Perkelahian sudah selesai, dengan akhirnya hp Mecca kembali di dapatkan. Namun, malah ada perseteruan lain yang belum usai.
Tatapan Fathur berubah tajam, rahangnya mengeras menatap tajam Reval.
"Tapi apa, hah?! Lo mau bilang kalau sebagai seseorang yang lo sayang?!" Fathur malah melontarkan pertanyaan yang membuat Reval mendadak bungkam seraya menatap Mecca.
Sedangkan Mecca yang telinganya bisa dengan jelas mendengar ucapan Fathur, menjauhkan tangannya yang menutup wajahnya seraya menatap Reval yang sudah menatapnya.
Mata keduanya bertemu, suasana kantin nampak hening menunggu jawaban Reval. Begitupun Mecca, apa jawaban yang akan Reval berikan? Apakah mengakuinya sekarang bisa membuatnya memiliki Mecca dan kebencian sudah sirna pada adiknya?
"Iya! Mecca adalah seseorang yang gue sayang, jelas gue sayang sama dia karena dia adik gue!" Wajah Reval terlihat serius beralih menatap Fathur.
Namun, Fathur berdecak kesal seraya tertawa remeh. Sedangkan Evan dan Dimas sudah cemas, sahabat mereka akan mengungkapkan perasaannya pada Mecca ternyata tetap tidak.
"Udah! Bisa gak sih kalian setiap bertemu gak ribut terus?" ucapan itu dari Mecca, membuat kedua lelaki itu sama-sama menatap ke arah gadis itu.
Setelah kekacauan sebelumnya selesai dan kantin sudah kembali seperti biasanya, baru Mecca bisa sedikit tenang walaupun tetap saja ketenangan tidak bisa ia rasakan dengan di apit dua orang laki-laki yang bagi Mecca begitu menyebalkan.
Seperti sekarang, sama-sama tenang makan dengan makanan yang di pesan masing-masing. Tetapi tak bertahan lama.
"Nih cobain ini, Ca."
Dua sendok dari sisi kanan dan kiri sudah berada tepat di hadapan mulut Mecca dengan makanan yang siap masuk ke mulutnya. Gadis itu terdiam, tetapi matanya menatap dua laki-laki yang duduk hadapannya tengah menahan tawa.
Helaan napas berat Mecca lakukan, lalu menjauhkan sendok yang di sodorkan padanya pertanda ia tak ingin.
"Jangan mulai lagi deh, gue udah capek banget kalo kalian ribut lagi. Makan dengan tenang dan sumpah gue malu banget cewek sendirian di sini," ucap Mecca kembali menghela napas berat karena tiap ada yang lewat di hadapan meja pasti menatapnya dengan berbagai macam tatapan.
"Nggak usah malu, Ca. Malah pada iri tau yang lain lo bisa duduk makan sama cowok-cowok terkenal di SMA Damarta," sahut Dimas.
"Emang kita terkenal, ya?" tanya Evan dengan wajah sok santainya.
"Ya iyalah Bambang, kita itu terkenal," jawab Dimas dengan nada kesal.
"Perasaan kita itu numpang terkenal doang sama Reval, kan dia tuh yang jadi idolanya para cewek. Lokernya aja penuh sama hadiah dari cewek-cewek, hari ini kita belum lelang." Dimas langsung bungkam dengan wajahnya yang berubah datar.
Mecca berhenti makan, menatap Reval yang duduk di sebelah kanannya.
"Banyak hadiah, kenapa gak kasih ke gue aja," ucap Mecca seraya tersenyum.
Mendengar itu, Reval tercengang menatap sang adik tak percaya. Mecca kembali tersenyum padanya dengan tulus.
"Lo mau? Ada banyak di loker, biasanya Dimas sama Evan yang ngambil," sahut Reval.
Mecca menggangguk antusias dengan senyum yang masih tertahan di wajahnya, tanpa tahu yang duduk di sebelah kirinya terabaikan.
"Mau banget. Buat gue aja semuanya, gak boleh lagi Kak Dimas sama Kak Evan yang ngambil," ucap Mecca.
"Loh? Kok gitu, bagilah juga sebagian buat Kak Dimas dan Kak Evan," sahut Dimas tak terima.
"Enggak! Pokoknya jangan dikasih lagi sama mereka," bantah Mecca memohon kepada Reval.
