Ketika Secangkir Kopi hangat mampu
meluluhkan hati yang beku "
***
Suasana malam disebuah Kinta Coffe sama seperti malam-malam yang lalu. Tampak para pelayan sibuk melayani setiap meja-meja dengan senyum. Mencatat setiap pesanan yang ada dan membuat pesanan mereka dengan sebaik mungkin.
Tampak seorang Perempuan tengah duduk disalah satu meja dengan secangkir capuccino dan ditemani dengan sebuah buku. Ia begitu menikmati suasana Kinta Coffe seperti ini. Begitu menyenangkan baginya.
tidak jauh dari tempat perempuan itu, terlihat seorang Laki-laki tengah memperhatikan Perempuan itu sejak tadi. Ia duduk di meja dengan di temani secangkir Americano.
Perempuan itu merasa seseorang sedang memperhatikannya, sehingga ia mengendar pandangannya untuk memastikan. Begitu ia beradu tatapan dengan laki-laki itu, seketika ia salah tingkah.
Tiba-tiba laki-laki itu berdiri dan mengambil cangkirnya lalu berjalan ke arah perempuan itu. "Hay, boleh aku duduk di sini?" Perempuan itu sedikit terkejut dengan pertanyaan laki-laki itu. Ia mengangguk.
Mereka duduk bersebrangan dan hening.
mereka sama-sama merasa canggung satu sama lain.
Setelah itu, entah bagaimana dia bisa dengan mudah menghampiri perempuan itu, bertemu dengannya walau hanya sekedar duduk.
sebuah pertemuan, rasa penasaran, kemudian berkembang menjadi perasaan suka.
Tapi, ada satu hal yang ingin sekali laki-laki ini ketahui, tapi itu tak pernah terkabulkan,
nama perempuan itu.
"Saya Riski Febrian," kata laki-laki itu, memecahkan keheningan sambil mengulurkan tangannya ke arah perempuan itu.
Perempuan itu menyambut uluran tangan laki-laki itu sambil tersenyum. "Scarletta"
"Nama yang bagus." puji Riski
Akhirnya mereka pun tenggelam dalam obrolan. Dan terlihat perempuan itu merasa nyaman berada didekat laki-laki itu. Dengan sebuah obrolan ringan, mereka menjadi dekat satu sama lain.
Sebenarnya laki-laki itu sudah memendam sebuah perasaan terhadap perempuan itu dari dulu. tetapi ia tidak berani untuk mendekat ke gadis itu. sehingga setiap ia memiliki waktu luang, ia akan datang ke Kinta Coffe kesukaan perempuan itu dan memperhatikannya dari jauh. Baru malam ini ia memberanikan diri untuk menatapnya dengan terang-terangan dan akhirnya dapat berkenalan dengan perempuan itu.
Semuanya tidak seperti yang ia bayangkan. Ternyata perempuan itu bukanlah perempuan pendiam dan pemalu. Melainkan ceria, sedikit kekanak-kanakan dan suka tersenyum.
Letta menghela nafasnya yang terasa begitu berat. Sampai detik ini, ia sama sekali tidak mengerti kenapa riski menghampirinya. Letta menekankan dalam hatinya berkali-kali bahwa mungkin itu semua memang hanya perasaannya saja. Ia memandang pada Capuccino miliknya. Capuccino yang telah dingin karena tak kunjung diminum.
Seketika letta memandangi jam tangannya, masih ada waktu 30 menit lagi, sebelum dia beranjak untuk pulang.
Perlahan ia mengihirup capuccinonya yang terasa nikmat walaupun sudah dingin.Perpaduan yang pas bukan, secangkir capuccino sambil menikmati suasana malam yang terasa tenang.
Tidak beberapa lama, letta memandangi jam tangannya lagi. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Udara semakin dingin, dan suasana coffe semakin sepi ditinggal pengunjung. kini letta bergegas menghabiskan capuccinonya,dan juga mengemas novelnya ke dalam tas.
"Kamu mau pulang ?" tanya Risaki
"Ya" ucap letta singkat
"Oke kalau gitu, hati-hati di jalan ya" ucap Riski kembali dengan nada ramahnya.
hanya anggukan yang dibalas letta. dan setelah merasa dirinya sudah siap letta bergegas menuju kasir dan membayar kopinya.
"Saya pamit dulu, Terimakasih" Letta melambaikan tangannya kepada riski.
"Terimakasih kembali, Semoga malammu menyenangkan" ucap Riski.
.
.
.
.
.
Hay semuanya😊, ini cerita pertama aku, jadi mohon masukan, kritikan, saran dan dukungannya yaaa🥰🥰.
@Risa Herdiana
***