiknya bersama teman-temannya.
Sekilas nampak tak ada pergerakan dari Farel, tubuhnya diam, tetapi dirinya telah menangis di hadapan Megan. Menunjukkan bahwa lelaki itu takut kehilangan Megan, namun hati Megan sudah menjadi milik orang lain.
"Gue mohon, Farel. Terima kenyataan bahwa kita emang gak bisa sama-sama, bersama elo, gue hanya merasakan sakit dan selama ini yang selalu ada buat gue itu Noval bukan elo!" ucap Megan.
"Jadi, selama ini elo selingkuh?!" tanya Farel dan langsung memancing emosi Noval.
"Heh! Jaga mulut lo itu! Maksud ucapan Megan adalah itu karena elo yang selalu nggak ada waktu buat dia sampai keadaan tanpa sengaja membuat gue sama Megan malah saling ada untuk satu sama lain," jelas Noval semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Megan.
"Ingat, yah! Gue udah cukup lama berpura-pura untuk nggak peduli pada Megan dan hari ini gue nggak mau lagi ngalah untuk lo!" ucap Noval lalu membawa Megan pergi.
Farel ingin menahan, tetapi tubuhnya tak bergerak. Hatinya benar-benar sakit, perempuan yang ia cintai malah di ambil oleh sahabatnya sendiri. Sebenarnya siapakah yang salah? Farel ataukah Megan dan Noval?
Tiap hubungan memang tak luput dari perihal ujian. Namun terkadang, di saat satu orang tengah berada di titik terendah hidupnya dan butuh orang-orang yang bisa mengerti dirinya, apalagi orang terdekatnya. Tetapi ternyata malah tidak ada, hingga membuat orang tersebut mencari orang lain.
Begitulah Megan dan Noval, yang awalnya hanya berteman karena kenal sejak Megan berpacaran dengan Farel. Tetapi karena Farel yang selalu sibuk dengan urusannya dan kurangnya waktu untuk Megan, membuat Megan lebih sering bersama Noval walaupun hanya sekedar jalan-jalan biasa.
Di tambah sikap Farel yang temperamental dan kasar terhadap Megan, membuat Megan selalu takut jika dirinya tengah butuh apa-apa malah meminta pada Noval. Hingga permainan rasa pun terjadi, Megan merasa dirinya lebih nyaman dengan Noval. Sedangkan Noval sudah lama menyimpan rasa terhadap Megan, tetapi ia pendam agar hubungan persahabatannya dengan Farel tidak rusak.
Dan sekarang Noval tak ingin lagi memendam perasaannya ataupun mengalah karena tak ingin Megan tersakiti lagi oleh Farel.
"Jangan sibuk menyalahkan orang lain, seharusnya instrospeksi diri lo sendiri," ucap Reval.
Farel memilih pergi begitu saja, tanpa membalas ucapan Reval. Lalu Reval mendekati adiknya.
"Ca, buruan ke aula. Udah di tungguin loh sama Pak Kepala Sekolah dan lo pulang duluan aja, Mecca nanti pulang sama gue." Reval menarik Mecca hendak membawa pergi, tetapi ditahan oleh Fathur.
"Kalau gue mau nungguin?" tanya Fathur dengan tatapan melawan.
"Ckk! Lo duluan pulang dan Mecca sama gue, kuping lo denger gak sih?! Jangan menambah masalah Mecca lagi dan dengerin omongan gue!"
Setelah mengatakan itu, Reval langsung membawa Mecca pergi. Menyisakan Fathur, Evan dan Dimas.
"Lo pulang duluan aja, Far. Reval bilang gitu karena Mecca masih belum baikan sama bundanya," ucap Dimas.
"Lagian nggak jugalah lo cemburu Mecca sama Reval, mereka kan kaka adik. Jangan berlebihan," sambung Evan.
Fathur menghela napas kasar sambil mengacak-acak rambutnya. "Berlebihan kata lo!" teriak Fathur.
"Gimana gue nggak bisa nahan cemburu, sedangkan Mecca tengah bersama cowok yang juga suka sama dia!" lanjutnya dengan penuh penekanan.
