"Ah, sial. Kakiku terasa sakit," keluh Zoey. "Dan di sini sangat dingin, sialan." Zoey terus mengumpat.
"Bahkan meski kau tinggal di negara empat musim sejak kecil, tapi kau lemah sekali dengan cuaca dingin," celetuk Kyle.
"Karena itu aku pergi kemari. Kupikir, tempat ini akan lebih ramah. Tapi, siapa sangka, aku akan berada di tengah hutan dengan situasi seperti ini?" geram Zoey. "Rencanamu ini benar-benar murahan, Kyle."
Kyle meringis. "Ini satu-satunya pintu masuk paling mudah," ucapnya. "Dia tidak akan membiarkan anak kucing yang terluka tergeletak di jalan begitu saja."
"Anak kucing?"
"Meski penampilannya begitu dingin, tapi dia punya titik lemah pada mereka yang tak berdaya," sebut Kyle. "Jadi, ingat apa yang harus kau lakukan."
"Jangan khawatir. Aku sangat ahli dalam hal seperti itu. Kau yang paling tahu itu. Benar, kan, Kyle?" Zoey memasang sorot mata berkaca-kaca.
"Kau benar-benar mengerikan, Zee," tanggap Kyle sembari mendorong kening Zoey dengan jari telunjuknya.
"Senang mendengar pujianmu, Kyle," balas Zoey.
"Tetap waspada padanya, Zee," pesan Kyle. "Kita tak tahu bagaimana dia sebenarnya. Dia mungkin bisa langsung merasakan kepalsuanmu."
"Ugh!" Zoey memegang dadanya, seolah terluka. "Kata-katamu itu menyakitkan. Kenapa kau menyebutnya kepalsuan? Itu bakat, Kyle. Bakat."
Kyle geleng-geleng kepala. "Kau akan memasang make up sendiri ke kakimu atau …"
"Make up?" Zoey mengerutkan kening.
"Kita harus membuatmu tampak terluka dan selemah mungkin," Kyle berkata. "Kau baru berjalan tanpa alas kaki saja sudah merasa kakimu sakit. Tidak mungkin kau mau berlari dan melukai kakimu sendiri, kan?"
Zoey menyipitkan mata. "Jangan meremehkanku," desisnya. "Aku akan membuat kakiku lecet dan juga …" Zoey melepaskan jaketnya, menjatuhkannya ke tanah, lalu mengoyak one piece dress tipis yang dipakainya di bagian lengan.
"Zee, apa yang kau lakukan?" kaget Kyle.
"Jika harus melakukan hal seperti ini, kita harus melakukannya dengan maksimal," Zoey berkata.
"Kau bisa mati kedinginan sebelum dia menemukanmu," geram Kyle.
"Justru dia harus menemukanku dalam kondisi sekarat," Zoey berkata. "Seperti yang kau bilang, aku harus berhati-hati karena kita tak tahu apa pun tentangnya. Jadi, aku harus membuatnya percaya lebih dulu."
Kyle menghela napas. "Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"
Zoey tersenyum miring. "Apa lagi menurutmu? Membuat kakiku terluka." Zoey mengerdip, lalu dia mulai berlari.
Ah, sial. Baru sebentar saja kakinya sudah terasa sangat sakit. Dan hawa dingin ini benar-benar akan membunuhnya.
Pangeran berkudanya … dia harus segera datang dan menyelamatkan Zoey atau Zoey benar-benar akan mati di sini.
***
Kyle menatap Zoey yang terengah kehabisan napas, sebelum akhirnya jatuh ke tanah yang dingin itu.
"Zoey!" Kyle sudah akan mengangkat tubuh Zoey, tapi gadis itu mengangkat tangan, memberi isyarat larangan.
"Itu sudah cukup, Zee," Kyle berkata.
"Aku tahu … hhh … aku juga sudah … hhh … akan berhenti," ucap Zoey dengan napas terputus-putus.
"Dia dalam perjalanan kemari, kan?" tanya Zoey.
Kyle mengangguk. "Dia meninggalkan resort dan mengingat dia tidak akan jauh dari Tuannya, ini adalah properti terdekat yang dimilikinya. Biasanya dia tinggal di sini setiap kali Tuannya pergi ke kawasan puncak."
"Huft … dia sepertinya punya cukup banyak uang untuk membeli banyak properti," ucap Zoey pelan.
"Propertinya adalah satu-satunya hal yang bisa kita dapatkan tentangnya. Seolah itulah yang ingin dia tunjukkan pada orang-orang," sebut Kyle.
"Dan untuk apa itu?" sinis Zoey.
"Untuk mengatakan pada orang-orang jika dia tidak akan goyah dengan uang," jawab Kyle. "Karena itu kan, kita melakukan ini?"
Zoey mendengus geli. "Benar juga," gumamnya. "Benar-benar merepotkan. Pangeran berkudaku itu."
***