Suasana kelas yang tenang karena sedang jam belajar, tiap mata para siswa-siswi titik fokusnya menatap papan tulis menyalin catatan yang ditulis oleh sekretaris.
Guru yang memberikan tugas menyalin materi pelajaran sudah keluar, karena sudah hampir waktu istirahat.
"Sstt! Mecca." suaranya dibuat sepelan mungkin memanggil gadis yang sibuk menulis, tetapi di ganggu oleh lelaki yang duduk di sebelahnya.
"Far, bisa diam gak. Lanjut salin sana catatan lo," ucap Mecca dengan tatapan kesalnya.
"Galak banget pacar gue," sahut Fathur akhirnya berhenti mengganggu Mecca.
Lalu Mecca memalingkan wajahnya menatap sahabat yang memanggilnya duduk di belakangnya.
"Kenapa, Megan?" tanya gadis itu.
"Entar istirahat bareng sama gue, ya? Plis! Gue gak mau keliatan jomblo nanti di kantin, jangan ngajak-ngajak Fathur juga. Suruh dia makan sama temennya," jawab Megan berbisik, tetapi di dengar oleh Fathur.
"Nggak! Mecca nanti sama gue ke kantin, lo kalo gak kau keliatan jomblo cari pasangan makanya. Atau nanti gue suruh Farel sama Noval nemenin lo makan," sambung Fathur seraya menatap kedua lelaki yang langsung menatap ke arahnya karena disebut namanya.
"Ogah gue sama tuh dua berang-berang, gak ada yang lain apa cowok selain mereka." Megan berucap seperti terlihat jijik.
"Heh! Terasi! Gue sama Noval juga ogah kali makan sama lo yang bau amis!" teriak Farel membalas.
Adu mulut dimulai, suasana kelas yang sebelumnya tenang-tenang saja, malah ricuh akibat Megan dengan Farel. Sedangkan Noval yang pemilik sikap dingin dan paling malas ngomong hanya menonton saja.
Mecca berusaha meredam emosi Megan yang sudah tersulut. Memang hubungan antara Megan dan Farel sedikit kurang baik, entah karena apa, tetapi sudah dari awal masuk mereka tak pernah bertegur sapa.
"Dengerin, ya! Gue sebenarnya ogah banget satu kelas sama lo, kalo bisa gue udah pindah ke kelas lain!" teriak Megan.
Farel mendekat, menyisakan beberapa jarak antara dirinya dengan Megan.
"Gue juga ogah kali satu kelas sama lo, sesak napas gue cium bau terasi lo yang busuk banget," balas Farel yang membuat emosi Megan semakin bertambah.
Mecca menatap Fathur yang hanya menampilkan wajah santainya, lelaki itu malah sempat-sempatnya menggodanya dengan mengedip-ngedipkan matanya.
"Ckk! Far, jangan becanda dulu. Bantu buat akur Megan sama Farel, kasian teman-teman yang lain pada ke ganggu," ucap Mecca sambil menggoyang-goyangkan lengan Fathur.
"Biarin aja mereka, udah lama juga mereka gak berantem lagi kek gini. Sekalian nostalgia." kata-kata terakhir Fathur menyisakan sebuah pertanyaan di otak Mecca.
Gadis itu cukup peka, tetapi ia ingin tahu lebih jauh. Mecca beralih menatap Noval yang hanya diam melihat aksi pertengkaran Megan dan Farel tanpa ingin melerai, bahkan lelaki itu yang sangat jarang tersenyum sudah tersenyum kali ini.
"Aneh banget deh, Noval. Dia gak pernah senyum, tapi kali ini dia kek sedang nonton komedi aja," ucap Mecca membuat Fathur menatap gadis di sampingnya.
Lalu ada tangan yang menggenggam lengan Mecca dan membawanya keluar kelas. Sedangkan Mecca keheranan kenapa Fathur malah membawanya keluar tanpa ada niatan melerai pertengkaran Megan dan Farel.
"Far! Kenapa kita keluar? Selesain dulu masalah di kelas sebelum nanti malah pada masuk BK mereka gegara buat keributan," ucap Mecca berhenti mengikuti langkah Fathur, hingga lelaki itupun terhenti berjalan.