***
Koridor yang sepi tanpa ada manusia yang berlalu lalang seperti biasanya. Langkah-langkah kaki yang berjalan pelan beriringan tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Bunda masih marah, ya, sama gue?" tanya Mecca memulai pembicaraan.
"Gue nggak tau juga, Ca. Kalau gue bilang iya, entar salah juga. Mungkin bunda kecapean jadi marah kaya waktu itu," jawab Reval.
"Tapi ... keliatan banget kalau bunda nggak menyukai hubungan gue dengan Fathur, padahal sumber kebahagiaan gue adalah bersama Fathur." Reval langsung beralih menatap adiknya, menatap tangannya yang masih menggenggam tangan adiknya.
Reval belum menyahut ucapan adiknya, ia nampak terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Bunda belum tau aja kalau lo bahagia bersama Fathur, nanti gue kasih tau sama bunda. Jadi, jangan keliatan sedih lagi, Ca," sahut Reval dan terlihat perubahan raut wajah Mecca.
"Beneran? Makasih, Val. Lo tau sendiri gue baru merasakan ketenangan dan ingin masalah gue berkurang." Mecca tanpa sadar sudah memeluk Reval, membuat lelaki itu membeku di tempat.
Mecca pun tak lama tersadar dengan apa yang ia lakukan, dengan cepat ia kembali ke posisi awal, tetapi tangan Reval yang menggenggam tangan Mecca masih belum terlepas.
Sedangkan Reval berdehem sebentar untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Gue gak suka ngeliat lo sedih, Ca. Selalu bahagia terus dan ayo cepat kita ke aula!"
Reval menarik Mecca dengan langkah sedikit berlari. Kedua kaka adik itu nampak akur sekarang dan Mecca terlihat semakin hari melupakan kebenciannya terhadap Reval.
'Gue rela melakukan apapun untuk lo, Ca. Termasuk membuat lo bahagia, walaupun bahagia lo bukan bersama gue, tapi pada lelaki lain,' ucap batin Reval sambil berlari-lari kecil menuju aula dengan Mecca.
Sesampainya di aula, mereka berdua sudah di tunggu oleh Pak Kepala Sekolah dan dewan guru yang lain. Membuat Reval dan Mecca meminta maaf karena sudah membuat mereka menunggu lama.
"Maaf, pak, bu. Membuat kalian semua menunggu lama karena keterlambatan kami datang ke aula," ucap Reval menunduk, begitupun Mecca tak berani mengangkat wajahnya.
"Tak apa. Sebenarnya tujuan kami memanggil kalian berdua untuk memberitahukan akan ada olimpiade matematika tingkat nasional antar SMA dan kami ingin kalian yang mewakili sekolah SMA Damarta," ucap Pak Sofyan.
Perlahan Mecca memberanikan diri mengangkat wajahnya.
"Tapi maaf sebelumnya, pak. Kenapa harus saya dan juga Reval? Dari kelas lain masih banyak siswa-siswi yang lebih berprestasi daripada kami, lagian kami berdua adalah murid pindahan dan baru beberapa bulan di sini," jelas Mecca.
"Saya setuju dengan ucapan adik saya, pak. Beberapa bulan lalu kami pun sudah pernah ikut mewakili olimpiade untuk sekolah ini, kenapa tidak memberikan kesempatan untuk siswa-siswi yang lain?" timpal Reval.
Pak Sofyan--kepala sekolah dan dewan guru yang lain nampak berbincang sebentar.
"Lo kenapa malah ikut ngebela gue? Kalau mau ikut, ikut aja," ucap Mecca berbisik pada Reval.
"Kalau adik gue nggak ikut, nggak ikut juga. Lagian nggak ada partner sejenius adik gue," sahut Reval dengan tatapan menggoda.
Mecca memutar bola matanya malas, di kesempatan seperti ini, Reval sempat saja menggodanya.
"Ngomong bohong aja terus,"
"Siapa yang bohong? Gue ngomong sejujur-jujurnya, Ca. Lo emang jenius dan juga cantik lagi, makanya sayang banget." Tak lupa Reval mengatakan itu sambil mengacak-acak rambut Mecca dan ucapan Reval sedikit menimbulkan desiran aneh di jantung Mecca yang mendadak berdegup cukup cepat.