"Gue gak mau kehilangan ataupun pisah sama lo, Ca. Plis! Jangan lelah untuk setiap masalah yang menimpa hubungan kita dan memilih jalan berpisah untuk penyelesaian masalah yang padahal hanya untuk menghindar," ucap Fathur mengeratkan pelukannya.
Yah, Fathur mengucapkan itu dengan nada ketakuan. Seperti dirinyalah yang takut kehilangan Mecca ataupun perpisahan yang pada akhirnya menjadi jalan luka yang tiada akhir, dan penyebabnya adalah Falisha.
"Sebenarnya lo takut gak sih kehilangan gue, Far?" tanya Mecca dengan posisi mereka yang masih memeluk.
"Takut, sangat takut. Gue gak pernah ingin ada kata kehilangan ataupun perpisahan, Ca. Karena Mecca Agustinar hanyalah milik Fathur Argantara." Pelukan keduanya melerai, tetapi Mecca menatap mata lelaki di hadapannya mencari apakah ada kebohongan di matanya.
"Tapi kenapa lo lebih mendahulukan Falisha ketimbang gue yang jelas-jelas terluka?" Mecca kembali mengajukan pertanyaan, tetapi kali membuat Fathur bungkam.
Diamnya Fathur, membuat Mecca tersenyum miris. Lelaki di depannya sekarang masih tak bisa memberi penjelasan kepadanya.
"Diam lo akan membuat gue marah sama lo, Far." Wajah Fathur langsung mendongak, menahan bahu Mecca yang hendak pergi.
"Yang gue lakukan, itu semua bukan keinginan gue, Ca. Hati gue ingin selalu mendahulukan elo, tapi gara-gara sebuah janji, gue dengan terpaksa harus mendahulukan Falisha," jelas Fathur menggenggam pergelangan tangan Mecca.
"Gue hanya mohon ngertiin posisi gue, Ca." Fathur menatap dalam Mecca, sedangkan Mecca pun membalas tatapan Fathur.
Apakah Mecca bisa mengerti posisi Fathur, sedangkan masih ada rahasia yang belum di bongkar oleh Fathur?
Suasana kantin yang mulai sepi karena sudah hampir mendekati jam masuk kelas kembali. Namun, beruntungnya hari ini kelas 12 IPA-1 dan 11 IPA-1 sama-sama jam olahraga, tetapi guru olahraganya sedang tidak hadir.
Reval yang pada dasarnya adalah murid baru di sekolah SMA Damarta, begitupun dengan Mecca. Hanya saja, Mecca masuk lebih dahulu di bandingkan Reval.
Dari sanalah semesta mempertemukan Mecca dengan Fathur di satu kelas yang sama. Awalnya Mecca anak yang pendiam, tetapi kecantikan yang tak bisa di pungkiri, banyak cowok-cowok kelasnya berusaha mendekatinya, hingga pada akhirnya Fathur geram dan malah mengajak Mecca pacaran.
Falisha yang berada di kelas IPS-1 dulu, sudah terkenal dengan kelakuannya yang suka membully yang lemah, bahkan kaka kelasnya pun ia lawan. Sampai kabar perihal kembarannya Fathur berpacaran dengan seorang cewek yang tidak di ketahui oleh Falisha, ia langsung menyuruh Fathur memutuskannya. Namun, Fathur menolak keras dan untuk pertama kalinya memang, Fathur tidak menuruti permintaan Falisha yang selalunya dituruti oleh kembarannya.
Penolakan yang Fathur lakukan untuk pertama kalinya, membuat Falisha murka dan membenci Mecca. Ia beranggapan Mecca telah mengambil Fathur darinya dan Falisha bertekad untuk memisahkan keduanya dengan cara apapun, termasuk sampai melukai ia tak takut.
"Gue boleh nanya?" Megan menunggu respon dari Reval, berharap lelaki yang duduk di depannya mau merespon.
Pasalnya Reval sangatlah dingin terhadap cewek, tetapi Megan berpikir dirinya adalah sahabatnya Mecca. Jadi, ada harapan Reval akan meresponnya.
"Apa?" sahut Reval tanpa mengalihkan wajahnya ke Megan.
"Kenapa lo berantem sama Fathur, apa masalah di antara kalian?"
Reval pun akhirnya menatap gadis di depannya, tangannya bergerak mendorong pelan kepala Megan.
"Kepo!"
"Ih! Gue penasaran, kenapa kalian tiap bertemu selalu aja gak pernah akur," ucap Megan.