"Iya, Ca. Semuanya milik lo," sahut Reval dan Mecca langsung sangat girang melanjutkan kembali makannya.
"Yes! Wlee, kalian dengarkan kak!" Mecca meledek Dimas dan Evan.
"Yah! Lo kok gitu sih, Val. Evan, bantu belain gue dong!" Dimas meminta bantuan.
"Gue sih biasa aja, biarin aja semuanya buat Mecca. Ngalah Dimas, jangan kek anak kecil," sahut Evan malah tak membela.
Mecca tertawa terbahak-bahak, melihat adiknya terlihat sangat senang, membuat Reval ikut tertular kebahagiaannya. Lalu sekilas Reval melirik Fathur yang wajahnya terlihat masam seperti kesal.
"Eh, tapi guys. Aneh banget hari ini Falisha si sialan itu gak terlihat, tuh orang masih idupkan? Atau udah kena azab?" tanya Evan tanpa menyadari bahwa Fathur ada di sana.
Namun, tak begitu lama Evan sadar akan ucapannya. "Ups! Sorry, Far."
"Falisha lagi pergi sama bokap seminggu, atas permintaan gue nyuruh bokap membawa Falisha pergi. Biar dia gak ganggu Mecca," sahut Fathur dengan wajah tenangnya.
"Yah, bagus sih. Walau cuma sementara," sahut Reval.
"Betul. Setidaknya sekolah SMA Damarta sedikit tenang," timpal Dimas.
Sedangkan Mecca belum memberikan respon apa-apa, tetapi dirinya sudah beralih menatap Fathur.
Namun, yang ditatap mendadak malah salah tingkah. Melihat itu Mecca kembali tertawa, lalu menyentuh lengan Fathur.
"Makasih, ya, Far." Satu kata itu yang lolos keluar dari mulut Mecca, tetapi dampaknya terhadap Fathur sangatlah berbeda.
Wajahnya berubah sendu dan terlihat seperti merasa bersalah salah. Lelaki itu memegang tangan Mecca yang menyentuh lengannya.
"Jangan bilang makasih, karena ini masih gak seberapa dengan apa yang Falisha lakukan terhadap lo, Ca. Gue akan pastikan, dia gak ganggu lo lagi," ucap Fathur.
"Emang itu harus lo sendiri yang ngelakuin!" Tatapan Fathur langsung mengarah kepada Reval karena ucapannya barusan.
Kontak mata yang saling memandang, tetapi seperti saling memberikan sebuah peringatan hanya lewat tatapan. Keadaan kembali mencekam, apalagi Mecca yang berada di tengah-tengah Reval dan Fathur bingung kenapa tiap keduanya tidak pernah bisa saling akur.
Mecca beralih menatap Dimas dan Evan meminta bantuan karena kedua lelaki di kedua samping sisinya tak kunjung berhenti saling menatap tajam.
Suasana kantin sudah berangsur sepi karena sebagian sudah kembali ke kelas masing-masing, hanya tersisa beberapa yang masih mengobrol.
"Yang dikatakan Reval benar adanya, lo seharusnya bisa melindungi Mecca, Fathur," sambung Evan sedikit mencairkan suasana.
Mendengar ucapan dari Evan, Fathur hanya bisa diam bungkam. Melihat keterdiamaannya itu, Mecca dibuat ragu dengan ucapan Fathur sebelumnya.
"Kenapa diam, Far? Lo hanya bisa menjanjikan lewat ucapan saja?" tanya Dimas.
Fathur menatap Dimas, lalu berganti menatap ke arah Mecca yang menunggu jawabannya.
"Gue akan buktikan ucapan gue kepada kalian semua!" ucap Fathur.
***
Dua orang lelaki tengah berada di koridor belakang sekolah, dengan beberapa kantung makanan yang di tenteng di tangan mereka.
"Seharusnya reaksi lo gak berlebihan kek gitu tadi sama Megan," ucap Noval memulai pembicaraan.
"Berlebihan kata lo! Dia yang reaksinya kek jijik banget sama kita, ngatain kita berang-berang. Gue gak terima!" bantah Farel.
Noval terkekeh pelan seraya menatap Farel. "Jangan karena kalian punya masalah di masa lalu yang belum selesai, membuat kalian bermusuhan yang padahal di awal pernah ada rasa sayang di antara kalian."