Bian memakirkan mobilnya kemudian masuk ke dalam rumah. Sepi adalah suasana yang paling familiar ada disana, hanya ada satu orang wanita tua yang tergopoh-gopoh menyambutnya. "Ibu belum pulang, Mas. Bapak sore tadi berangkat keluar kota." Seolah tahu apa yang Bian cari wanita itu langsung bersuara sebelum Bian bertanya.
"Radit kemana?" Radit, laki-laki yang paling malas sekali dia panggil dengan sebutan adik. Mereka tidak sedarah, tidak juga satu ibu. Hanya karena Ibu laki-laki itu menikah dengan ayahnya, pria yang suka membuat masalah itu menjadi adiknya. Bian benci itu. Dia menyakan keberadaan Radit bukan untuk peduli. Tapi untuk memastikan pria sialan itu tidak membuat masalah.
"Mas Radit di kamarnya, Mas. Mas sudah makan malam?"