"Ca, biarin aja mereka. Udah besar, gak perlu juga kita ikut campur. Sekarang kita makan berdua ke kantin, bentar lagi bel,"
"T-tapi--" Mecca akhirnya pasrah karena Fathur menariknya seperti karung beras menuju kantin.
Banyak para siswa-siswi kelas lain yang melihat dirinya dengan Fathur berdua, tidak sedikit yang memuji dan menggoda.
Sesampainya di kantin dan memilih tempat duduk, Mecca membuka hpnya untuk mengirimkan pesan pada Megan jika dirinya sudah di kantin, sedangkan Fathur pergi memesankan makanan. Namun, belum sempat mengetik pesan, sudah ada yang merampas hpnya.
Beberapa cowok berseragam berantakan seperti seorang berandal ternyata yang mengambil hp Mecca. Gadis itu mencoba mengambilnya kembali, tetapi tidak bisa.
"Kembalikan hp gue!" teriak Mecca.
"Bentar dulu, Ca. Gue salin nomor hp lo, biar nanti kita bisa telponan sayang," sahut cowok itu dengan wajah menggodanya, tetapi terlihat menjijikkan di mata Mecca.
"Gue bilang siniin hp gue!" Mecca mencoba kembali mengambilnya, tetapi tetap saja tidak bisa. Bahkan ia sudah terjatuh ke lantai.
Suasana kantin masih sepi, karena bel istirahat belum berbunyi. Jadi, hanya ada beberapa cewek yang menonton dan tak berani membantu Mecca.
Namun, terlihatlah pijakan beberapa kaki tangguh yang bisa Mecca tebak siapa orang itu. Ia mengangkat wajahnya menatap cowok yang berdiri menjadi tameng pelindungnya.
Lalu cowok itu membantu Mecca bangun dan mendudukkannya kembali.
"Lo gak papa, Ca? Ada yang luka?" tanyanya.
"Gue gak papa, tapi hp gue di ambil sama mereka, Val," jawab Mecca.
Rahang Reval langsung mengeras, tangannya mengepal kuat sudah bersiap ingin melayangkan pukulan pada tiga cowok di hadapannya dengan wajah tidak bersalahnya.
Tetapi belum sempat Reval bergerak, ada tangan yang menahan bahunya.
"Biar gue sama Dimas yang urus mereka, lo gak usah kotori tangan dan buang-buang tenaga lo hanya untuk kurcaci-kurcaci ini," ucap Evan dengan menekankan kata-kata terakhir cukup keras.
"Apa lo bilang?! Kurang ajar!"
"Banyak bacot lo! Kita hajar aja sekarang!"
Perkelahian pun terjadi, banyak yang menonton karena bel istirahat tepat berbunyi. Kantin yang sebelumnya rapi, sudah berantakan, kursi sudah berserakan di mana karena saling melempar.
Sedangkan di sisi lain, Fathur sudah membawakan pesanan makanannya dengan Mecca. Tetapi sangat terkejut saat melihat kondisi kantin yang sudah amburadul karena perkelahian sadis itu, bahkan saat ada yang melempar kursi lagi dan mengarah pada Mecca, dengan cepat Fathur berlari tanpa memperdulikan nampan yang berisi makanan yang ia bawa.
"MECCA! AWAS!"
Mecca melihat sebuah kursi melayang ke arahnya, gadis itu sudah menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
Lalu di saat yang bersamaan terdengar suara pecahan kaca, seperti jatuh. Hingga ternyata ada dua orang pelindung yang berdiri di depan Mecca.
Kedua lelaki itu saling menatap dengan tatapan yang sulit di artikan, lalu sama-sama menatap ke arah Mecca yang masih menutup matanya ketakutan.
Tatapan kedua lelaki itu berubah sendu, bahkan para cewek yang melihat memekik iri melihat bagaimana Reval dan Fathur menatap Mecca.
"Beruntung lo datang tepat waktu, kalo enggak. Gue bakal bikin perhitungan lagi sama lo karena telat melindungi Mecca." Fathur beralih menatap Reval dengan datar.
"Kesalahan yang lama gak mungkin gue ulangi lagi dan makasih untuk lo sebagai seorang kaka yang juga udah bantu gue melindungi Mecca," sahut Fathur.
Reval tersenyum renyah, menaruh kursi yang ia pegang." Gue melindungi Mecca bukan hanya karena gue sebagai seorang kaka, tapi--"