"Lupain aja. Gue udah berdamai dengan Fathur dan juga, setelah ini Mecca pun akan aman dari kejahatan Falisha," sahut Reval.
"Aman? Maksudnya?" tanya Megan tak mengerti.
"Cewek sialan itu udah dikeluarkan oleh pihak sekolah, gue seneng bukti yang terakhir gue serahin akhirnya bisa menguatkan bukti sebelumnya. Tapi lo jangan bilang ini gue yang lakuin!" ancam Reval.
Megan mengangguk sebagai jawaban, lalu pandangannya menatap kedua pasangan yang terlihat sangat bahagia menghampiri mereka.
"Ciee! Akhirnya kalian bisa kek gini." Megan menyuruh Mecca untuk duduk di sampingnya, tetapi Fathur menahan pergelangan tangan Mecca.
"Nggak! Mecca makan berdua sama gue aja, lo sama Reval." Setelah mengatakan itu, Fathur menarik Mecca agar mengikutinya.
Megan hanya bisa menghela napas kasar, bagaimana Fathur malah membuatnya jadi tidak bisa bersama sahabatnya. Sedangkan Reval hanya terkekeh, lalu lelaki itupun berdiri.
"Lo mau ke mana?" tanya Megan.
"Ke kelas mau istirahat," jawab Reval, lalu pergi.
"Hih! Gue malah jadi sendirian gini makan," gerutu Megan menatap ke arah ujung meja yang di mana Fathur dan Mecca berada.
Mecca berusaha menunjukkan reaksi biasa saja, padahal jantungnya sangat tak aman di saat dirinya mendapatkan perhatian lebih dari Fathur.
"Lo mau makan apa? Gue pesenin?" tanya Fathur sambil merapikan helaian rambut Mecca yang mengenai matanya.
"Aduh, Far. Gue jadinya geli lo ngasih perhatian lebih kek gini, biar gue aja yang pesenin. Lo kan terluka, mau makan apa?" Mecca menggeser duduknya, sedikit memberi jarak.
"Ya, udah. Samain aja kek apa yang lo pesan," sahut Fathur.
Sekitar 10 menit, Mecca pun datang kembali sambil membawa nampan berisi makanan yang dipesan.
"Gue pesan bakso, lo gak papa kan gue pesankan ini?" tanya Mecca.
"Apapun yang pacar gue pesan, gue pasti suka," jawab Fathur seraya mencubit pipi Mecca gemas.
"Syukur deh, nih makan." Mecca menyerahkan mangkok bakso milik Fathur beserta minuman.
Lalu gadis itupun mengambil miliknya, setelah berdoa. Mecca langsung menyantap bakso miliknya, tanpa tahu ternyata Fathur hanya diam memperhatikan Mecca makan.
"Kok lo gak makan?" tanya Mecca kembali menyuap potongan bakso ke mulutnya.
"Gak papa, mau ngeliatin pacar gue dulu makan. Ternyata ngeliat lo makan aja, udah kenyang gue." Mecca mengerjapkan matanya berulangkali, merasa apakah yang berada di hadapannya benar-benar Fathur Argantara.
"Ini beneran elo kan, Far?" tanya Mecca menunjuk dengan sendok di tangannya.
Fathur tertawa, perlakuannya yang berbeda pada Mecca membuat gadisnya sering terkejut.
"Iyalah! Masa hantu," jawab Fathur.
"Kalau iya, coba makan," ucap Mecca lagi.
"Kenapa gak lo aja yang suapin gue?" tawar Fathur dengan tatapan menggoda.
Mecca menatap kesal, Fathur malah semakin menggodanya. Ia pun menarik rambut Fathur, sampai lelaki itu mengadu kesakitan.
"Au! Sakit, Ca!" jerit Fathur.
"Biarin, siapa suruh modus!" sahut Mecca tanpa ada rasa bersalah.
"Emang salah, ya? Gue minta pacar gue suapin?" tanya Fathur.
Mecca memutar bola matanya malas, ia pun mengiyakan permintaan Fathur.
"Ya, udah. Spesial buat pangeran Fathur, Mecca mau suapin pacarnya."
****
"Evan! Dimas!"
Kedua lelaki yang namanya di panggil, langsung terpaku melihat bagaimana keadaan Reval yang sangat kacau.
"Separah ini lo berantem sama Fathur?" tanya Dimas tak habis pikir.
"Yang bener aja, Reval. Masa rebutan kalian itu, Mecca! Adik lo sendiri!" timpal Evan.