POV CANDY
Pukul dua belas siang, aku menemui Devano. Ia tersenyum hangat dan merentangkan tangannya saat melihat kedatanganku, hendak memeluk, tapi aku menepisnya dingin.
"Sayang, are you okay?" Devano menaikkan alis saat merasa ada yang janggal denganku.
"Enggak," jawabku singkat, padat, dan membuat napas Devano tersendat. Aku menghela napas dan menatap laki-laki yang telah merenggut kegadisanku itu. "Aku mau kita nikah," cetusku yang membuat mata Devano terbelalak.
"Nikah?"
"Ya. Sesegera mungkin. Lebih cepat lebih baik."
"Tunggu, tunggu. Kamu kenapa, Sayang? Kita masih muda banget lho ini, aku baru dua puluh tahun, kamu baru sembilan belas tahun. Kita juga masih sama-sama kuliah. Gimana mungkin kita nikah?"
"Nah, harusnya kamu mikir itu sabelum ngelakuin hal yang tadi malam padaku!" tandasku.
"Oh My God, Beib!" Devano mendesah lantas geleng-geleng sendiri. "Kamu parno ya sama yang semalam?"